Pemerintahan dalam Dunia Keruh

Read Time:2 Minute, 4 Second
“Gong…!” Suasana teater yang gelap kini mulai diterangi oleh cahaya yang tertuju ke panggung. Seketika dua orang pemain muncul dari balik panggung. Mereka ialah Pekcang dan Marita, anggota kelompok Geng Mentalika. Marita tampak kesakitan setelah tangan kanannya tertembak oleh tentara sekutu. Sementara Peckang, pemuda berkaki pincang, berambut gondrong serta bermata picek itu,  berhasil menolongnya ke tempat yang aman.

Satu-persatu anggota Geng Mentalika mulai berdatangan mengunjungi Pekcang dan Marita. Kemudian, geng yang beranggotakan keluarga veteran ini, merencanakan kudeta untuk menggulingkan pemerintahan. Mereka merasa hak asasinya terbelenggu sejak pergantian presiden. Lantas, mereka menyusun rencana untuk menyerang markas pemerintah.

“Kita harus bersiap untuk serangan esok hari,” ucap Geger selaku ketua Geng Mentalika saat menyusun rencana kudeta. Mereka sedang berdiskusi untuk memilih siapa yang akan berada di garis depan. Pekcang yang bernama asli Maruta, terpilih menjadi orang yang berada di garis depan.

Kabut Tirem salah seorang anggota Geng Mentalika membocorkan informasi kudeta kepada pemerintah. Karena informasi yang bocor tersebut, pemerintah segera menyiapkan tentara dan polisi untuk menjaga keamanan sekitar dan mencegah serangan Geng Mentalika.

Situasi di Kelompok Mentalika menjadi semakin menyulitkan, karena ada perpecahan antar anggotanya. Geger berpendapat, Pekcang yang sebenarnya anak seorang bangsawan ingin merebut kekuasaannya, yakni menjadi pemimpin Geng Mentalika. Tidak hanya itu, perseturuan cinta segitiga antara Geger, Pekcang, dan Marita juga menambah rentetan permasalahan.

Walaupun sedang terjadi perselisihan antar anggota, Geng Mentalika tetap menjalankan kudeta. Esok harinya, Geng Mentalika mulai menyerang pemerintah. Pertempuran terjadi polisi dan tentara menembaki tiap anggota geng tersebut. perlahan-lahan, korban berjatuhan dari kedua belah pihak.

Situasi yang sedang menyulitkan Geng Mentalika dimanfaatkan oleh Kabut Tirem. Ia menyandera Marita yang sedang lengah, dan mengatakan bahwa ialah mata-mata dari pemerintah. Untungnya Pekcang datang dan Marita terselamatkan, Kabut Tirem semakin terdesak.

Geng Mentalika yang hanya menyisakan Pekcang dan Marita mendesak Kabut Tirem untuk menyerah. Namun, Kabut Tirem malah memprovokasi Pekcang dan Marita. Ia berkata Pekcang ialah anak seorang bangsawan. Marita yang semakin bingung, memutuskan untuk menyerang keduanya.

Akhirnya, Pekcang dan Kabut Tirem saling tusuk. Keduanya pun tumbang. Pekcang yang sedang sekarat berusaha menjelaskan kejadian yang sebenarnya kepada Marita, sayangnya ia mati kehabisan darah. Geng Mentalika hanya menyisakan Marita seorang diri.

Renny Djajoesman selaku sutradara kisah Pekcang dan Marita, mengatakan tujuan diadakannya teater ini merupakan pesan kepada generasi senior agar jangan bertindak seenaknya kepada anak muda.

Generasi Senior jangan mendidik anak secara otoriter, tambah Renny, karena setelah ia dewasa ia akan kehilangan jati dirinya dalam menjalani kehidupan. “Semua manusia mempunyai keinginan untuk hidup melalui caranya sendiri,” ujarnya, Selasa (11/11).

RR

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post NGOBROL BARENG REKTOR TERPILIH
Next post Minimnya Kesadaran Berlalu Lintas