Read Time:1 Minute, 21 Second
Indonesia merupakan salah satu negara yang berada di lingkaran Cincin Api Pasifik, juga berada tepat di atas lempengan tektonik. Hal tersebut menyebabkan Indonesia rawan gempa untuk menyadarkan pemuda sadar akan bahaya bencana, Kelompok Mahasiswa Pencinta Lingkungan Hidup dan Kemanusiaan (KMLPHK) Kembara Insani Ibnu Battutah (Ranita) mengadakan seminar bencana dan talkshow relawan.
Turut menghadirkan Agung Sabtaji dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah II Ciputat, dipaparkan beberapa jenis gempa bumi hingga akibatnya. “Akibatnya bisa terjadi guncangan, tsunami hingga bahaya sekunder” ucapnya, Jumat (26/10).
Tak hanya Agung, Purna Sulastya Putra Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) turut membahas tentang gempa bumi dan gempa megathrust yang berada di Selat Sunda. “Lempengan teknonik ini juga ada di Selat Sunda dan juga berada di bawah Pulau Jawa,” paparnya, Jumat (26/10).
Begitu pula Melisa Aprilia, dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menceritakan awal Indonesia sadar butuhnya penanggulangan bencana pada saat gempa Aceh 2004. Melisa menjelaskan perlunya sistem penanggulangan bencana yang terpadu. “Kemudian lahirlah undang-undang rawan bencana nomor 24 tahun 2007 oleh Badan Koordinasi nasional” ujarnya, Jumat (26/10).
Menanggapi acara ini, Alfiah Nurul Zakiah selaku ketua pelaksana beranggapan bahwa Acara ini pun bertujuan agar pemuda lebih sadar bencana. Dari talkshow relawan ini tidak hanya diajarkan lebih peduli dengan korban bencana. “Langkah baiknya bisa ikut ke lapangan jadi relawan,” tuturnya, Jumat (26/10).
Diadakan di Aula Madya lantai satu UIN Syarif Hidayatullah. Acara ini sukses merangkul Peserta dari berbagai fakultas maupun mahasiswa pencinta alam. Salah satunya Siti Maulida, mahasiswi jurusan Ilmu perpustakaan mengungkapkan, ketertarikan dan kesadarannya terhadap bencana. “Mahasiswa seperti saya pun jadi tahu apa itu bencana dan cara menanggapinya,” tutupnya, Jumat (26/10).
Average Rating