Berkisah Lewat Seni Grafis

Read Time:3 Minute, 8 Second


Tak sekadar menampilkan keindahan. Seni grafis pun mengisahkan pembatasan kebebasan rakyat khususnya di Thailand.
Gambar selotip dalam bingkai yang berbeda menyibak pandangan pengunjung tatkala memasuki ruang pameran di Bentara Budaya Jakarta, Rabu (6/9). Bergelantungan di dinding sisi kanan pintu masuk ruang pameran. Terlukis wajah manusia pada kotak selotip. Sedangkan, helaian selotip tampak berwarna merah,biru, dan putih.
Wajah masam tersirat dari gambar berjudul The Temporary Binding No. 1 ini. Gambar selotip mengisyaratkan pembungkaman yang dilakukan pada seorang manusia. Tak memiliki kekuatan untuk melawan, manusia hanya bisa pasrah dengan kondisinya. Sedangkan helaian yang tampak seperti bendera Thailand bermakna simbol kekuasaan suatu negara. Di mana para petinggi negara membungkam aspirasi rakyat dengan kekuasaan yang dimilikinya.
Beranjak ke sebelah kiri dinding ruang pameran. Terpajang bingkai kayu berukuran panjang 70 cm dengan lebar 80,5 cm. Beberapa perabotan rumah tangga terpajang di dalamnya. Di sana terdapat mangkok yang beralaskan piring dan beberapa alat dapur lainnya. Di samping gambar, terlukis sebuah sendok disertai wajah manusia  tertopang di atas piring.
Selangkah dari sana, sebuah gambar keranjang bayi terpampang. Keranjang yang terbuat dari kayu dengan desain seperti halnya jeruji yang mengelilingi keranjang. Salah satu sisi keranjang berwarna putih tampak wajah manusia. Seakan memberi penekanan pada kisah sosok manusia dengan menonjolkan wajah yang terlukis pada gambar.
Gambar keranjang bayi dengan latar belakang hitam memberi kesan sepi. Dalam gambar seakan menyiratkan seorang manusia yang tak meliliki ruang kebebasan. Ia terhimpit pada suatu ruang seperti halnya jeruji tahanan dan tak bisa terlepas. Tak ada yang bisa Ia lakukan kecuali diam dan berpasrah.
Masuk lebih dalam ke ruang pameran, terdapat sebuah gambar yang menunjukkan beberapa  potongan organ tubuh manusia. Mulai dari tangan, kaki, wajah hingga mata. Di sekelilingnya tampak pula gambar pipa yang memisahkan potongan tubuh satu sama lain. Dalam gambar seakan menceritakan kepedihan penderitaan orang-orang yang tertindas oleh para penguasa.
Di tengah-tengah ruangan, terdapat pula gambar vas bunga. Terlihat sebuah tanaman tumbuh di dalam vas. Wajah muram terlukis pada vas yang terletak pada lantai kayu. Terlihat lusuh vas bersandar di samping dinding bercat putih.
Selanjutnya, gambar gembok disebuah bingkai berukuran panjang 71 cm dan lebar 100 cm terlihat tidak jauh dari gambar sebelumnya. Di sana pula terdapat wajah manusia yang nampak pada besi gembok. Gambar ini menjadi pusat perhatian para pengunjung. Pasalnya salah satu karya seniman asal Thailand Puritip Suriyapatarapun tersebut menjadi juara kedua di ajang kompetisi Internasional Trienal Seni Grafis Indonesia V.
Kompetisi trienal seni grafis diselenggarakan oleh Bentara Budaya sejak 2003. Kompetisi digagas sebagai upaya menggalakkan seni grafis konvensional di Indonesia. Tahun 2015, kompetisi dibuat berskala internasional yang diikuti 20 negara diantaranya Amerika Serikat, Argentina, dan Australia. Bentara Budaya berharap kompetisi pameran grafis ini pada waktu mendatang dapat menjadi salah satu parameter perkembangan dan kualitas seni grafis Indonesia.
Beberapa karya Puritip yang dipamerkan di Bentara Budaya ini terpilih dalam kompetisi trienal grafis V tersebut merujuk pada tema kompetisi “Dunia dalam karantina”. Tema  tersebut berangkat dari sejumlah permenungan antara lain tentang dampak globalisasi pada kehidupan. Pencarian-pencarian bentuk masyarakat ideal yang dikhawatirkan telah berakhir.
Pameran yang berlangsung 5-12 September 2017 ini bertajuk “Boundary Of Freedom”. Tema ini diusung sesuai tema karya yang menceritakan tentang batas-batas bentuk kebebasan manusia dalam menjalani hidup. Selain itu juga mengisahkan manusia yang dibungkam oleh para penguasa dengan cara-cara kekerasan. Begitu juga sebagai bentuk metafora yang menyatakan sesuatu yang dia inginkan. Karenanya, sekitar 26 karya yang dipamerkan melukiskan wajah manusia.
Pameran yang dikuratori oleh Efix Mulyadi merupakan pameran kedua yang digelar setelah pameran seni grafis pada 2016 silam. Kala itu pagelaran pameran karya seni grafis seniman India Jayanta Naskar yang menjadi juara pertama dalam kompetisi yang sama. Efix berharap dengan digelarnya acara ini apresiasi masyarakat terhadap karya seni grafis meningkat. “Masyarakat kita masih kurang tertarik dengan seni grafis,” ungkapnya, Rabu (6/9).

Atik Zuliati

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Hiruk Pikuk Klarifikasi UKT
Next post Pengawasan Kurang, Isi Siaran Pun Meyimpang