Gus Dur dan Segenap Kenangan

Gus Dur dan Segenap Kenangan

Read Time:1 Minute, 29 Second

 

Gus Dur dan Segenap Kenangan

Dalam rangka memperingati haul Abdurrahman Wahid, Gusdurian Ciputat menggelar acara Haul Gus Dur yang ke-12 dan Panggung Budaya, Sabtu (29/01). Haul ini bertajuk “Meneguhkan Keberagaman, Menggerakkan Perdamaian, dan keadilan”. Acara itu dibuka dengan pembacaan doa dari tiap perwakilan agama Buddha, Konghucu, dan Islam.


Gus Dur punya kenangan yang masih hangat diingat oleh masyarakat, terutama agamawan. Turut hadir empat narasumber: Badiul Hadi selaku Manajer Riset Sekretariat Nasional Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Seknas FITRA), Ala’i Nadjib selaku Dosen Fakultas Ushuluddin, Jason Epih selaku Rohaniawan Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN), Rudy selaku Rohaniawan Agama Buddha.


Badiul Hadi bersyukur pernah bertemu Gus Dur walaupun hanya sekali dalam hidupnya. Gus Dur punya pandangan berbeda jika berbicara soal kepemimpinan. Di mata Badiul, Gus Dur menjadi presiden Indonesia yang berhasil memangkas utang negara.


“Sebagai santri, saya percaya keberkahan sosok kyai itu ada,” Badiul, Sabtu (29/01). 


Ala’i Nadjib mengaku bila Gus Dur begitu menjunjung kesetaraan gender. Hal ini terlihat dari bagaimana caranya ia tidak membiarkan budaya patriarki kian menjamur.


“Gus Dur memiliki cara tersendiri dalam mendidik keempat putrinya,” tutur Ala’i, Sabtu (29/01). 


Sebagai perwakilan Konghucu, Jason Epih bernafas lega dengan kebijakan yang diambil Gus Dur saat itu. Mulai dari perayaan tahun baru Imlek dan Barongsai, yang dapat dimeriahkan tanpa khawatir diskriminasi dari agama mayoritas. Hal itu membikin Konghucu hidup dengan sejahtera dan adil.

  

“Gus Dur adalah dewa penolong saat kami membutuhkan pertolongan,” tutur Epih, Sabtu (29/01).


Kemudian perwakilan agama Budha, Rudy, menilai Gus Dur sebagai sosok yang ingin dunia damai lewat kerukunan. Masyarakat perlu melihat orang tanpa latar belakangnya. Gus Dur menjadi ayah bagi orang Tionghoa dengan nilai kemanusiaan yang digagasnya.


“Perbedaan ada supaya saling mengenal satu sama lain,” tutup Rudy, Sabtu (29/01).

Reporter: Nala Zakina Zuhaida, Ken Devina

Editor: Syifa Nur Layla

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Geliat Pedagang Meminta Keadilan Previous post Geliat Pedagang Meminta Keadilan
Pembunuhan Kedua Next post Pembunuhan Kedua