Pandemi menyebabkan berbagai perubahan sosial di tengah masyarakat. Melalui pameran ini, para perupa merespons dinamika sosial yang sedang terjadi.
Sebanyak 35 karya seni berupa lukisan, grafis, mixed media, mural, fotografi,serta video art sarat makna terpampang kala memasuki situs web galnasonline.id/kota/jelajahkarya. Penjelasan mengenai karya yang ditampilkan pun akan muncul ketika pengunjung mengeklik gambar. Latar belakang berwarna hitam semakin membuat penikmat karya menjadi fokus pada gambar.
Tak semua lukisan dibuat di atas kanvas. Ada juga mural karya Diana Dee Mohy yang terletak di pojok kiri atas layar. Lukisan tersebut digoreskan pada dinding samping pos pelayanan terpadubercat putih dengan gambar tiga dimensi.
Pada dinding tersebut, dilukis pohon dengan daun berwarna merah serta rumput dengan bunga warna-warni. Tak lupa, terdapatgambar jendela berwarna biru dan lampu taman. Gambar air mancur yang airnya tumpah hingga ke tanah membuat gambar terkesan hidup.
Ketika layar digulir ke sisi kanan, terdapat potret karya seni dari Yakub Elka yang menampilkan bakiak putih dengan gambar wajah abstrak yang dilukis dengan cat akrilik. Bakiak tersebut diletakkan di atas media berlatar belakang putih disertai aneka kalimat. Kalimat yang dituliskan ialah seperti “Wabah pasti berlalu” dan “Lawan dengan seni”.
Kemudian di sisi atas, terdapat lukisan bergambar masker hitam serta lukisan wajah orang-orang yang mengenakan masker. Kali ini, Widyani Edelwis—sang seniman—melukis karya tersebut menggunakan cat akrilik di atas kanvas. Dalam gambarnya, ia memberi pesan untuk berdamai dengan keadaan adaptasi kebiasaan baru dan tetap menjaga diri serta terus optimis untuk menyongsong kehidupan yang lebih baik lagi kelak.
Suatu hal yang menarik, terdapat lukisan cat minyak bergambar harimau putih yang tampak mengaum di tengah-tengah layar. Terlihat pula daun-daun berwarna merah dan kuning gugur menjatuhi harimau itu. Namun di antara daun berguguran tersebut, virus Corona juga turut berjatuhan. Mas’ud Dalhar memberi judul “Musim Gugur di Tengah Pandemi”, memaknakanrasa takut lebih dahsyat terhadap pandemi dibanding harimau.
Pandemi memang mengubah segala bentuk aspek kehidupan, tak terkecuali pameran seni rupa. Pameran Daring Komunitas Perupa Kota Tua (KOTA) bertajuk “LAWAN!!!” ini diselenggarakan secara dalam jaringan melalui situs web galnasonline.idsejak Selasa (10/11).
KuratorPameran “LAWAN!!!” Citra Smara Dewi mengungkapkan, tajuk yang dipilih merupakan sikap positif dari para perupa dalam menyikapi berbagai perubahan sosial. “Sebagian besar mengangkat aspek sosial politik seperti pencarian identitas kultural, merespons era milenial, budaya urban, dan fenomena pandemi,” ungkap Citra seperti yang tertulis pada kuratorial, Jumat (6/11).
Selain itu, kurator lainnya yakni Heru Hikayat mengungkapkan, pameran ini adalah cara untuk mengajak para Perupa KOTA guna menimbang ulang cara pandang terhadap zaman ini. “Seni, semestinya mampu membuat kita berpikir ulang tentang hal-hal yang biasanya kita lumrahkan, begitu saja,” katanya dalam kuratorial, Jumat (6/11).
Rizky Dewi Ayu
Average Rating