Mahasiswa Tuntut Kaprodi HI Dipecat

Read Time:3 Minute, 4 Second
Kumpulan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) UIN Syarifhidayatullah Jakarta dari berbagai jurusan melakukan  demonstrasi di Lobi Gedung Fisip, Rabu (23/10). Mereka mengajukan beberapa tuntutan kepada Kepala Program Studi Hubungan Internasional (Kaprodi HI), Kiki Rizki karena telah melakukan tindakan kekerasan terhadap Muhammad Sulthon, mahasiswa prodi Ilmu Politik. 
Tuntutan yang mereka ajukan di antaranya, Kiki harus meminta maaf dalam bentuk lisan dan tulisan kepada Sulthon. Mereka juga meminta agar Kiki mempertanggungjawabkan perbuatannya. Selain itu dipecat sebagai dosen UIN Jakarta. Kumpulan mahasiswa ini mengancam jika tuntutannya tidak dipenuhi maka, perkara ini akan dibawa ke pihak berwajib.
Ketika ditemui INSTITUT, Sulthon menceritakan kronologinya. Sekitar pukul enam sore, ia datang ke Auditorium Fisip untuk mengambil foto ruangan tersebut. Foto itu nantinya akan dikirimkan kepada sponsor dari acara yang akan diadakan ilmu politik beberapa hari lagi di auditorium. Saat ia masuk ke ruangan, panitia dari prodi HI sedang mengadakan rapat persiapan seminar nasional yang akan berlangsung keesokan harinya.
Sambil mengambil foto menggunakan kamera telepon genggamnya, Sulthon mengajak panitia berpose. Ketika sudah mendapatkan tiga gambar dari berbagai sudut, Arisman, dosen HI menghampirinya dan menanyakan tujuan mengambil foto. Sulthon mengaku kerah bajunya ditarik, kemudian ia dibawa untuk keluar.  
Melihat Sulthon akan dibawa keluar auditorium, Kaprodi HI, Kiki menyuruh Risman agar Sulthon tetap berada di dalam. Kiki kemudian menghampiri keduanya dan membawa Sulthon ke salah satu sudut ruang auditorium. 
Di sudut ruangan tersebut Sulthon mengaku dipukul  wajahnya berkali-kali oleh Kiki. Tak hanya itu, ia juga ditendang oleh Risman. Sambil dipukuli, Sulthon mengatakan dicecar pertanyaan dan berbagai tuduhan. Namun, ia tak diberi kesempatan menjelaskan. “Saya mau nerangin, tapi dipukul terus-terusan. Saya dituduh mau nyabotase acaranya,” ungkap mahasiswa semester lima ini, Rabu (23/10).
Mahasiswa yang juga marbut masjid ini mengatakan, ketika pemukulan terjadi, salah satu panitia justru menutup pintu ruangan dan  berjaga di depan pintu. Saat temannya menghampiri ke auditorium, panitia tersebut tidak memperbolehkan masuk.
Kronologi yang diceritakan Sulthon dibantah oleh panitia yang saat itu sedang di tempat kejadian. Arya Wirawan Maulana, salah satu panitia mengatakan, Sulthon tiba-tiba masuk ruangan dan langsung mengambil gambar tanpa izin terlebih dahulu. “Kita bingung dong, kok tiba-tiba masuk dan moto-moto nggak jelas,” katanya, Rabu, (23/10).
Arya mengatakan ketika Sulthon ditanya tujuan mengambil gambar, ia justru keluar begitu saja. Kemudian dikejar oleh Kiki dan dibawa ke sudut ruangan. Menurut Arya tidak ada pemukulan seperti kabar yang tersebar. “Bukan dipukul, tapi ditempeleng,” katanya. Menurutnya hal itupun terjadi karena ketika ditanya, jawaban Sulthon berbelit-belit.
Setelah beberapa saat, keaadaan menegang. Melihat keadaan ini Arya dan panitia yang lain menghampiri agar tidak terjadi kekerasan. Namun, Kiki melarang mereka ikut campur, “Jangan ikut campur, saya belum selesai,” ujar Arya menirukan Kiki. Arya mengatakan saat itu Kiki melakukan dorongan terhadap Sulthon.
Keterangan berbeda diutarakan Arfan Rifa’i, Satpam yang saat itu juga berada di auditorium. Ia mengatakan memang terjadi pemukulan dan penendangan yang dilakukan oleh kedua dosen HI tersebut. Arfan merasa kebingungan mengapa Kiki tiba-tiba marah dan menuduh Sulthon memiliki niat tidak baik terhadap acaranya.
Sebelumnya Sulthon sudah meminta izin pada Arfan. Arfan juga mengetahui Sulthon sudah mengantongi izin Wakil Dekan III. “Seharusnyakan dia (Kiki) dengerin dulu penjelasan Sulthon. Tapi setiap Sulthon mau jelasin dipotong duluan,” terangnya, Rabu (23/10).
Arfan mengatakan bukan tidak ingin melerai, namun menunggu Sulthon memberikan keterangan. Ia juga melihat bangku yang ada di dekat mereka hampir saja dipakai untuk memukul Sulthon. “Kalau nggak ada saya, Sulthon bisa lebih parah,” ungkapnya. 
Di lain pihak, Kiki tidak mau menanggapi masalah ini. Menurutnya jika dia melakukan kesalahan dalam berbicara maka akan dijadikan untuk menjatuhkan dirinya. “Kebenaran itu relatif,” katanya, Rabu (23/10). (Karlia Zainul)

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Kompetisi Olahraga Dekanat
Next post Selesaikan Masalah dengan Berpikir Matematik