Read Time:2 Minute, 7 Second
Lantunan solawat diiringi musik hadroh menggema dari puluhan mahasiswa. Puluhan mahasiswa itu memadati Hall Student Center Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta guna menghadiri peringatan Haul Gus Dur yang ke-7. Acara tersebut diadakan olehberbagaiOrganisasi yang ada di Ciputat, seperti Lentera HAM, MATAN NU, dan Komunitas Mahasiswa Pecinta Lingkungan Hidup dan Kemanusiaan Kembara Ibnu Batutah (KMPLHK) Ranita pada Kamis (29/12).
Haul ke-7 Gus Dur ini juga mendatangkan Alissa Wahid yang merupakan Putri dari Gus Dur, Priyo Sambadha, dan juga Romo Sandyawan. Dalam acara ini, Alissa Wahid menggambarkan sosok Gus Dur sebagai seorang ayah yang luwes dan tenang, “Apa yang orang orang lihat tentang gusdur, maka seperti itulah Gus Dur. Jika Gus Dur terlihat sering bergurau di luar, maka di rumah pun beliau bersikap sama,” ungkapnya.
Selain itu, Alissa juga menjelaskan tentang keyakinan spiritual Gus Dur, bahwa tugasnya di dunia sebagai seorang muslim adalah menjadikan islam sebagai rahmat untuk semesta. Itulah yang menjadi dasar dari sembilan prinsip kemanusiaan Gus Dur. “Untuk menjaga prinsip kemanusiaan, harus ada prinsip keadilan, kesetaraan, pembebasan, dan kesederhanaan,” ujar putri sulung Gus Dur ini. Ia juga menegaskan semboyan ‘gitu aja kok repot’merupakan salah satu bagian dari prinsip kesederhanaan Gus Dur.
Priyo Sambadha, yang merupakan seorang protokoler pada masa kepemimpinan Gus Dur juga berbagi pengalaman bekerja semasa Gus Dur menjadi presiden. Ia mengingat bagaimana pada saat kepemimpinan Gus Dur itulah kali pertamanya Istana Negara dibuka bebas untuk semua lapisan masyarakat. “Pada saat Hari Raya Idul Fitri, seluruh masyarakat bisa masuk Istana Negara dan bersalaman dengan presiden serta keluarganya, itu tak ada pada zaman kepemimpinan sebelumnya.” kenang Priyo, Kamis (29/12).
Tidak hanya Priyo Sambadha yang mengenang kedekatannya dengan sosok Gus Dur, Romo Sandyawan juga juga bertutur bahwa dirinya merindukan Gus Dur di hari-hari yang penuh kontroversi seperti saat ini, hari-hari di mana perbedaan semakin nampak, baik dalam lapisan politik maupun sosial. “Jika Krisis ini terus terjadi, maka bagi saya ini merupakan irelevansi pengajaran moral yang telah diawali Gus Dur,” ucapnya, Kamis (29/12).
Di sisi lain, Wakil Rektor (Warek) III Bidang Kemahasiswaan Yusron Razak dalam sambutannya juga turut serta mengutarakan pandangannya terkait sosok Gus Dur. “Seperti yang telah diketahui tak ada kata yang mampu mewakili keluasan pandangan seorang Gus Dur,” tutur Yusron Razak, Kamis (29/12).
Selaku Ketua Pelaksana acara Haul Ke-7 Gus Dur, Rausyan Fikry Muhammady menyampaikan betapa pentingnya acara haul tersebut.“Di tengah kegoncangan, di situasi yang tidak enak bagi mereka yang cinta perdamaian, cinta toleransi, sosok Gus Dur merupakan sosok yang dirindukan,” ujar Rausyan, Kamis (29/12).
NPR
Average Rating