Read Time:1 Minute, 40 Second
Jika dilihat sekilas, rumah yang terletak di Kelurahan Anggut, Kota Bengkulu ini berbeda dengan bangunan-bangunan lain di sekitarnya. Nuansa arsitektur tahun 90-an, terlihat pada struktur dan desain interior dalam rumah yang terbuat dari kayu tersebut. Tidak hanya itu, rumah ini juga menjadi saksi bisu perjuangan Soekarno dalam merintis usaha kemerdekaan bagi bangsa Indonesia.
Rumah yang dibangun pada abad ke-20 ini, awalnya dihuni oleh pengusaha dari negeri Cina yang bernama Tan Eng Cian. Pada tahun 1938, rumah tersebut dibeli oleh pemerintah Belanda. Kemudian, dijadikan rumah kediaman Soekarno selama ia diasingkan di Kota Bengkulu.
Itulah sekilas gambaran tentang rumah pengasingan Soekarno di Kota Bengkulu. Rumah yang kini menjadi cagar budaya Kota Raflesia ini, dahulu sangat dekat dengan Benteng Malborough, benteng yang yang menjadi pusat pemerintahan Belanda saat berada di Bengkulu. Rumah tersebut memang dirancang dekat dari pusat pemerintahan Belanda agar semua gerak-gerik Soekarno dapat dipantau.
Pasca pengasingan di Kota Bengkulu, barang peninggalan milik Soekarno disimpan di rumah pengasingan tersebut. Salah satunya adalah buku. Berbagai macam buku seperti karya sastra klasik, ensiklopedia, data kepemimpinan Jong Java, dan Alkitab Pemuda Katolik tersusun rapi didalam rak kayu.
Sayangnya, buku-buku yang mayoritas berbahasa Belanda itu sudah dalam keadaan usang termakan usia. sekitar 60 persen dari jumlah keseluruhan buku yang ada di Rumah Pengasingan Bung Karno ini mengalami kerusakan yang memprihatinkan.
Selain mengoleksi buku, terdapat juga seragam milik sanggar kesenian Tonil Monte Carlo yang didirikan oleh Soekarno. Nahas, keadaan seragam tersebut sudah terlihat usang. Tidak tersedianya pengatur suhu di dalam lemari dan ruangan, menjadi alasan koleksi pakaian tersebut usang.
Dengan dijadikannya Rumah Soekarno sebagai cagar alam budaya, banyak masyarakat yang datang berkunjung. “Pengunjung datang untuk melihat sejarah tentang Soekarno ketika diasingkan di Bengkulu,” tutur Andri Hakim salah satu gate di rumah Soekarno, Jumat (31/7).
Senada dengan Andri, mahasiswi Universitas Islam Malang, Dewi Sarah mengatakan, para pengunjung dapat menambah wawasan sejarah Indonesia.“Rumah pengasingan Soekarno saat di Bengkulu sangat bermanfaat dan menyenangkan selain tempatnya yang bersih dan rapi untuk bertamasya,” ungkap Dewi.
LSA
Average Rating