Politik itu sesungguhnya alat yang baik, bukan modus legalitas yang dimanfaatkan gangster politisi. Hal itu diungkapkan Peneliti Center For Stategy and Internasional Studies (CSIS) Kusanto Anggoro pada acara bedah buku Pemikiran Politik Islam Tematik dan Islam dan Politik di Indonesia Terkini di Aula Diorama, Kamis (17/10).
Kusanto juga mengatakan, politik sekarang hanya dijadikan alat perampokan. Di mana para pelakuya berlindung di bawah undang-undang, bahkan berlindung di balik semboyan-semboyan yang agung. “Apalagi yang mengaku politik Islam atau Partai Politik (Parpol) Islam, syariah lah apa lah” ujarnya, Kamis (17/10).
Jadi, ia melanjutkan, itulah fenomena politik yang sedang bangsa ini rasakan bersama. Kejahatan politik terjadi mulai dari lembaga terkecil negara hingga lembaga besar. “Memang terjadi prinsip-prinsip dan proses demokrasi tapi subtansinya tidak ada. Malah dijadikan alat untuk merampok aset-aset negara” katanya.
Menurutnya, hal itu merupakan sesuatu yang sangat membahayakan dan jika kondisi seperti itu tidak berubah, maka orang-orang akan bingung dan mulai apatis terhadap politik. “Lihat saja tingkat Golongan Putih (Golput) pada pemilihan umum dari tahun ke tahun semakin meningkat. Itu karena masyarakat tahu, bahwa para calon pemimpin hanya mencari keuntungan semata,” ungkapnya.
Kusanto menjelaskan, buku Pemikiran Politik Islam Tematik dan Islam dan Politik di Indonesia Terkini ingin mengembalikan makna sesungguhnya politik dan politik Islam. Baginya, politik Islam adalah suatu ijtihad untuk menggapai cita-cita yang luhur.
Selain itu, kata Kusanto, buku tersebut memberi pelajaran kepada publik agar tidak terkecoh dengan politik yang ada. “Pesan dalam buku ini sangat bagus, karena banyak sekali tema yang dibahas, mulai dari konsep negara, civil society, hak asasi manusia, demokrasi, sampai organisasi keagamaan,” jelasnya.
Di samping itu, menurut Kusanto, secara akademis buku tersebut sangat cocok bagi kurikulum yang ada di UIN Jakarta. Bahkan, lanjutnya, sangat baik jika dijadikan referensi berbagai jurusan, apalagi jurusan sosial politik.
Namun, Kusanto menyayangkan buku tersebut lebih bersifat ensiklopedi, karna banyak sekali pembahasan-pembahasan yang tidak dijelaskan secara ditel. Meski demikian, ia mengapresiasi buku tersebut. karena menurutnya, buku karya Syukron Kamil menggairahkan dunia akademis dan memberikan inspirasi kepada mahasiswa.
Sementara itu, pengerang buku Pemikiran Politik Islam Tematik dan Islam dan Politik di Indonesia Terkini Syukron Kamil mengatakan, buku karyanya sangat relevan dengan konteks politik Indonesia saat ini.
Syukron menjelaskan, secara umum buku tersebut membahas hubungan Islam dan politik secara toritik. Menurutnya, pengertian politik dalam bukunya dijelaskan lebih luas. “Tidak hanya membahas kelembagaan-kelembagaan negara saja,” katanya, Kamis (17/10).
Ia menambahkan, buku karyanya juga membahas konsep-konsep kenegaraan yang berkembang, seperti demokrasi dan hubungannya dengan Islam, civil society, hubungan Islam dengan humanisme, dan anti korupsi.
Jika buku pertama cenderung membahas teoritiknya, kata Syukron, buku kedua lebih ke konteks keindonesiaannya. “Di buku kedua ini ada tiga variabel yang dibahas, Islam, politik, dan Indonesia,” jelasnya.
Selain itu, Syukron melanjutkan, kedua buku tersebut menghimpun tema-tema yang bagus untuk kepentingan beberapa mata kuliah, baik untuk S-1, S-2, maupun S-3. “Karena sekarang mahasiswa sering kesulitan mencari beberapa referensi yang mendasar terkait tema-tema politik,” ungkapnya.
A Sayid Muarief
Average Rating