Read Time:1 Minute, 46 Second
Siapa yang tidak tahu Dahlan Iskan? Namanya tak hanya tersohor sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Melalui Jawa Pos, Dahlan dikenal juga sebagai pengusaha sukses. Namun siapa sangka, ternyata Dahlan melewati masa kecil dalam keadaan keluarga yang sangat miskin. Bahkan, untuk membelikan Dahlan sepatu, orangtuanya tak mampu.
Kisah ituah yang menginspirasi Produser Film Deden Riwan untuk mengangkat novel Sepatu Dahlan ke layar lebar. Menurutnya, pesan yang terkandung dalam novel yang ditulis oleh Khrisna Pabichara tersebut akan terjangkau lebih luas jika dijadikan film. Hal itu diungkapkan Deden di acara Bedah Film Sepatu Dahlan yang diadakankan oleh Himpunan Mahasiswa Konsentrasi (HMK) Jurnalistik pada Kamis (17/ 4).
Menurut Deden, pada dasarnya film ini bercerita tentang realitas kehidupan. Tentang seorang ayah yang begitu tegas, seorang ibu yang lembut dengan kasih sayang dan cintanya, temen-teman yang menyenangkan, juga tentang anak yang ingin memiliki sepatu dan sepeda. “Film ini (Sepatu Dahlan) mengajarkan bahwa tidak ada kata mentok bagi makhluk bernama manusia,” katanya.
Deden berharap film yang mulai tayang di bioskop pada tanggal 10 April tersebut menjadi tontonan sekaligus tuntunan. Lebih jauh lagi, film yang tidak sekadar menghibur tetapi juga mengedukasi penonton mengenai makna kehidupan.
Namun, menurut Deden, ada beberapa hal yang berbeda antara buku dan film Sepatu Dahlan. Misalnya, tidak adanya tokoh Aisyah. “Kalau di buku, ceritanya lebih luas, tetapi dalam film diubah lebih fokus, supaya penonton bisa menangkap intinya,” jelas Deden.
Acara yang diadakan di teater Prof. Dr. Aqib Suminto Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (Fidikom) itu juga menghadirkan aktor pemeran ayah Dahlan, Doni Damara. “Suatu kehormatan bagi saya dapat berperan sebagai Bapak Iskan (ayah Dahlan),” tuturnya, Kamis (17/ 4).
Sejalan dengan Deden, menurut Doni film ini juga sangat inspiratif. Film ini mengajarinya untuk selalu ikhlas dalam menjalani hidup. Seperti keluarga Dahlan yang tidak pernah menyesal dalam kemiskinan, justru keadaan tersebut dijadikan sebagai tantangan.
Baginya, bukan hal mudah untuk memerankan peran tersebut. Karena, Doni hanya mengetahui ayah Dahlan dari buku. Di samping itu, kesibukan Dahlan Iskan menyulitkannya untuk berkonsultasi secara langsung. Ia bercerita sepanjang pra produksi film, ia hanya bertemu menteri BUMN itu dua kali dengan waktu yang tidak lama.
(Siti Ulfah Nurjanah)
Average Rating