UIN Jakarta Tak Punya Lisensi SPSS

Read Time:3 Minute, 10 Second
(Sumber : spss.jaleco.com)
Salah satu perangkat lunak komputer pengolah data statistik yang sering digunakan oleh civitas akademika Perguruan Tinggi Negeri (PTN) adalah Statistical Product And Service Solution (SPSS). Sangat penting bagi sebuah PTN untuk menggunakan SPSS yang berlisensi. Namun pada kenyataannya, Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta tidak memiliki lisensi tersebut.

Hal itu dinyatakan oleh penanggung jawab laboratorium Health Information System (HIS) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta, Yuli Amran. Ia mengatakan, semua fakultas di UIN Jakarta menggunakan SPSS yang tidak berlisensi. “Setahu saya UIN Jakarta tidak punya lisensi SPSS. Padahal lisensi itu penting karena mengajarkan kepada civitas akademika untuk menghargai hak cipta orang lain,” katanya, Rabu (12/11).

Yuli juga mengkhawatirkan, apabila UIN Jakarta masih menggunakan SPSS yang tidak berlisensi, maka akan menimbulkan masalah pada publikasi karya tulis ilmiah di online. “Saya khawatir ketika IBM melakukan pengecekan karya tulis online yang menggunakan SPSS, IBM akan menuntut UIN.Karena ternyata UIN belum pernah membeli software SPSS,” tuturnya.

Sebenarnya, tambah Yuli, dirinya pernah mengajukan proposal pembelian SPSSnamun permohonannya itu tidak disetujui, “Seharusnya universitas memfasilitasi kebutuhan civitas akademika. Jangan sampai calon-calon penerus bangsa yang lulus dari UIN Jakarta terbiasa membajak karena di universitasnya dulu seperti itu,” paparnya.

Wakil Rektor Bidang Akademik, Mohammad Matsna membenarkan, sampai saat ini UIN Jakarta belum memiliki software SPPS yang berlisensi. “Sampai sekarang SPSS di UIN memang belum ada lisensinya. Terlalu rumit, belum waktunya kita sampai kepada hal-hal seperti itu. Meski sudah menjadi keharusan PTN untuk menggunakan lisensi yang asli,” jelasnya, Kamis (27/11).

Tahun depan, kata Matsna, mungkin UIN akan diberi dana untuk membeli SPSS yang asli. “Masalah itu akan dibicarakan lagi dengan pimpinan, terutama dengan Lembaga Penjaminan Mutu (LPM). Setelah itu kita akan putuskan apakah harus segera membeli lisensi yang asli atau ditunda sementara waktu. Bisa juga ditempatkan di beberapa fakultas dulu,” katanya.

Ketua Departemen Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI), Besral mengatakan, dulu softwareSPSS di UI belum berlisensi namun sekarang, semua komputer sudah memakai SPSSyang asli. “Dulu kan lisensi belum begitu penting dan belum ada peraturan yang mewajibkan mahasiswa mempublikasikan jurnal online. Ketika ada peraturan untuk publikasi jurnal penelitian ilmiah secara online, lisensi software menjadi penting,” katanya, Sabtu (22/11).

Ahli Teknologi dan Informasi (TI), Wahyu Catur Wibowo menjelaskan, publikasi jurnal penelitian ilmiah bisa menimbulkan masalah jika mencantumkan nama atau logo SPSS yang tidak berlisensi. “IBM sebagai produsen SPSS bisa mempertanyakan keaslian software tersebut,” jelasnya, Senin (17/11).

Wibowo menambahkan, walaupun begitu karya ilmiah yang menggunakan SPSS tak berlisensi dan sudah dipublikasi tidak dapat digugat. Hanya saja, lanjut Wibowo, orang yang mempublikasikan karya ilmiah tersebut dapat dikenakan sanksi berupa denda oleh pihak yang dirugikan karena telah melanggar Undang-Undang (UU) Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI).” tambahnya.

Wibowo menyarankan, lebih baik menggunakan perangkat lunak alternatif lain daripada memakai perangkat lunak yang tidak berlisensi. “Saya sarankan untuk memggunakan perangkat lunak open source,” sarannya.

Cara Mendapatkan Lisensi SPSS
Yuli Amran mengatakan, harga lisensi SPSSuntuk satu individu mahal. Tapi kalau kita membelinya dalam jumlah yang besar akan lebih murah. “Terakhir saya tanya harga satu buah lisensi SPSS 25 juta rupiah. Rata-rata harganya diatas 20 juta. Mahal kalau dipakai individu. Kalau dibeli per paket misalnya untuk se-UIN harga lisensinya akan lebih murah,” jelasnya.
Senada dengan Yuli, Staf pengajar Departemen Biostatistik FKM UI, Artha Prabawa memaparkan, harga lisensi SPSS untuk badan pendidikan lebih murah karena sudah ada kesepakatan bersama atau Memorandum of Understanding (MoU) trelebih dahulu. “Harga lisensi tiap-tiap badan atau instansi berbeda-beda. Distributor SPSS memberikan harga khusus untuk badan pendidikan. Harganya bisa lebih murah karena ada MoU,” paparnya (10/12).
Artha melanjutkan, pembelian SPSS untuk sebuah universitas harus melewati beberapa proses. “Awalnya dosen koordinasi terlebih dahulu ke bagian IT. Kemudian, dari Manajer IT diusulkan ke fakultas. Setelah itu fakultas mengajukan pembelian SPSSke rektorat. Setelah rektorat memberikan izin, barulah fakultas dapat membeli SPSS tersebut,” katanya.

JK

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Menggali Potensi Anak Negeri dengan Socio Preneur
Next post Karya Sastra sebagai Cermin Kehidupan