Pemira Adalah Pembelajaran Politik Mahasiswa, Benarkah?

Read Time:1 Minute, 54 Second
Oleh Didin Sirojudin*
Indonesia sebagai negara demokratis sangat menjunjung tinggi kebebasan berpendapat dan memberikan ruang proses pembelajaran warganya dalam menyampaikan aspirasi demi kemajuan dan kemakmuran negara. Mahasiswa selaku agent of change dituntut untuk belajar dan mengaplikasikan pengetahuan yang didapatnya untuk membawa manfaat besar bagi manusia, bangsa, dan Negara Indonesia.

Tentunya untuk menjadi aspirator, mahasiswa harus memahami dengan baik sistem ketatanegaraan yang dianutnya dan sistem demokrasi yang dianutnya. Di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, mahasiswa diberikan kesempatan belajar sebelum mereka mengaplikasikannya di berbagai belahan nusantara ini.

Menutup akhir tahun 2016 ini, UIN Jakarta akan menyelenggarakan Pemilihan Umum Raya (Pemira). Dalam ajang Pemira, mahasiswa dituntut memaknai arti demokrasi yang sesungguhnya dan melaksanakannya di lapangan. Hal ini merupakan perwujudan demokrasi yang seutuhnya.“Dari mahasiswa, oleh mahasiswa, dan untuk mahasiswa.”

Jelang Pemira, tiap organisasi tengah bersiap mensolidkan barisan dengan melakukan proses musyawarah, kongres, dan konvensi untuk mengganti dan menyusun tim pemenangan. Seperti di tingkat Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) yang dikenal dengan Dewan Pemenangan Jurusan (DPJ). Begitu pula Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) dan Senat Mahasiswa (Sema) di tingkat fakultas dengan Dewan Pemenangan Fakultas (DPF) dan universitas dengan Dewan Pemenangan Pusat (DPP).

Kesibukan menjelang Pemira tidak hanya terjadi dalam tubuh organisasi saja. Sema-U juga tengah membentuk Komisi Pemilihan Umum (KPU). Lewat KPU inilah akan tersusun mekanisme Pemira. KPU senantiasa diawasi oleh Badan Pengawas Pemilu (Banwaslu).

Sistem perpolitikan kampus merupakan miniatur sistem perpolitikan di negara kita. Ada lembaga eksekutif, legislatif, partai-partai, KPU dan Banwaslu. Kampus merupakan pembelajaran yang sangat baik untuk pengetahuan sistem perpolitikan teruntuk mahasiswa. Namun apakah seluruh mahasiswa memahami tugas, pokok dan fungsi dari proses-proses yang sedang dijalaninya dalam momentum Pemira? Seberapa besarkah keikutsertaan dan perhatian mahasiswa secara keseluruhan terhadap pembelajaran politik kampus?

Hasil survey organisasi kemahasiswaan menyatakan, hanya mahasiswa yang aktif dalam organisasi intra maupun ekstra kampus yang menaruh perhatiannya terhadap Pemira. Mereka yang kurang paham terhadap perpolitikan kampus biasanya memosisikan dirinya sebagai the floating mass atau massa mengambang dan mereka inilah massa terbesar dalam kampus ini yang terkadang dalam hajatan besar pemira ini sering disebut-sebut simpatisan.

Seberapa besar peran mahasiswa dalam setiap prosesnya merupakan bekal yang amat berharga bagi mahasiswa kelak ketika dirinya akan menjadi bagian besar dalam perubahan bangsa dan negara tercinta ini. Karena guru terbaik atau pembelajaran yang baik adalan pengalaman.

*Presiden Dema-U UIN Jakarta Periode 2013

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Di Balik Pemangkasan Anggaran
Next post Tak Diloloskan, Calon Kandidat Ajukan Keberatan