Tekanan adat dan budaya, menjadikan perempuan terbelenggu akan kebebasan hidupannya. Magi—korban tradisi kawin culik yang berani melawan keluarga dan masyarakat demi mempertahankan haknya sebagai perempuan.
Judul Buku: Perempuan yang Menangis Kepada Bulan Hitam
Penulis: Dian Purnomo
Penerbit: PT Gramedia
Tahun Terbit: 2021
Cetakan: Pertama
Jumlah Halaman: ± 300
Buku yang berjudul “Perempuan yang Menangis Kepada Bulan Hitam” menceritakan betapa meruginya hukum-hukum adat bagi para wanita. Buku ini ditulis oleh penulis bernama Dian Purnomo seorang aktivis perempuan yang memiliki perhatian pada isu sosial, dan perlindungan anak.
Dian sang penulis, berupaya menuliskan buku perihal adat yang masih kental di Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur berupa tradisi kawin culik. Buku tersebut mengisahkan kehidupan asli tokoh bernama Magi Diela perempuan asli Waikabubak Sumba yang merupakan lulusan sarjana Pertanian Yogyakarta. Ia memiliki tujuan yang mulia dalam menempuh pendidikan, yaitu untuk membangun daerah sumba menjadi lebih maju dalam sektor pertanian.
Namun, keinginannya dalam merubah Sumba seketika sirna. Lantaran ia menjadi korban tradisi kawin culik di mana perempuan tidak diberi kesempatan dalam memilih atau mempertimbangkan pernikahan. Perjanjian pernikahan hanya dilakukan pihak lelaki, tanpa persetujuan perempuan.
Ketika Magi melakukan pekerjaanya sebagai pegawai honorer ia diculik dan dipaksa menikah dengan laki-laki bernama Lebba Ali. Perlawanannya dalam menentang kawin culik mendapatkan halangan dari berbagai pihak di antaranya orang tua, masyarakat kampung, dan adat yang merenggut kemerdekaannya sebagai perempuan.
Magi melakukan berbagai upaya untuk mempertahankan hak perempuan seperti mempercepat kematiannya, hingga berpura-pura menuruti adat dan perkawinan demi menggagalkan tradisi kawin culik. Tradisi kawin culik sudah tak relevan, perempuan banyak dirugikan, karena hal tersebut Magi tetap memperjuangkan haknya sebagai perempuan.
Penjelasan dalam buku ini sangat mengalir dan membuat pembaca larut didalamnya. Hal itu dikarenakan, buku ini berpacu pada pengalaman sang penulis ketika mengunjungi Sumba.
Terlepas dari itu, padanan kata dalam buku ini sangat variatif dengan memadukan bahasa khas Sumba dan Indonesia, yang membuat para pembaca bisa belajar bahasa daerah. Tak hanya itu, penulis juga memasukan berbagai ciri khas tradisi dan budaya Sumba yang masih mempercayai dan menjalankan kepercayaan dari leluhur yaitu tradisi kawin culik.
Penulis: DS
Editor: Muhammad Naufal Waliyyuddin