Read Time:2 Minute, 8 Second
Guna menghasilkan ilmu pengetahuan baru, metodologi serta penelitian ilmiah sangat penting. Namun, banyak mahasiswa enggan memperdalam penelitian karena biaya yang mahal dan membutuhkan waktu yang lama.
Hal itu diungkapkan oleh Direktur Institut Assesment Indonesia, Jahja Umar dalam seminar umum bertajuk Build Your Research, Build Your Nation. Jahja juga memberikan beberapa kiat sukses dalam melakukan kegiatan penelitian. Salah satunya, memilih bidang penelitian yang teorinya paling dikuasai.
Sebab, tambah Jahja, hal tersebut dapat mempermudah proses pengumpulan data sekaligus menganalisisnya. Ia menyarankan, agar menghindari stigma bahwa penelitian banyak kendalanya. “Kita belajar jangan hanya ingin lulus saja, tapi ingin bisa,” ujar Jahja Umar di Auditorium Harun Nasution Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Sabtu (14/3).
Selain Jahja, tiga pembicara lainnya juga membahas riset dari berbagai kategori. Pertama, kategori sains yaitu peneliti Masyarakat Ilmuwan dan Teknologi Indonesia (MITI), Mahfudz Al Huda. Ia mengatakan, belum adanya pemerataan terkait pendidikan, kemiskinan, dan kelaparan selalu menjadi benalu di Indonesia.
Menurut Mahfudz, banyak lembaga ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjembatani antara peneliti dari berbagai negara dengan mahasiswa Indonesia. “Pada intinya, mahasiswa harus berinovasi dan berusaha sendiri,” kata Mahfudz.
Kedua, terkait bidang sosial, Peneliti Senior Bank Indonesia, Ascarya menjelaskan, sebagai seorang peneliti, kita harus memahami betul dasar-dasar mengenai riset. Meneliti, kata Ascarya, perlu memahami pendekatan kuantitatif dan kualitatif agar keduanya seimbang.
Terakhir, perihal kategori bidang agama dijelaskan oleh Ketua Majelis Fatwa Majelis Ilmuwan dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Ahmad Zain Annajah. Menurutnya, metodologi dalam Islam sering bermula dari ushul fiqh.
Zain juga mengklasifikasi jenis metode penelitian, semisal historis, deskriptif, korelasi serta studi kasus lapangan. “Sebuah tindakan yang tidak didasari oleh penelitian cenderung gagal,” papar pria lulusan Al Azhar Kairo ini.
Seusai empat pembicara memaparkan penelitian beserta kegorinya, salah satu perwakilan dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Andi Hakim Fauzin juga memberikan informasi terkait beasiswa pendanaan riset.
Andi mengatakan, dana LPDP berasal dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Tambahnya, beasiswa ini pun besar peluangnya bagi para mahasiswa yang ingin melanjutkan S2 atau S3 di dalam negeri maupun luar negeri.
Program lain yang ditawarkan LPDP, lanjut Andi, sangatlah banyak, misalnya beasiswa Magister dan Doktor, spesialis kedokteran, dan lain sebagainya. “Jadi, tak usah khawatir selagi kita ingin melanjutkan studi, banyak peluangnya,” kata Andi.
Ketua Pelaksana Seminar Build Your Research, Build Your Nation, Muhammad Rizki Abdullah Dalimunthe mengatakan, 100 peserta yang terpilih akan mendapatkan training riset gratis. Lalu, peserta tersebut akan diseleksi untuk menulis jurnal ilmiah.
Rizki menambahkan, seminar yang diselenggarakan oleh Dewan Eksekutif Mahasiswa Universitas (DEMA-U) ini bertujuan untuk membangun kualitas mahasiswa terutama dalam bidang penelitian. “Kami melihat UIN membutuhkan pemahaman kembali terkait pentingnya sebuah riset,” tutupnya.
Triana Sugesti
Average Rating