Suasana seminar nasional Upaya Mitigasi dalam Mereduksi Dampak Perubahan Iklim di Auditorium Prof. Dr. Harun Nasution, Senin (23/4). |
Sejumlah bencana yang terjadi akibat pemanasan global dan perubahan iklim sesungguhnya bukanlah bencana yang disebabkan oleh kesewenang-wenangan alam. Ulah manusia memiliki andil besar di dalamnya. Karena itu, sudah semestinya manusia melakukan upaya mitigasi dan adaptasi untuk mencegah dampak perubahan iklim.
Perwakilan dari Dewan Nasional Perubahan Iklim, Jannata Giwangkara dalam Seminar Nasional Upaya Mitigasi dalam Mereduksi Dampak Perubahan Iklim, Senin (22/4) mengatakan, pemanasan global terjadi akibat ulah manusia. “Pemanasan global merupakan peningkatan suhu rata-rata global yang disebabkan peningkatan konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia,” ujarnya.
Dalam seminar yang digelar untuk menyambut Hari Bumi itu, Jannata mengatakan, aktivitas manusia seperti pembakaran hutan, penanaman lahan gambut, aktivitas industri, penggunaan bahan pendingin dan parfum, serta penggunaan transportasi merupakan penyumbang gas rumah kaca terbesar di atmosfer bumi ini.
Oleh karena itu, menurut Jannata, upaya mitigasi demi mengendalikan atau mengurangi resiko perubahan iklim semestinya dilakukan. Misalnya, dengan cara melakukan kegiatan yang dapat mengurangi emisi atau meningkatkan penyerapan gas rumah kaca dari berbagai sumber emisi
Jannata menuturkan, merubah pola hidup, hemat energi, menggunakan alat elektronik yang lebih efisien, menanam pohon, menggunakan produk lokal, melestarikan hutan, menggunakan moda transportasi masal mengelola sampah dan limbah secara berkelanjutan, serta menyukseskan program Keluarga Berencana merupakan sejumlah langkah mitigasi perubahan iklim yang dapat dilakukan.
Tidak hanya itu, adaptasi untuk mengurangi dampak perubahan iklim juga dapat ditempuh. Misalnya, merubah pola tanam dengan menggunakan bibit unggul, membiasakan diri dengan makanan pokok lain, merubah pola menangkap ikan dengan menggunakan kapal yang lebih besar, membangun infrastuktur pelindung terhadap bangunan di pinggir pantai yang rentan bencana, meningkatkan sanitasi lingkungan, serta meningkatkan sistem drainase.
Untuk diketahui, perubahan iklim yang terjadi saat ini sebenarnya tidak hanya menyebabkan dunia semakin panas. Namun, juga menyebabkan peningkatan intensitas curah hujan yang berakibat banjir, banjir bandang dan longsor, peningkatan suhu rata-rata global yang berakibat peningkatan frekuensi kekeringan dan hujan di wilayah tropis, serta penyebaran wabah endemik malaria akibat terjadinya curah hujan di atas normal.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala BLHD Kota Tangerang Selatan Rahmat Salam juga membeberkan tiga belas cara dalam mereduksi dampak perubahan iklim yang kini tengah mengancam bumi. Rahmat menyebutnya COP 13 atau tiga belas Cara Oke Pelihara Bumi.
Tiga belas cara tersebut sebenarnya merupakan langkah-langkah sederhana yang dapat dimulai dari diri sendiri. Tiga belas cara tersebut dintaranya, membuang sampah pada tempatnya, menghemat listrik, menghemat BBM, menghemat air, menggunakan kantong yang mudah terurai dan ramah lingkungan, serta menanam pohon dan kembali ke alam. “Setiap kita harus menjadi pejuang bagi lingkungan,” tandasnya. (Adea Fitriana)
Average Rating