Malaikat Kecil yang dirindu Tuhan

Malaikat Kecil yang dirindu Tuhan

Read Time:3 Minute, 20 Second
Malaikat Kecil yang dirindu Tuhan

Judul Buku : Tuhan, Aku Ingin Menjadi Malaikat Kecil-Mu
Pengarang : Eidelweis Almira
Penerbit : Euthenia
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2015
Cetakan ke : 1 (Satu)
Total Halaman: 152 Halaman
Jenis Buku : Non Fiksi

Gege seorang anak yang berlatar belakang kaya, diceritakan dalam kisah Rumah Asa sebagai
anak yang pemberani, peduli, dan rela berkorban. Berawal dari Gege menerima bantuan tambal
sepeda dari anak-anak kurang mampu yang tinggal di belakang komplek rumahnya  memunculkan rasa merasa simpatinya. Gege kemudian bertekad untuk membalas jasa dengan memfasilitasi anak-anak itu berupa tempat belajar yang bernama Rumah Asa.

Gege tidak segan untuk memberikan apa yang ia punya, bahkan jika dirasa kurang Gege akan
menjual barang-barang mahalnya untuk kepentingan anak-anak di Rumah Asa. Sampai suatu
waktu ia tidak lagi mempunyai barang yang dapat ditunaikan. Lalu ia meminta bantuan kepada
kakaknya, beruntung sang kakak yang juga memiliki hati yang baik membantu karena terenyuh
dengan misi mulia adiknya. Namun nahas, Gege mengalami kecelakaan ketika ia hendak
menolong kakaknya yang hampir pingsan.

Lain halnya dengan Gege, Anggrek Jingga gadis manis yang hidupnya serba berkecukupan
namun kurang mendapat kasih sayang orang tua sering mengunjungi panti asuhan. Berkat
kebaikan hatinya ia sering bermain dan membantu anak-anak panti yang berada dekat dengan
lokasi rumahnya. Namun sayang, ibu Anggrek adalah seorang yang cuek dan egois, ia selalu
melarang Anggrek untuk berada dekat-dekat dengan panti, padahal disana Anggrek
mendapatkan kebahagiaan yang didambakan.

Fisik lemah Anggrek serta banyaknya aktivitas yan ia lakukan di panti membuat Anggrek jatuh
sakit. Sang ibu yang mengetahui hal tersebut sangat marah dan membatasi segala aktivitas
Anggrek. Anggrek yang kecewa terhadap sikap ibunya memutuskan untuk lari dari rumah. Gadis
manis itu menangis tersedu-sedu dihadapan ibu panti dan temannya Ira, seraya meratapi
nasibnya. Malang, ia megalami sakit hingga nyawanya sudah tak dapat ditolong.

Lagi-lagi kisah dari keluarga kaya. Adi yang ambisius dan berhobi mancing adalah anak laki-laki
dari ibu yang ambisius. Ibunya tidak menyukai hobi Adi dan memaksanya untuk menekuni dunia
fashion show. Adi yang tidak memiliki minat di dunia peraga melakukan penolakan, tapi sayangnya penolakan adi tidak digubris sang ibu. Adi menyikapi sifat keras kepala sang ibu
dengan memberikan syarat untuk mau menjemput adiknya sekolah. Jika ibunya bersedia maka
Adi mau menuruti keinginan ibunya. Perdebatan diakhiri dengan persetujuan ibu Adi.

Kebijaksanaan Adi begitu memukau. Kesupelannya dengan para pekerja rumah begitu dikagumi.
Suatu ketika hujan lebat mengguyur daerah rumahnya. Akan tetapi Adi tetap memaksa untuk memancing. Sayangnya, Pak Is, supir Adi tidak bisa menemani karena ada urusan keluarga.
Akhirnya Adi memutuskan untuk memancing sendiri. Miris, ketika sedang memancing, tiba-tiba
petir merenggut nyawa Adi.

Kisah yang lain menceritakan seorang gadis bernama Anti, si sulung dari kedua adiknya yaitu
Ari dan Riri. Ia memiliki kepribadian yang kuat, bertanggung jawab, dan cerdik. Riri adik
bungsunya sakit-sakitan, yang pada akhirnya menggugah hati Anti membantu ayahnya mencari
uang untuk biaya berobat Riri. Anti memiliki keahlian membuat kartu ucapan berbahan eceng
gondok. Keahliannya ini tidak diragukan lagi, banyak teman-temannya yang membeli kartu
ucapan Anti yang unik dan bagus.

Anti merupakan anak yang pandai membaca situasi, ia akan membisniskan bagi teman-teman
yang memiliki harta banyak untuk melihat Pekerjaan Rumah (PR) nya. Pada suatu malam, Anti
yang telah selesai membuat kartu ucapan akan segera memberikannya kepada temannya.
Sebelum berangkat, Anti sempat ditawarkan untuk ditemani oleh adiknya, Ari tetapi Anti
menolak. Akan tetapi nasib berkata lain di perjalanan Anti ditabrak oleh mobil dan akhirnya ia
meninggal ditempat.

Kisah terakhir datang dari Basri si bungsu dari keluarga pedagang. Anak dari tukang gorengan
tersebut memiliki kakak bernama Hamidah yang hanya tamat Sekolah Dasar (SD). Basri
memiliki hati yang mulia. Ia selalu membagikan bekalnya kepada lima kawannya di sekolah. Tak
hanya itu Basri begitu membanggakan kedua orangtuanya dengan prestasinya selalu
mendapatkan juara kelas.

Basri dididik dan dicintai oleh seluruh anggota keluarganya. Orangtuanya sangat bijak dalam
menyelesaikan masalah. Sang kakak Hamidah begitu perhatian kepada Basri walaupun terkadang
Basri selalu usil. Basri juga anak yang patuh dan penurut. Nahas, kebahagiaan sederhananya
mengantarkannya tertabrak mobil yang berada di belakangnya.

Novel ini menyun kisah nyata kebaikan anak-anak dari latar belakang yang berbeda. Dikemas
dengan struktur bahasa yang mudah dimengerti, membuat orang yang membacanya terutama
anak-anak akan menuntaskan bacaannya hingga akhir. Edelweis Almira sang penulis menuliskan
kisah-kisah sendu yang memiliki pesan positif tersendiri dan dapat dijadikan pembelajaran
hidup bagi pembacanya.

DBA

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
100 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Minim Sumber Daya Manusia, Gedung Baru Terbengkalai Previous post Minim Sumber Daya Manusia, Gedung Baru Terbengkalai
Komunitas Motor Bersyiar Islam Next post Komunitas Motor Bersyiar Islam