Anak menjadi sasaran sosial media

Anak menjadi sasaran sosial media

Read Time:2 Minute, 5 Second
Anak menjadi sasaran sosial media

Media sosial tak asing lagi didengar dikalangan masyarakat sekarang ini. Media sosial adalah sebuah media untuk bersosialisasi kepada orang lain secara online atau di dalam jaringan internet. Media sosial juga banyak digunakan masyarakat sehari-hari untuk suatu kepentingan. 
Ada beberapa macam media sosial, yakni : Facebook, Youtube, Line, WhatsApp dan masih banyak lainnya. Pada saat ini anak merupakan salah satu pemakai sosial media. Maka di zaman yang sudah serba internet ini, banyak pengaruh dari intenet baik positif maupun negatif bagi setiap kalangan terutama anak-anak.
Hasil dari survai Kementerian Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia (Kominfo) menemukan fakta bahwa sebanyak 30 juta anak-anak dan remaja di Indonesia merupakan pengguna internet.   Media digital saat ini juga menjadi wadah komunikasi yang banyak diminati karena prosesnya yang gampang dan cepat. 
   
Seorang anak banyak belajar dari lingkungan sekitarnya dan dari apa yang dilihat serta didengar khususnya untuk anak-anak yang masih dalam fase  perkembangan. Menurut Sugiyanto dan Sudjarwo (1991) SFase perkembangan ini terbagi menjadi 2 yaitu : fase chidhood (anak-anak) berumur 1-6 tahun dan fase early childhood (anak kecil) berumur 6-12  tahun. 
Tidak asing lagi kita temui beberapa anak usia 3-5 tahun sudah mengenal gadget dan internet. Untuk lingkungan anak berumur 3-5 tahun biasanya mereka menonton video youtube yang disediakan untuk anak-anak, seperti lagu anak, kartun, serta metode belajar dan berhitung lewat bermain. Anak-anak bisa belajar lewat konten youtube yang bersifat positif, asal orang tua selalu memantau dan memberikan bimbingan kepada anak.
Akan tetapi, ada pula pengaruh negatif dari youtube itu sendiri. Jika anak selalu bermain gadget dan menonton youtube pergaulan si anak akan berkurang. Anak jadi lebih nyaman dan terbiasa bermain sendiri menggunakan gadgetnya. Maka dari itu, orang tua wajib membatasi anak-anak dalam bermain gadget.
Menurut Allan Reiss, penelitian dari StandFord University School of Medicine menemukan bahwa terdapat pengaruh yang lebih besar pada otak pria ketika bermain game. Bagian otak yang menyangkut kesenangan dan ketergantungan menjadi lebih aktif ketika bermain game dari pada wanita. Sebenarnya pengguna internet dalam bermain game online ini tidak pandang usia, banyak remaja bahkan orang dewasa yang menggunakan internet sebagai hiburan dengan bermain game online. 
Peran orang tua sangatlah penting untuk anak, dalam bimbingan, pengawasan serta aturan yang diberikan kepada anak, agar anak mampu mengerti batasan-batasan orang tua dalam bermain gadget, akan tetapi orang tua harus bijak terhadap si anak dengan aturan yang dibuat, agar anak tidak merasa terkekan dan mampu berkembang dengan baik lewat kecangihan zaman sekarang. 
NQ

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Penyimpangan Norma dalam Berbahasa Previous post Penyimpangan Norma dalam Berbahasa
Urbanisme dalam Konsep Pernikahan Next post Urbanisme dalam Konsep Pernikahan