Perempuan dan Perkotaan dalam Karya Seni Grafis

Read Time:2 Minute, 0 Second


Enam orang laki-laki dan seorang perempuan sedang menunggu kedatangan bus di pinggir jalan. Tiga di antara mereka berjongkok dan empat orang lainnya berdiri. Ada yang berdiri sembari membaca buku, ada juga yang hanya bertolak pinggang memandangi lalu lalang kendaraan.

Itulah gambaran dari salah satu karya seni grafis yang menggunakan teknik cetak saring karya Marida Nasution. Karyanya yang berjudul Menunggu Bus ini, terpajang di dinding Gedung A Galeri Nasional Indonesia (GNI) dalam pameran tunggal yang berlangsung pada 20-30 Maret 2015 bertajuk Pameran Tunggal Marida Nasution (1956-2008): Kiprah Seorang Perempuan Pegrafis Indonesia.

Selain itu, ada juga karya grafis menggunakan teknik cetak dalam bernama aquatint berwarna hitam putih. Dalam karya yang satu ini, Marida menggambarkan seorang perempuan yang sedang mengandung duduk sendirian di sebuah kursi. Warna hitam putih dalam gambar tersebut memberikan kesan emosi yang kuat dan dalam.

Meskipun Marida tidak pernah menikah dan mempunyai keturunan, namun ia dapat menyampaikan nilai kemanusiaan melalui karyanya yang berjudul Wanita Hamil ini. “Ia ingin merasakan denyut nadi keibuan ketika seorang perempuan sedang mengandung. Begitu mengharukan dan sungguh mulia,” ujar Kurator Pameran, Setiawan Sabana.

Dua karya seni grafis di atas adalah sebagian dari 40 karya grafis cetak saring dan etsa milik Marida Nasution yang dipamerkan sebagai perwujudan kehendaknya sebelum meninggal dunia pada 22 September 2008. Marida adalah seorang wanita pekerja keras dan telah banyak berkecimpung dalam dunia seni grafis.

Wanita yang meninggal pada usia 52 tahun ini, kerap mengangkat dan mengkritisi isu perkotaan dan perempuan dalam karyanya. Semasa hidup, ia sudah mengadakan pameran seni grafis baik di dalam maupun luar negeri seperti Korea Selatan dan Mesir.

Selain karya seni grafis dua dimensi, ada juga karya seni grafis tiga dimensi dalam bentuk instalasi yang dipajang dalam pameran hasil kerjasama antara GNI, keluarga besar Marida Nasution, dan Institut Kesenian Jakarta (IKJ) ini. “Dalam karya instalasi tersebut, cetak saring sebagai teknik tidak diterapkan pada helaian kertas tapi pada bahan akrilik yang transparan,” jelas Setiawan.

Melalui pameran ini, kata Setiawan, ia berharap agar seni grafis dapat diapresiasi dan menjadi inspirasi bagi publik secara luas. “Saya ingin generasi baru dapat mempertahankan eksistensi seni grafis agar tetap sejajar dengan perkembangan seni rupa lainnya,” tambahnya.

Salah satu pengunjung, Dwi Nurmayunita mengatakan, dirinya jarang melihat karya seni grafis dalam sebuah pameran. “Biasanya kalau ke pameran saya melihat lukisan, tapi kali ini sedikit berbeda. Saya paling suka karya yang berjudul Bola Lampu. Sebab, perpaduan warnanya sangat menarik,” ujarnya, Jumat (27/3).


Jeannita Kirana

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Pabrik Semen di Rembang Menuai Kecaman
Next post Ragam Rasa Seni Lukis