‘Jilboobs’ Melanggar Kode Etik Mahasiswa

Read Time:3 Minute, 1 Second


Tren fashion muslim semakin berkembang dan semakin diminati oleh masyarakat Indonesia. Hal tersebut terbukti dengan munculnya berbagai kumpulan wanita berhijab yang sering disebut dengan hijabbers. Namun, beberapa wanita yang memutuskan untuk berhijab dianggap tak sesuai syariat Islam. Mereka disebut jillboobs.


Jillboobs merupakan sebutan bagi wanita yang berkerudung tetapi berpakaian ketat serta terlihat lekukan tubuhnya. Munculnya istilah jillboobs saat ini, menuai pro dan kontra bagi kalangan tertentu. Awal Agustus lalu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) secara tegas melarang adanya jillboobs bagi wanita muslimah di Indonesia.

Fenomena jillboobs tersebut juga ada di Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta. Berkembangnya fashionjuga membuat mahasiswa selalu mengikuti perkembangan tren tersebut. Namun, pakaian yang mereka gunakan kurang sesuai Kode Etik Mahasiswa.

Padahal, Pada BAB V pasal 7 dalam panduan Kode Etik Mahasiswa UIN Jakartadijelaskan poin-poin tentang cara berbusana dan penampilan mahasiswa. Dijelaskan, mahasiswi tidak diperbolehkan memakai pakaian ketat dan tembus pandang.  Mahasiswa wajib mengenakan baju panjang minimal 30 cm dari pinggang ke bawah. Baju lengan panjang sampai pergelangan tangan. Dan celana atau rok tidak ketat atau tipis yang panjangnya sampai mata kaki.

Kenyataannya masih ada beberapa mahasiswa melanggar keberadaan Kode Etik Mahasiswa. Salah satunya mahasiswa semester tujuh Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Ardita Agung. Menurut Ardita, kenyamanan berpakaian mahasiswa tergantung dari pemakainya.  “Kalau saya sendiri terserah orang lain mau ngomong apa tentang cara berpakaian saya. yang penting saya nyaman dengan apa yang saya pakai,” tutur Ardhita, Rabu (10/09).

Senada dengan Ardita, mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi,  Eri Khoiriyah, mengatakan mahasiswa yang memakai jilbab tidak  harus mengenakan rok dan kerudung panjang, mereka bisa mengenakan jeans asalkan tidak terlalu ketat. Jadi, lanjut Eri, mereka bebas untuk mengenakan pakaian yang mereka pilih dan itu tergantung dari perspektif masing-masing orang.

Eri menambahkan, mahasiswa yang memakai kerudung pendek tak bisa disalahkan karena tidak semua mahasiswa UIN Jakarta dari lulusan pesantren.Di samping itu, kata Eri, mereka mungkin belum siap untuk mengenakan kerudung panjang dan pakaian yang lebar. “Asalkan mereka tak mengenakan pakaian yang benar-benar ketat,” ujarnya, Rabu (10/9).

Berbeda dengan mahasiswa yang tidak mempermasalahkan jillboobs, beberapa mahasiswa menentang jillboobs. Salah satunya mahasiswa semester tiga Jurusan Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum, Eliya Yusda, ia mengatakan, keberadaan jillboobs  menyalahi aturan Kode Etik Mahasiswa UIN.

Yusda menambahkan, penampilan mahasiswa memang tergantung dari pribadi mahasiswa masing-masing tapi harus sesuai dengan kode etik. “Harusnya mahasiswi memakai kerudung yang sesuai dengan yang ditentukan oleh syariat Islam, apalagi UIN salah satu universitas yang bernotabene Islam,” tuturnya.

Menanggapi jillboobs, salah satu penyusun kode etik mahasiswa UIN Jakarta, Zubair menjelaskan, adanya jillboobs memang sudah ada dari dulu, hanya saja istilah  jillboobs baru muncul akhir-akhir ini. Zubair menyarankan, Semua mahasiswa hendaknya berbusana sesuai dengan aturan yang ada, seperti, tak menggunakan pakaian yang ketat dan sopan.

Zubair mengakui, adanya Kode Etik Mahasiswa memang tak menjamin seluruh mahasisawa mematuhi aturan tentang berpakaian karena belum adanya lembaga penegak kode etik. Apa harus ada peraturan tentang cara berpakaian yang benar di setiap fakultasnya dan diberi pamflet yang mewajibkan mahasiswa untuk berpakaian yang sopan?” sindirnya, Jumat (12/09).

Berbeda dengan Zubair, dosen Qiraat Islam UIN Jakarta, Mahfuzdi menegaskan, mahasiswa yang baru berkerudung memang butuh proses, tidak dapat mahasiswa langsung dapat beradaptasi untuk mengenakan kerudung yang panjang. Lalu, kata Mahfuzdi, penilaian terhadap penampilan seseorang itu tergantung dari siapa yang menilaianya.

Mahfudz menambahkan, mahasiswi yang sedang berusaha untuk memakai kerudung seharusnya mendapat dukungan untuk terus memakai kerudung bukan menyalahkan serta menghakimi pemula yang memakai kerudung. “Mencoba mengenakan kerudung saja itu sudah termasuk usaha yang bagus untuk pemula yang tadinya tidak memakai kerudung meskipun mereka hanya memakai kerudung di dalam kelas,” tuturnya, Jumat (12/09).

IP

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Jeritan Manusia dalam Keterhimpitan Waktu
Next post Empat Windu Bersejarah dalam Foto