Ubah Pola Hidup Demi Jaga Kesehatan Mental

Ubah Pola Hidup Demi Jaga Kesehatan Mental

Read Time:4 Minute, 2 Second
Ubah Pola Hidup Demi Jaga Kesehatan Mental

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia tahun 2018 menyebutkan, setidaknya satu dari 16 orang berusia 15 tahun ke atas terdiagnosa mengalami depresi. Direktur Jenderal Farmasi Alat Kesehatan Kemenkes, Lucia Rizka Andalusia mengungkapkan, terdapat 826 kasus bunuh diri yang dilaporkan pada 2022. Jumlah tersebut meningkat dibanding tahun sebelumnya.

Dilansir dari Kompas.com pada 2023, kejadian bunuh diri di kalangan mahasiswa semakin sering terjadi. Kasus bunuh diri terbaru ditemukan di Universitas Negeri Semarang (Unnes) dan Universitas Dian Nuswantoro (Udinus). Seorang mahasiswi Unnes diduga mengakhiri hidupnya dengan melompat dari sebuah mall, sementara mahasiswa Udinus berinisial EN ditemukan meninggal di tempat tinggalnya.

Institut melakukan wawancara khusus terkait pentingnya menjaga kesehatan mental bagi mahasiswa. Wawancara dilakukan pada Senin (30/10) terhadap Dosen Psikologi Klinis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Ilmi Amalia. Ia merupakan seorang doktor serta peneliti yang berfokus dalam bidang Psikologi Klinis dan Sosial.

Mengapa mahasiswa perlu menyadari dan menjaga kesehatan mental?

Tidak hanya kesehatan fisik yang penting, tetapi kesehatan mental juga sangat penting. Kesehatan itu melingkupi semuanya, baik itu secara psikologis maupun secara fisik. Dalam definisi World Health Organization (WHO), kesehatan adalah keadaan sejahtera yang sempurna secara fisik, mental, dan sosial. Percuma jika seseorang sehat secara fisik namun ia tidak merasa bahagia, marah, dan sedih.

Situasi Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan kuliah jauh berbeda, tidak ada wali kelas, temannya lebih beragam, dan jadwalnya juga berbeda. Mahasiswa perlu menyesuaikan diri dalam perkuliahan dengan tekanan kehidupan yang dijalani. Bentuk tekanan banyak macamnya, seperti memikirkan masa depan, memenuhi tuntutan orang tua, dan lain-lain. Tidak bisa dipungkiri bahwa kehidupan kita selalu mendapatkan tekanan, hal tersebut akan mengubah hidup kita menjadi lebih baik. 

Oleh karena itu, penting untuk mahasiswa menjaga kesehatan mental dan fisik. Selain itu, kesehatan mental juga memberikan mahasiswa ketangguhan emosional. Jika mahasiswa sehat secara mental, mereka akan mampu menghadapi stres dan tantangan dengan lebih efektif.

Bagaimana kondisi kesehatan mental yang ideal bagi mahasiswa?

Kesehatan mental yang ideal bagi mahasiswa yaitu dengan hidup seimbang dalam melakukan aktivitas, baik secara fisik, mental, sosial, maupun spiritual. Lakukanlah setiap aktivitas sesuai porsinya dan tidak berlebihan.

Seseorang yang mengalami masalah kesehatan mental dapat diidentifikasi dari perubahan perilakunya, misalnya dalam hal pola makan, gaya komunikasi atau sikap sehari-hari. Hal ini memerlukan perhatian lingkungan sekitar, apalagi ketika perubahan perilaku mengganggu aktivitas keseharian orang tersebut. Jika kasusnya sudah lebih ekstrem seperti keinginan bunuh diri, maka dianjurkan untuk pergi ke professional.

Apa saja keluhan umum para mahasiswa terkait kesehatan mental?

Dalam lingkungan perkuliahan, mahasiswa cenderung tidak mempunyai masalah terkait tugas. Mahasiswa menangani permasalahan tugas dengan berbagai cara, seperti kerja sama dengan teman sekelas maupun meminta bantuan kakak tingkat untuk menyelesaikannya. Selain permasalahan akademik, masalah asmara juga kerap menjadi keluhan di kalangan mahasiswa, seperti perasaan putus cinta dan hal sejenisnya.

Tidak hanya terbatas pada aspek akademik dan asmara, mahasiswa cenderung tertekan oleh  permasalahan dengan orang tua. Banyak mahasiswa menghadapi tekanan serupa, termasuk orang tua yang emosional, cenderung menggunakan kekerasan fisik saat marah, bahkan orang tua yang bercerai. Akibatnya, anak menjadi takut atau marah kepada orang tuanya, anak juga akan merasa hal yang dilakukannya selalu salah di mata orang tuanya.

Bagaimana dampak masalah kesehatan mental bagi aktivitas para mahasiswa pada saat perkuliahan?

Kesehatan mental yang bermasalah sangat berdampak bagi mahasiswa. Rata-rata mahasiswa yang memiliki masalah kesehatan mental hanya merenung, melamun, dan tidak memperhatikan ketika pembelajaran berlangsung.  Hal tersebut berdampak pada menurunnya nilai akademik mahasiswa karena memikirkan permasalahan yang dihadapi serta kurangnya motivasi belajar. 

Banyak juga mahasiswa yang sudah terjangkit gangguan mental seperti bipolar—perubahan suasana hati secara drastis—dan skizofrenia—halusinasi, delusi, serta kekacauan dalam berpikir. Ada pula mahasiswa yang mengalami penurunan konsentrasi, perubahan perilaku, dan lain-lain.

Apa saja peran kampus dalam menjaga kesehatan mental mahasiswa?

Terdapat Lembaga Kesejahteraan Psikologis Mahasiswa (LKPM) di Fakultas Psikologi yang berdiri pada tahun 2022. LKPM memberikan konsultasi psikologis, seminar dan program untuk mengedukasi mahasiswa tentang isu kesehatan mental. Sejauh ini, LKPM hanya dikhususkan bagi Mahasiswa Psikologi saja. Seharusnya, UIN Jakarta memiliki layanan tentang kesehatan mental di tingkat universitas dan gratis bagi mahasiswa.

Apa solusi atau tips untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan mental?

Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan mental. Pertama, perlunya hidup seimbang, yaitu dengan mengonsumsi makanan bergizi dan istirahat yang cukup. Hal tersebut dapat membantu kita menangani stres. Kedua, berolahraga dan melakukan aktivitas di luar untuk meningkatkan suasana hati. 

Selanjutnya terkait dengan spiritualitas, yaitu dengan meningkatkan kualitas ibadah serta menyerahkan setiap masalah kepada sang pencipta. Keempat, mempunyai hobi atau kegiatan rekreasi dapat mengurangi tekanan dalam diri. Terakhir, menjaga hubungan personal dengan orang di sekeliling kita. Hal-hal tersebut perlu diperhatikan di samping mengerjakan kewajiban, seperti bekerja, belajar, dan mengerjakan tugas. 

Semua kegiatan harus dilakukan seimbang, jangan difokuskan pada satu kegiatan saja, baik  melakukan kewajiban maupun rekreasi. Berfokus hanya pada satu kegiatan dapat menimbulkan rasa jenuh, bosan, dan burnout—stres yang berkepanjangan.

Reporter: RAAH

Editor: Shaumi Diah Chairani

Happy
Happy
100 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Ketika Kerja Sambilan Jadi Pilihan Previous post Ketika Kerja Sambilan Jadi Pilihan
Mahasiswa Tuntut Capres Peduli Krisis Iklim Next post Mahasiswa Tuntut Capres Peduli Krisis Iklim