Read Time:1 Minute, 28 Second
Apa yang diharapkan orang yang terbuang pada sebuah kepulangan?. Ucapan maaf, ungkapan kerinduan, atau tangis kebahagiaan?. Tidak semuanya bagi Maryam. Ia pulang tanpa membawa harapan…(h. 13)
Kutipan tersebut memperlihatkan beratnya kepulangan Maryam ke kampung halamannya, Gerupuk, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Maryam merasa tak lagi sama seperti dulu. Ia tak lagi memiliki harapan setelah perceraiannya.
Novel karya Okky Madasari berjudul “Maryam” berfokus kepada kisah hidup Maryam yang menganut paham Ahmadiyah. Permasalahan lembaga organisasi agama antara Ahmadiyah dengan non Ahmadiyah menjadi bagian penting dari cerita tersebut.
Kisah cinta Maryam dengan lelaki non Ahmadiah, bernama Alam menjadi konflik munculnya wacana tentang perbedaan organisasi. Pergulatan batin Maryam mencintai pria yang bukan dari golongannya membuat keimanan Maryam runtuh. Sebelumnya, Maryam telah patah hati oleh Gamal, pria dari organisasi Ahmadiyah.
Novel karya Okky ini dibedah dalam acara bulan bahasa dengan tema “Perempuan Penulis Kontemporer Indonesia dan Sastra”. Acara yang diadakan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Pendidikan (FITK), mendatangakan sang penulis langsung.
Rosida Erowati, dosen sekaligus penangungjawab acara mengatakan novel ini berbeda dari novel kebanyakan. “Okky Madasari membuktikan “Maryam” sebuah karya dengan fokus dan isu yang lain” tambahnya Rabu, (13/11).
Selain itu, Dasef Maulana, ketua pelaksana juga memuji Okky sebagai sastrawan perempuan Indonesia. “Karyanya masuk lima besar dan pemenang Khatulistiwa Literary Award (KLA) pada tahun 2011 hingga 2013” ucapnya Rabu, (13/11).
Sebelum bedah buku “Maryam”, panitia acara mengadakan beberapa rentetan acara laian, seperti seminar nasional dengan tema “Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Konteks” dan bedah film dokumenter “The Act of Killing”.
Salah satu peserta yang hadir, Syarif Hidayatullah, mahasiswa Fakultas Dirasat Islamiyah (FDI), merasakan karya Okky Madasari tidak berbeda jauh dengan pengarang perempuan berbakat lainnya seperti Ayu Utami atau Djenar Maesa Ayu. (Karlia Zainul)
Average Rating