Konflik antara Rusia dan Ukraina hingga kini masih terus berlanjut. Hal ini turut mengetuk hati para aktivis serta Warga Negara Ukraina di Indonesia untuk melakukan aksi protes.
Jumat (4/3) lalu, Milk Tea Alliance menggelar Aksi Protes Anti Perang di depan Kedutaan Besar Federasi Rusia Kuningan, Jakarta Selatan. Sore itu, terlihat beberapa aktivis dan sejumlah Warga Negara Ukraina ikut berpartisipasi dalam aksi tersebut. Terlihat beberapa partisipan memasang beberapa atribut: Bendera Ukraina yang membentang lebar, poster yang berisi pembelaan dan tanda damai kepada Ukraina, serta kata serapah yang ditujukan terhadap perang.
Salah seorang pihak penyelenggara memberikan kain putih kepada partisipan sebagai tanda berduka, disertai Bendera Ukraina versi kecil yang disematkan pada pergelangan tangan para partisipan. Beberapa partisipan turut menyuarakan pendapatnya mengenai apa yang sedang terjadi di Ukraina saat ini.
Sambil diiringi isak tangis, seorang wanita berkewarganegaraan Ukraina menyuarakan isi hatinya. Dengan suara parau, ia meminta agar seluruh warga dunia mendukung dan membangun kesadarannya akan invasi yang saat ini tengah menimpa Ukraina.
Koordinator Aksi Protes Anti Perang, Safina, mengatakan bahwa perang yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina adalah ancaman terberat di tahun 2022. Terlebih perang ini turut disertai oleh ancaman nuklir. “Perang ini termasuk pelecehan yang sangat besar serta irasional yang dilakukan oleh pimpinan negara Rusia,” ujar Safina, Jumat (4/3).
Safina juga menuturkan, aksi ini bertujuan untuk membangun solidaritas terhadap masyarakat Ukraina. Ia berharap dengan adanya aksi ini, solidaritas bisa dibangun tidak hanya terbatas pada Ukrania saja, tetapi ke seluruh negara yang sedang mengalami nasib serupa. Dengan begitu, kata Safina, dapat membentuk etika global dalam berpolitik. “Kami mengutuk perbuatan perang ini, kami meminta untuk segera menghentikan agresi dan ancaman perang nuklir yang tidak hanya dijuruskan kepada Ukraina, tetapi secara keseluruhan,” tegas Safina.
Di sisi lain, Oleksandr, salah satu partisipan aksi mengungkapkan, yang terjadi antara Rusia dan Ukraina bukanlah sebuah konflik, melainkan invasi yang mengarah pada peperangan. Karena menurutnya, konflik adalah pertikaian antar kedua belah pihak. Sedangkan pada kasus ini, Rusia lebih dulu menyerang dan Ukraina adalah korban dari perbuatan Rusia.
Oleksandr berharap aksi ini dapat membangun kesadaran masyarakat mengenai apa yang sedang terjadi di Ukraina, serta bisa menyebarkan informasi yang akurat tentang agresi yang dilakukan Rusia. “Dukungan menjadi hal yang paling penting bagi kami,” pungkas Oleksandr, Jumat (4/3).
Reporter: Aisyah Fitriani Arief
Editor: Sekar Rahmadiana Ihsan
Average Rating