Waspada Bahaya Obesitas

Read Time:2 Minute, 27 Second

Obesitas adalah lebihnya lemak dalam jaringan tubuh, khususnya pada bagian perut. Hal tersebut dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan manusia.
Demikian dikatakan pakar gizi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Febrianti Abassuni dalam Seminar bertajuk Are You Selective Eater? Be Careful to Obesity! yang dilaksanakan  di Auditorium Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)  UIN Jakarta, Jumat (20/11). Acara ini diselenggarakan oleh mahasiswa Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Peminatan Gizi FKIK UIN Jakarta.
Seseorang dikatakan obesitas, lanjut Febrianti, jika memiliki lemak yang lebih. Akan tetapi, perempuan dan laki-laki memiliki perbedaan standar banyak lemak. “Laki-laki obesitas jika lemak dalam tubuhnya lebih dari 24 persen, sedangkan wanita lebih dari 31 persen,” tambahnya.
Sementara itu, Perwakilan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Hera Nurlita mengatakan, banyak faktor yang memengaruhi nafsu makan seseorang. Salah satunya indera penglihatan. “Makanan berwarna cerah dapat lebih menarik perhatian,” tegasnya, Jumat (20/11). Ia pun mencontohkan, seseorang akan cenderung memilih permen dibanding bento jika mereka belum mencicipi makanan tersebut.
Rasa dari makanan tersebut, tambah Hera, juga menimbulkan nafsu makan. Namun, rasa yang paling membuat nafsu makan pada umumnya adalah manis, asin dan gurih. “Orang Indonesia suka pedas, tapi itu bukan rasa, tetapi sensasi,” ungkap Hera.
Pemilihan makanan juga menjadi salah satu faktor obesitas. Namun, Pemilihan makanan tersebut tidak lepas dari pengaruh indra manusia. Kurangnya konsumsi makanan berserat seperti sayuran dan buah adalah contohnya. “Sayuran adalah pilihan terakhir untuk dimakan,” tambah Hera.
Banyak faktor yang membuat seseorang mengalami obesitas: Berat badan waktu lahir, obesitas pada orang tua, kurangnya waktu tidur malam, tak banyak aktivitas selama empat hingga delapan jam. Tak hanya itu, pola makan juga berpengaruh pada obesitas. “Makan setelah lapar dan berhenti sebelum kenyang, itu pola terbaik,” ungkap Febrianti, Jumat (20/11).
Obesitas juga dapat terjadi pada anak-anak bahkan lebih berbahaya.  Hal tersebut karena, saat dewasa nanti tubuhnya dapat dua sampai sepuluh kali lebih besar. Kematian muda dan penyakit cardiometabolik (jantung koroner, stroke, hipertensi, diabetes militus, liver, kesulitan bernafas) juga kemungkinan besar akan timbul saat seseorang mengalami obesitas pada anak-anak.
Untuk mencegah obesitas, Hera menganjurkan untuk minum air putih minimal delapan gelas sehari. Selain itu, ia juga mengatakan perlunya membatasi konsumsi garam dan gula. “Bukannya tidak boleh, tapi harus dibatasi,” sarannya.
Selain itu, Pakar Psikologi UIN Jakarta, Risatianti Kolopaking mengatakan, obesitas  bukanlah penyakit, tetapi keadaan yang dialami tubuh manusia. Orang yang mengalami obesitas biasanya akan merasa rendah diri. “Di lingkungan khususnya anak-anak sering direndahkan oleh temannya,” ungkap Risa, Jumat (20/11).
Sekitar 42 juta anak, tambah Risa, mengalami obesitas pada tahun 2013. Mereka merasakan dampak psikologis di lingkungan masyarakat karena menderita obesitas. “Merasa cemas dan tidak puas dengan keadaan tubuhnya,” tambah Risa.
Seminar ini adalah seminar terakhir dalam rangkaian seminar Kesmas UIN Jakarta. ketua panitia, Syahidah Fitria Amalia mengatakan, acara ini bertujuan untuk memberi pengetahuan kepada masyarakat bahwa obesitas ini juga berbahaya. “Kami telah melakukan penelitian di Madrasah Pembangunan (MP) UIN, dan kami sangat peduli obesitas pada anak.” tutupnya, Jumat (20/11).
ER

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Karut Marut Kongres HMI ke-29
Next post Bidadari Dunia Rasa Surga