Read Time:4 Minute, 50 Second
Berulang kali pengelola sistem parkir di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta berubah. Tak satupun dianggap menjadi solusi terbaik.
Sudah dua bulan umur pengelola parkir baru Gerbang Berkah (GB) Parking di UIN Jakarta. Berbagai kontroversi telah beredar di kalangan sivitas akademika mulai dari demonstrasi yang mengatasnamakan mahasiswa serta penulisan petisi yang terjadi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK), April lalu.Pengelola swasta dinilai tidak memberikan wajah baru bagi perpakiran di UIN Jakarta.
Pemberlakuan peraturan baru oleh pihak pengelola sistem parkir, GB Parking yaitu menaikkan tarif menjadi Rp 1000 untuk motor yang sebelumnya Rp 500 dan tarif parkir mobil dari Rp 1000 menjadi Rp 2000.Kepala Bagian (Kabag) Umum UIN Jakarta, Suhendro Tri Anggono menerangkan, kenaikan tarif parkir dikarenakan adanya asuransi untuk setiap kendaraan yang parkir di UIN Jakarta, Rabu (4/5). Sehingga jika nanti ada kendaraan hilang di dalam kampus, pemilik kendaraan berhak mendapatkan uang ganti seratus persen.
Namun, terkait peraturan baru yang menjamin adanya asuransi, Direktur Bisnis GB Parking, Nindya Nazara menyanggah, penggantian harga kendaraan motor menyesuaikan dengan harga pasar. “Misalnya, saat motor ninja harganya Rp 30 juta hilang, tapi sudah dipakai dua tahun ya bukan Rp 30 juta lagi yang digantikan,” ujarnya, Senin (9/5).
Saat ini, karyawan GB Parking yang berkerja di UIN Jakarta terdiri dari mantan karyawan UIN Parking dan pekerja tambahan dari Perusahaan GB Parking. Di kampus satu, karyawan lapangan berjumlah 19 orang serta ditambah empat staf GB Parking. Keempat staf tersebut ialah satu orang Manajer, dua orang Supervisor, dan satu orang Administrasi Keuangan. Lalu beberapa karyawan juga ditempatkan di kampus dua sehingga total karyawan GB Parking kurang lebih ada 30 orang.
Jumlah karyawan tersebut masih kurang jika dibandingkan dengan jumlah kendaraan yang parkir di dalam UIN Jakarta. Setiap harinya (Senin-Jumat) terdapat kurang lebih 6500 unit kendaraan yang masuk ke kampus.
Sementara itu, jam kerja karyawan GB Parking dimulai dari pukul 06.00 hingga 22.00. Jam kerja tersebut terbagi menjadi dua sif, pertama yaitu pukul 06.00 sampai 14.00 sedangkan sif kedua pukul 14.00 hingga 22.00. Setelah jam kerja karyawan GB Parking selesai, pengamanan parkir diserahkan kepada Satpam UIN Jakarta.
Pada sif pertama, 12 orang karyawan GB Parking disiagakan di 9 titik area, yaitu dua orang karyawan di gedung parkir baru, satu orang karyawan di loket masuk bersiaga, satu orang karyawan di depan Unit Kegiatan Mahasiswa Arkadia, serta dua orang di halaman parkir Student Center (SC). Selanjutnya, di basement Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Fakultas Sains dan Teknologi, dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis masing-masing dijaga oleh satu orang karyawan GB Parking. Kemudian di area bank Mandiri dan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FITK) terdapat satu orang karyawan yang berjaga. “Sisa dua, yang satu di gedung Pusat Perpustakaan satunya lagi untuk stand by di lapangan,” papar Manajer GB Parking, Ahmad Alvi, Sabtu (7/5).
Jumlah karyawan yang bertugas pada sif dua nyatanya tidak sebanyak sif satu. Pada sif dua, empat karyawan ditempatkan di loket keluar dan tiga lainnya masing-masing bersiaga di loket masuk, halaman parkir SC, dan FITK.
