Read Time:2 Minute, 0 Second
SITTWE – Sebelas tahun terbelenggu di dalam Myanmar, tak juga ada keadilan bagi warga Rohingya. Rohima Begum, salah seorang warga Rohingya mengisahkan hidupnya yang hingga kini berada dalam keterbatasan. Rohima mengaku, banyak sekali pengekangan yang dialami warga Rohingya di Myanmar, termasuk dirinya. Utamanya akses yang dibatasi, bahkan ditutup. Misalnya saja akses untuk mendapatkan layanan kesehatan, pendidikan, dan beribadah di tempat umum.
Mereka tiada henti alami kekurangan pangan. Selain karena minimnya persediaan di pasar, mereka juga tidak punya penghasilan untuk membelinya. Akses untuk mendapatkan air bersih pun sulit.
Rohima sendiri adalah ibu dari 5 orang anak. Semuanya masih berusia di bawah 18 tahun, tiga perempuan dan dua laki-laki. Ia dan keluarga tinggal di Desa Doon Pyin, Kota Sittwe, Myanmar. Perihal air bersih, Rohima mengungkapkan, warga Rohingya harus berjalan jauh agar menjangkau sumber air bersih. Namun, itu pun tidak aman bagi mereka, terutama perempuan.
“Kami khawatir kalau pergi jauh-jauh, kami masih trauma, takut ada kejahatan lagi yang dilakukan pada kami,” kata Rohima.
Rupanya, sekali lagi, tindakan represif telah mematri trauma pada sebagian besar Rohingya yang menyaksikan maupun mengalaminya. UNHCR pernah menyatakan, selain kebutuhan pangan dan air bersih, Rohingya sangat memerlukan pendampingan psikososial untuk menghilangkan trauma mereka.
Sucita dari Global Humanity Response (GHR) ACT mengatakan, jangankan untuk bekerja, pergi menjangkau sumber air pun mereka tidak memiliki keberanian. Alhasil, banyak dari anak-anak mereka terlihat kotor karena jarang mandi. “Padahal tentu saja mereka membutuhkan air bersih untuk mandi dan mencuci pakaian, juga untuk minum,” jelas Suci.
Pada awal September lalu, Aksi Cepat Tanggap (ACT) telah membangun 11 pompa air di 8 lokasi berbeda, yakni di Desa Baw Du Pha, Desa Shabok, Desa Thae Choung, Desa Doon Pyin, 1 Desa Khoung Dukkar, dan Desa Kay Pyin di Kota Sittwe.
“Alhamdulillah sudah berdiri 11 pompa air. Target kami akan membangun 21 unit, artinya tinggal sisa 10 unit lagi. Pembangunan 10 pompa air ini sebenarnya sudah mulai Oktober kemarin, tersebar di dua desa: 5 unit di Desa Dapaing dan 5 unit di Desa Baudupa. Insya Allah akan selesai dalam waktu dekat,” tutur Suci.
Mendengar kabar baik itu, Rohima yang menginspirasi ACT untuk membangun pompa air pun merasa bersyukur. Sebab, kontribusinya turut meringankan beban warga Rohingya di Myanmar dalam mendapatkan air bersih. Sehingga, tak ada lagi kekhawatiran bagi mereka karena tidak harus pergi jauh. “Saya sangat senang memiliki pompa air dari ACT. Saya berdoa, semoga Allah membalas kebaikan para donatur dan anggota ACT,” pungkas Rohima. [] Nimas Afridha Aprilianti
Average Rating