Read Time:2 Minute, 22 Second
Delapan tiang bambu dengan latar kain putih tampak menghiasi panggung. Sejumlah potongan bambu tersusun rapi membentuk dua buah tembok. Cahaya lampu redup turut membuat suasana hutan bambu yang gelap terlihat nyata.
Di panggung tersebut, muncul cuplikan video yang menampilkan kasus pembunuhan yang melibatkan pasangan suami istri, Hans dan Yossi. Hans membunuh kakak Yossi lantaran ingin menguasai hartanya. Setelah mendapat uang, mereka berdua terpaksa kabur guna menghindar dari kejaran polisi dan media.
Tibalah pasangan tersebut pada suatu perkampungan yang jauh dari tempat asalnya. Di sana, Hans dan Yossi mengubah identitasnya menjadi Brojo dan Lestari. Keduanya pun mendapat penjelasan mengenai kondisi sosial masyarakat dari petugas keamanan kampung bernama Jimmy. Terlebih, mereka juga berencana untuk melupakan masa lalunya di desa barunya. Dari sini, pasangan tersebut membeli rumah bambu Pak Sutan.
Mulanya, Hans dan Yossi merasa rumah barunya adalah tempat yang pas untuk bersembunyi. Ini didukung dengan ucapan Jimmy yang menceritakan bahwa warga kampung di sana tak pernah ikut campur urusan rumah tangga orang lain.
Setelah dua malam tinggal di tempat barunya, Yossi dan Hans mulai terganggu dengan suara-suara gaduh yang dibuat tetangganya. Beberapa penyebabnya antara lain kesadisan terhadap anak, nikah siri, kekerasan dalam rumah tangga, serta kesulitan ekonomi. Akibatnya, Yossi merasa jengkel dan mendesak Hans untuk membunuh tetangganya.
Awalnya, Hans tak setuju dengan ide Yossi. Ia tak ingin kembali ke masa suram yang pernah dialaminya dulu. Namun, hal ini tak membuat Yossi mengubah pikirannya. Ia terus mendesak Hans, bahkan mengancam akan membongkar kedok suaminya.
Situasi rumah tangga mereka semakin tak terkendali. Hans tak kuasa untuk menampar pipi sang istri. Tak terima ditampar, Yossi menyerang balik Hans dan menodongkan pistol ke suaminya. Dengan terpaksa Hans pun menuruti keinginan istrinya. Yossi pun menyerahkan pistol ke tangan Hans dan mengantarnya ke depan pintu rumah.
Saat senjata berpindah tangan, keadaan menjadi berbalik. Hans merasa ancaman Yossi lebih berbahaya dibanding suara gaduh dari tetangga. Ia pun menembak istrinya hingga tewas. Namun sebagai suami, Hans menyesali perbuatan telah dilakukan. Di saat ia menangisi jasad Yossi, suara gaduh kembali muncul yang menyebabkan Hans makin stres.
Itulah cuplikan dari pertunjukkan drama bertajuk Persembunyian yang diadakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Syahid, Senin (30/5). Acara tersebut merupakan ajang untuk anggota muda Teater Syahid dalam masa pendidikan. Persembunyian dilaksanakan selama dua hari, yakni 30-31 Mei 2016 di Aula Student Center (SC).
Sutradara Persembunyian Bangkit Sanjaya mengatakan, kesadisan adalah hal yang ingin disampaikan dari cerita ini. Menurutnya, permasalahan sehari-hari dapat membuat seseorang menjadi sadis. “Saat ini sudah tak relevan membicarakan persembunyian, karena sudah tidak ada tempat untuk sembunyi dari kesalahan”, ungkapnya, Minggu (29/5).
Salah satu penonton Maisya Zaqiyah mengutarakan, pertunjukan Persembunyian itu berbeda dengan pertunjukan Teater Syahid sebelumnya. Menurutnya, ini baru pertama kali Teater Syahid menggunakan konsep teater rakyat. “Pertunjukkannya sesuai dengan tagline-nya, tidak ada tempat bersembunyi yang aman bagi kesalahan,” pungkas Mahasiswi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Senin (30/5).
PP
Average Rating