Ubah Sistem OSPEK

Read Time:1 Minute, 40 Second
Kasus kekerasan yang terjadi dalam kegiatan Orientasi Pengenalan Akademik (OSPEK) kembali terjadi dalam dunia pendidikan. Oktober lalu, pelaksanaan OSPEK jurusan Planologi Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, menyebabkan tewasnya mahasiswa baru bernama Fikri Dolamansatya Surya (22).
Kejadian ini menjadi kasus kekerasan kesekian kalinya setelah kasus kekerasan yang terjadi di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). Dilansir dari kompas.com Rabu (7/4), pada 1990 hingga 2007  kekerasan  terjadi di IPDN yang menyebabkan 17 prajanya meninggal. Kasus ini membuktikan kekerasan dalam pendidikan masih terus berlanjut hingga saat ini.
Pakar pendidikan H.A.R. Tilaar mengatakan, OSPEK sebagai peninggalan masa penjajahan menunjukkan inferioritas bangsa terjajah. “OSPEK yang mempergunakan kekerasan dianggap melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) dan tidak relevan dalam dunia akademik,” katanya saat dihubungi melalui pesan singkat, Sabtu (28/12).
Ia juga menyatakan, mahasiswa yang terlibat dalam kasus kekerasan OSPEK ITN  merupakan korban dari sistem. “OSPEK seakan menjadi ajang balas dendam sehingga tidak punya makna dalam dunia akademik,” ujarnya. Pelaksanaan OSPEK sekarang ini menjadikan mahasiswa sebagai obyek, bukan sebagai subyek yang perlu dibimbing oleh masyarakat universitas yang baru ia masuki.
H.A.R. Tilaar juga menambahkan, kasus kekerasan yang terjadi di ITN Malang tersebut bukan suatu tanda bahwa moral mahasiswa yang lemah. Ia juga menegaskan, “Jangan menyudutkan mahasiswa, tapi perbaiki dulu sistemnya.” Seharusnya sistem yang ada mampu mempersiapkan para mahasiswa baru saat masuki dunia akademik yang baru.
Hal senada juga disampaikan oleh dosen psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Fadhilah Suralaga, Sabtu (28/12). Ia menyatakan kurangnya pemantauan dari atasan juga menjadi salah satu faktor kekerasan itu terjadi.
Kekerasan dalam OSPEK dapat diubah dengan cara pemberian pemahaman terhadap senior tentang makna OSPEK yang sebenarnya. OSPEK harusnya diisi dengan pengenalan sistem perkuliahan, cara belajar yang baru, dan  kegiatan keorganisasian. “OSPEK  tidak  harus berkaitan dengan adanya kekerasan,”  ujar Fadilah.
Fadhilah menjelaskan, kegiatan OSPEK dapat juga diisi  dengan outbond, karena di dalamnya juga dapat menguji tanggung jawab, dan manajemen. Fadilah juga menyatakan,  mindset para senior yang akan melaksanakan OSPEK perlu diubah. (Nur Hamidah)

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Aquarelle Studio Ajarkan Seni Lukis Cat Air
Next post Konstruksi Budaya Barbie