Saksi Perjalanan Borobudur dan Prambanan

Read Time:1 Minute, 53 Second


Foto sketsa  buku “ Boro-Boedoer “ terpampang di depan pintu lantai satu Gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Foto karya Suparno itu menjadi penyambut para pengunjung pada pameran foto sejarah perjalanan Borobudur dan Prambanan, 25 tahun ditetapkannya sebagai warisan dunia oleh United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO).

Sejarah diawali dengan kerusakan Borobudur dibanyak bagian candi. Terlihat pada foto yang berada tepat di sebelah foto penyambut tersebut. Foto itu menampakkan rusaknya bagian atap dan tubuh candi dengan latar belakang Gunung Sumbing.

Kemudian terdapat pula foto yang menampakkan kerusakan pada bagian wajah dan tubuh  patung Buddha. Foto itu seakan mengisahkan kesedihan atas kehancuran warisan peninggalan sejarah yang lapuk oleh waktu, erupsi Kelud dan tangan jahil manusia.

Selain Kelud, erupsi Merapi pun ikut merusak keindahan alam di sekitar Borobudur. Terlihat dari penggambaran foto abu vulkanik yang menutup candi serta meluluh lantakkan pepohonan di sekelilingnya.

Namun, terdapat sebuah foto yang mengisahkan perbaikan atas kerusakan Borobudur. Dalam foto tersebut menggambarkan sebuah crane dan alat berat sedang memperbaiki kerusakan candi. Hal itu merupakan perbaikan sistematis pertama pasca kemerdekaan oleh UNESCO.

Kisah yang sama juga tergambar dalam foto yang menempel tak jauh dari foto sebelumnya. Dalam foto nampak masyarakat saling bergotong royong untuk memperbaiki kembali candi- candi Prambanan yang rusak setelah terguncang gempa Yogjakarta.

Melangkah lebih jauh, terdapat foto yang melukiskan keindahan Borobudur di bawah purnama. Semburat merah di langit turut serta menghiasi malam hari Borobudur. Tak hanya itu, pancaran cahaya rembulan memberi kesan kemegahan pada candi.

Kemudian, foto yang terletak dua langkah dari foto sebelumnya ikut menggambarkan suasana alam sekitar Prambanan di pagi hari. Hijaunya dedaunan menunjukkan keasrian lingkungan yang ada di sekitar Prambanan.

Dari sekian banyak foto yang dipamerkan, terdapat satu foto yang menggambarkan sepasang anak kecil sedang mengamati patung Buddha. Foto tersebut memberikan kesan agar masyarakat senantiasa memperkenalkan peninggalan sejarah kepada generasi muda. Sehingga mereka memiliki kecintaan terhadap warisan dunia dan keinginan untuk melestarikannya.

Pameran foto pun turut diwarnai dengan miniatur Borobudur yang terletak di tengah-tengah galeri. Miniatur tersebut membuat suasana pameran semakin kental dengan nuansa kebudayaan dan sejarah.
Salah satu panitia, Andre Domas mengatakan acara pameran foto ini merupakan cara untuk mengenalkan para generasi muda mengenai warisan budaya melalui fotografi. “Dengan fotografi masyarakat dapat mengetahui banyaknya keindahan warisan budaya yang harus kita jaga” ujarnya, Senin (29/8).
AZ

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Serba-Serbi KKN
Next post Satukan Rasa Lewat Bahasa