Konstruksi Budaya Barbie

Read Time:1 Minute, 55 Second

Judul Buku : Barbie Culture
           Ikon Budaya Konsumerisme
Penulis : Mary F. Rogers
Penerbit     : RELIEF
Tahun Terbit : Cetakan 1, Mei 2009
Tebal Halaman: 232 Halaman

Barbie adalah sebuah boneka yang sering dimainkan oleh anak-anak perempuan. Namun, tanpa disadari Barbie juga berperan sebagai ikon budaya yang dapat mempengaruhi gaya hidup seseorang. Mengapa demikian?  Karena Barbie tidak hanya dikenal dan diterima sebagai boneka, tetapi juga karena orang-orang mengidentifikasikan diri mereka sebagai Barbie.

Hal itulah yang ingin disampaikan dalam buku karya Mary F. Rogers ini. Sebagai sebuah ikon budaya, Barbie yang petama kali diproduksi di Jepang pada tahun 1959 itu sangat berkaitan dengan ikon konsumerisme, rasisme, seksisme, dan materialisme. Dalam hal konsumerisme, misalnya, sebagian orang rela mengeluarkan uang lebih untuk membeli dan mengoleksi benda yang satu ini.

Di sisi lain, pada kenyataannya, Barbie juga memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kebudayaan abad ini. Hal itu terbukti dari pemikiran yang diciptakan oleh Barbie, bahwa perempuan cantik diidentifikasikan dengan sosok yang  berkulit putih, bermata biru, berambut pirang, dan bertubuh langsing.

Selain itu, dalam buku ini pun dijelaskan, budaya Barbie menumbuhkan pandangan tentang perbedaan ras atau etnik pada masyarakat luas. Seperti dalam halnya Barbie yang berkulit putih sebagai Barbie yang mempunyai daya tarik dan glamor, sedangkan Barbie yang berkulit hitam identik dikonsumsi oleh masyarakat menengah ke bawah.

Benda yang diproduksi oleh perusahaan Mattel Inc. ini sangat digemari oleh anak-anak sampai orang dewasa. Bukan hanya itu, budaya Barbie juga semakin berkembang dikalangan remaja sebagai acuan fashion ataupun gaya hidup mereka.

Buku yang bersampul merah muda ini memaparkan pula bahwa segala yang ada pada Barbie merupakan bentuk pribadi yang terpusat pada tubuh. Bentuk ini semakin dimanjakan dengan adanya berbagai perkembangan teknologi yang pesat, terutama teknologi bedah plastik. Dengan demikian, budaya Barbie menghadirkan bentuk kepribadian plastik yang mudah dibentuk sesuai keinginan.

Buku setebal 232 halaman ini mengupas Barbie dari segi sosial dan budaya. Mendobrak para pembaca agar sadar bahwa budaya Barbie telah membentuk suatu ikon yang secara tidak langsung dikonsumsi oleh masyarakat luas. Buku ini layak dibaca oleh masyarakat, mahasiswa ataupun pengamat sosial yang ingin berfikir kritis tanpa terkurung oleh prasangka subjektif  yang didasarkan pada sosok boneka.

Banyak fenomena yang dikupas secara mendalam dalam buku Barbie Culture ini. Hal ini dikuatkan oleh penelitian secara langsung oleh penulisnya. Rogers menghadirkan semuanya dengan eksplorasi yang memuaskan. (Winda Alfiani)

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Ubah Sistem OSPEK
Next post Dosen Jarang Masuk, Jadwal UAS Mundur