Refleksikan Kebudayaan dengan Tari Saputangan

Read Time:1 Minute, 33 Second
Empat orang laki-laki paruh baya tampak tengah memegang sapu tangan sembari menari. Lantunan musik juga terdengar dari laki-laki penabuh genderang (Tasa) untuk mengiringi gerak tarian mereka.
Keempat laki-laki tersebut lantas segera mengambil posisi berpasangan. Tari Saputangan. Demikian masyarakat menamakan tarian yang dibawakan oleh para laki-laki paruh baya.
Terlihat kedua pasangan yang terdiri dari empat laki-laki dewasa tadi terus menari dengan gerakan yang lincah nan teratur. Secara konsep Tari Saputangan memiliki 43 motif gerak, 12 frase gerak, 7 kalimat gerak dan 5 gugus. Sebelumnya, Tari Saputangan diawali dengan gerakan memberi penghormatan dengan mengatupkan kedua belah tangan dan mendekatkannya sejajar dengan dada. Gerakan awal ini dikenal sebagai gerakan sambah pambuko.
Selain sambah pambuko ada pula gerakan lain yang mengambarkan orang yang tengah meniti di pematang sawah. Gerakan ini dikenal sebagai maniti pamatang. keempat penari tadi lantas menari dengan gerakan seolah mereka adalah seorang gadis yang tengah berjalan dengan lemah gemulai.
Dan diakhiri dengan gerakan hentakan yang kuat, ini menggambarkan tentang seorang laki-laki yang kuat dalam pendiriannya. Terkenal dengan basitinjak. Sebenarnya Tari Saputangan ini dibawakan secara berpasangan. Yaitu laki-laki dan perempuan. Akan tetapi,  terkadang banyak juga laki-laki dewasa yang melakukan tarian ini.
Dalam acara pesta rakyat bertajuk Adat dan Budaya yang diselenggarakan di Kecamatan V Koto Kampung Dalam, Pariaman, Sumatera Barat menampilkan berbagai macam bentuk kebudayaan yang ada di ranah minang, seperti silek atau pencak silat, indang, dan salahsatunya adalah tari saputangan ini.
Datuk Rimambak, Burhan salah satu petinggi adat mengatakan, Tari ini diciptakan karena memiliki fungsi bagi masyarakat sebagai suatu ekspresi seni. “(Tari ini) merupakan ungkapan bathiniyah yang secara konseptual direfleksikan dan diimajinasikan dalam simbol-simbol gerak,” tuturnya, Kamis (29/01).
Salah seorang penonton, Nuriah merasa bangga dengan kekayaan budaya dan tari daerah yang dimiliki Indonesia. “Saya berharap teman-teman yang lain lebih mencintai budaya negeri sendiri,” ujarnya Kamis (29/01).
AN

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Bongkar Pasang Pengelola Parkir
Next post Mahful Muis Tumanurung di Mata Mereka