Meskipun demikian, ternyata pengelolaan parkir oleh GB Parking belum menunjukkan adanya sistem keamanan yang lebih baik. Masih terdapat beberapa kasus kehilangan helm yang sering terjadi di lahan parkir. Hal tersebut dibenarkan oleh Suhendro, “Ada laporan kehilangan berupa helm dari Satuan Pengamanan (Satpam), tetapi tidak secara tertulis,” sambungnya, Rabu (20/4).
Selain itu, Supervisor GB Parking, Yandi mengiyakan kurangnya keterampilan pekerja dalam pengoperasian sistem baru berbasis teknologi. Sehingga menyebabkan adanya antrean panjang di loket keluar (depan Bank Mandiri), Jumat (13/5). Yandi juga mengatakan, karyawan GB Parking memang masih perlu adaptasi.
Salah satu mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, FITK, Jajang Nurzaman mengeluhkan antrean panjang mjenuju loket keluar Ia berpendapat, antrean panjang ini tidak terjadi sebelum adanya pengelola sitem parkir baru, GB Parking, “Sekarang bisa antre sampai halaman parkir SC,” ucap mahasiswa semester delapan ini, Jumat (13/5).
Sama halnya yang dirasakan oleh Kepala Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FITK Makyun Subuki. Menurut Makyu, ketika dirinya ingin keluar kampus cukup memakan waktu yang lama, sebab banyak kendaraan yang mengantre “Kalau mau keluar kampus sekarang jadi lama,” katanya, Rabu (11/5).
Menanggapi hal itu, Kepala Biro Administrasi Umum dan Kepegawaian, Reti Indarsih menjelaskan, terkait parkir yang masih terbilang semrawut dan antrean panjang pada loket keluar memang menjadi bahan evaluasi tersendiri bagi GB Parking. Melihat standar keberhasilan kerja, pengelola parkir baru, tambahnyamasih belum memuaskan. “Tapi, saya masih tetap optimis pada GB Parking,” tandasnya, Kamis (12/5).
Swasta Lagi
Pada perjalanannya, UIN Jakarta telah mengalami beberapa kali bongkar pasang pengelolaan parkir. Sebelum 2009, parkir UIN Jakarta sempat dikelola satpam dan tidak dikenakan tarifparkir. Lalu, pada 2009, Commanditaire Vennootschap (CV) Dumparking mengambil alih pengelolaan parkir dan menentukan tarif Rp 500 untuk sepeda motor dan Rp 1000 untuk mobil. Namun, sistem ini hanya bertahan selama tiga tahun.
Pengelolaan parkir oleh CV Dumparking sempat terhenti karena pihaknya melanggar perjanjian dengan UIN Jakarta. Saat itu CV Dumparking terlambat membayar uang sewa, sehingga pengelolaan parkir UIN Jakarta pun dikelola oleh UIN sendiri atas nama UIN Parking. ”Awalnya dikasih peringatan dulu akhirnya baru punishment” ungkap Staf Rumah Tangga Bagian Umum (dulu Koordinator UIN Parking) Rahmat Hidayat, Rabu (4/5).
Ketika dikelola oleh UIN Parking, suasana parkir saat itu dinilai semrawut dan mendapat banyak komentar negatif dari para tamu yang mengeluhkan kondisi parkir di UIN Jakarta. Reti Indarsih menambahkan, berpindahnya pengelolaan parkir dari UIN Parking kepada GB Parking ini disebabkan adanya temuan audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap pengelolaan parkir sebelumnya.
Baca: Reti: Ciptakan Parkir Aman
Agar tidak terhenti di tengah jalan layaknya CV. Dumparking, Suhendro Tri Anggono memaparkan, GB Parking telah melalui proses seleksi. “Dari segi presentasi, fasilitas dan kesiapan, GB Parking lebih profesional. Jadi, pilihan jatuh pada GB Parking” katanya, Kamis (12/5).
Eli Murtiana
Average Rating