Read Time:2 Minute, 54 Second
Kepadatan kota Jakarta dengan banyaknya gedung-gedung bertingkat membuat Ruang Terbuka Hijau (RTH) semakin berkurang. Hal tersebut membuat ibu kota Indonesia ini semakin panas dan sumpek. Namun, di tengah kesemrawutan itu masih ada orang-orang yang peduli untuk memperbaiki dan melindungi alam kota metropolitan tersebut. Di antaranya, yaitu mereka yang tergabung dalam komunitas Transformasi Hijau.
Tranformasi Hijau atau yang akrab disebut Trashi dibentuk oleh Sarie Wahyuni, Ghalibia Alita, Wildasari, Putri Ayu, Edy Sutrisno, Hendra Aquan, dan Togi Sirait. Mereka mengawali kegiatan pertamanya di Muara Angke. Di sana mereka membersihkan sampah dan merawat tanaman mangrove. Muara Angke dipilih karena menurut mereka jika tempat tersebut hancur, maka banjir dan tsunami akan melanda kota yang dulunya bernama Batavia ini.
Trashi dibentuk dengan tujuan agar alam Jakarta menjadi indah. Sehingga, warga kota terpadat di Indonesia ini tidak perlu pergi jauh jika ingin menikmati keindahan alam. “Daripada kita harus jauh-jauh ke luar kota, lebih baik kita manfaatkan hutan kota yang ada,” ujar Pengurus bagian Hubungan Masyarakat (Humas) Trashi, Yusuf Aprianto, Senin (16/12).
Trashi sudah berdiri sejak tahun 2009, namun secara resmi diakui sebagai komunitas dalam akta notaris baru pada Mei 2010. Dalam keanggotaannya sendiri, Trashi tidak memiliki aturan terikat. “Siapa saja bisa ikut Trashi,” kata Yusuf.
Saat ini Trashi memilki banyak kegiatan, di antaranya adalah kegiatan bernama Trash Buster. Program ini merupakan kegiatan rutin yang diadakan tiga atau empat bulan sekali. Dalam Trash Buster, Trashi membersihkan sampah di tempat-tempat tertentu. Selain anggota Trashi, kegiatan ini juga melibatkan volunter yang biasanya terdiri dari mahasiswa, pelajar, dan umum. “Paling sering kita mulung sampah di Muara Angke, ” tutur Yusuf.
Selain Trash Buster, Trashi juga melakukan kegiatan pengamatan burung, capung dan herpetofauna -binatang jenis reptil dan amfibi- sebulan sekali di taman-taman kota Jakarta. Menurut Yusuf, kegiatan ini dilakukan sebagai upaya untuk mengajak masyarakat mengetahui ragam satwa di Jakarta. “Dulu Jakarta punya 256 jenis burung, sekarang yang tersisa hanya tinggal 135 jenis. Jadi, kami juga ingin mengajak masyarakat untuk mencintai burung tanpa harus menangkapnya,” jelasnya.
Trashi juga memilki program Young Transformer yang melibatkan sekolah-sekolah di Jabodetabek. Program ini merupakan kegiatan belajar alternatif lingkungan hidup untuk para pelajar. “Kita juga mengambil duta lingkungan hidup di masing-masing sekolah tersebut,” jelas Yusuf.
Yusuf menambahkan, saat ini Trashi sedang melakukan penanaman sekitar 50.000 mangrove di Tanjung Burung. Hal tersebut dilakukan sebagai salah satu upaya Trashi dalam mengembalikan hutan mangrove di Jakarta. Kegiatan ini, imbuhnya, juga dibuka bagi volunter yang mau ikut serta dalam penanaman mangrove.
Di samping itu, menurut Yusuf, Trashi memakai cara yang menyenangkan dalam melakukan kegiatannya. Hal ini diharapkan dapat menarik perhatian orang-orang untuk belajar dan peduli dengan lingkungan, misalnya dengan menggunakan pertujukan sulap. Dalam pertunjukan tersebut Trashi menyelipkan pesan-pesan untuk menjaga lingkungan hidup.
Salah satu anggota Trashi, Nur Arinta mengatakan, bergabung dengan Trashi memberinya banyak manfaat. “Di Trashi aku belajar tentang lingkungan. Selain itu juga belajar berorganisasi dan bersosialisasi dengan banyak orang,” tutur gadis yang biasa disapa Tata ini, Kamis (19/12). Mahasiswi Hubungan Internasional, Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta itu mengaku sudah mulai mengikuti kegiatan Trashi sejak tahun 2011.
Tata mengharapkan, dengan semua kegiatan Trashi, masyarakat bisa sadar akan pentingnya RTH sebagai salah satu komponen penopang hidup. Ia juga mengatakan, ketika masyarakat sudah sadar, maka akan tercipta rasa perlu pada RTH. “Selain itu, saya juga ingin ke depannya RTH di Jakarta bisa sesuai dengan RTH ideal, yaitu 30% dari luas kota. Karena saat ini RTH di Jakarta hanya sekitar 10%,” jelas Tata. (Erika Hidayanti)
Average Rating