Elpiji Langka, Masyarakat Menjerit

Read Time:3 Minute, 2 Second
Sejak awal Januari 2014 terjadi kelangkaan gas elpiji ukuran 3 Kg di wilayah Bandung dan sekitarnya. Hal ini, dirasakan oleh warga di wilayah Bandung Selatan. Kelangkaan ini membuat masyarakat kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Terutama bagi pedagang kecil yang berhenti berjualan karena tidak mendapatkan gas elpiji.

Sugeng, seorang penjual bakso keliling mengatakan, kelangkaan gas elpiji 3 Kg ini membuatnya sangat kesulitan. Ia harus mengantre sampai dengan dua setengah jam hanya untuk mendapatkan satu tabung gas elpiji 3 Kg. “Mencari ke mana-mana juga sulit, harus antre, setelah antre pun belum tentu dapat,” katanya, Minggu (9/2).

Sugeng menambahkan, ia sempat berhenti berjualan karena tidak mendapatkan gas elpiji. Bukan hanya itu, bahan-bahan yang sudah ia persiapkan juga menjadi basi dan tidak bisa digunakan lagi. “Kalau sudah seperti ini saya terpaksa mengeluarkan modal hingga dua kali lipat,” ujarnya.

Sama halnya dengan Sugeng, Asep Mulyana, seorang pedagang ayam goreng keliling juga merasa sangat terbebani dengan kelangkaan gas elpiji 3 Kg. “Saya harus berhenti berdagang selama beberapa hari karena tidak mendapatkan gas elpiji,” kata Asep.

Asep biasanya mendapatkan penghasilan Rp50.000 sampai Rp60.000 per hari, namun, semenjak gas elpiji 3 Kg langka ia harus rela kehilangan penghasilannya ini selama beberapa hari. Selama tidak berdagang ia hanya menggunakan uang sisa tabungannya yang masih ada. “Saya usahakan pakai uang yang ada di rumah saja untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, ” tambahnya.

Cecep Hidayat, salah satu pengecer gas elpiji 3 Kg mengatakan kelangkaan ini sudah terjadi hampir satu bulan. “Kira-kira setelah ada kenaikan harga gas elpiji 12 Kg, gas elpiji 3 Kg mulai sulit didapatkan,” paparnya.

Selain langka, gas elpiji 3 Kg juga mengalami kenaikan harga di masyarakat. Di wilayah Ciwidey yang biasanya harga berkisar antara Rp17.000 sampai Rp18.000 per tabung sekarang bisa mencapai Rp20.000 bahkan Rp25.000 per tabung. Menurut Cecep, hal ini menjadi beban berat lain bagi masyarakat.

Haryanto, Kepala Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE) Katapang, Bandung mengakui adanya keterlambatan distribusi dari Pertamina. Ia mengatakan hal ini murni karena adanya bencana banjir dan cuaca buruk, sedangkan untuk penimbunan dan hal lainnya tidak bisa berkomentar.

“Perjalanan truk pengangkut gas elpiji dari Cirebon ke Bandung yang biasanya hanya memakan waktu 20 jam saat ini bisa sampai 36 jam bahkan dua sampai tiga hari,” jelasnya, Senin (10/2).

Haryanto menambahkan, untuk saat ini kenaikan permintaan gas elpiji 3 Kg belum begitu ia rasakan. “Untuk kenaikan permintaan belum terlalu signifikan saya rasakan. Jadi, kelangkaan gas elpiji ini murni karena faktor alam,” katanya.

Haryanto mengatakan, Pertamina telah melakukan berbagai penanggulangan seperti dengan adanya operasi pasar. “Pertamina juga sedang berusaha mengatasi hal ini dengan mengadakan tambahan pasokan pada SPPBE yang stoknya kosong,”

Namun, tetap saja sampai dengan saat ini elpiji di SPPBE Katapang cepat kosong dan pengisian ulangnya terlambat. “Stok biasanya di SPBBE ada 40 ton sekarang sudah habis dan untuk pengisian ulangnya masih belum datang juga,” katanya.

Kenaikan Harga Gas Elpiji 12 Kg

Joko Prasetyanto, Agen Gas Elpiji PT.Pelita Buana mengatakan, permintaan gas elpiji 3 Kg juga mengalami kenaikan karena banyak konsumen gas elpiji 12 Kg yang beralih menggunakan gas elpiji 3 Kg. Hal tersebut mulai terjadi semenjak gas elpiji 12 Kg mengalami kenaikan harga. 

Kenaikan harga gas elpiji 12 Kg juga menimbulkan isu mengenai banyaknya pengecer gas elpiji 12 Kg yang berpindah menjadi 3 Kg. Namun, hal ini dibantah oleh Joko. “Tidak ada pengecer di wilayah kami yang melakukan perpindahan seperti itu,” jelasnya,.

Sedangkan, Cecep merasa kebingungan dengan kebijakan pemerintah mengenai gas elpiji. “Kemarin sudah dibingungkan dengan kenaikan harga gas elpiji 12 Kg yang tidak jelas, sekarang gas elpiji 3 Kg langka. Minyak tanah juga sudah sangat sulit di dapat, jadi bingung harus pakai apa,” keluhnya. (Erika Hidayanti)

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Tragedi Raminten: Dusta dalam Juang
Next post The Art Island Festival kenalkan Candi Tegowangi