Lingkar diskusi hadir di tengah mahasiswa sebagai wadah transfer pengetahuan dan refleksi masalah terkini. Beberapa penggiat diskusi mengungkapkan berbagai manfaat dan lika-liku mengikuti lingkar diskusi.
Lingkar diskusi tersebar di lingkungan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Lingkar diskusi menjadi sarana bagi mahasiswa bertukar pikiran dan menambah wawasan di luar perkuliahan.
Muhammad Ziyad Izzuddin merupakan penggiat diskusi sekaligus Ketua Kajian Strategis Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Manajemen. Ia menghadirkan lingkar diskusi bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) bernama Dialektika per dua minggu sekali dalam program kerjanya.
Ziyad berharap, dengan adanya lingkar diskusi tersebut, kesadaran mahasiswa terhadap berbagai isu meningkat. Khususnya pada isu politik, sosial, budaya, serta isu lain yang berkembang di kampus maupun Indonesia. “Di angkatan gua tuh, sedikit banget mahasiswa yang melek politik. Mereka acuh tak acuh aja, padahal politik itu penting di dalam Islam,” tutur Ziyad, Minggu (3/11).
Sebagai langkah menarik minat mahasiswa FEB, Ziyad menyesuaikan tema diskusi dengan pengetahuan umum mahasiswa FEB. Ketika membahas asal-usul mata uang dan ketidakstabilan ekonomi, ungkap Ziyad, 57 mahasiswa FEB datang ke lingkar diskusi tersebut.
Ziyad juga mengungkapkan, turut sertanya dalam pelbagai lingkar diskusi menambah relasi pertemanan dan pengetahuan baru. “Punya teman yang suka diskusi seru aja gitu. Kita jadi punya dorongan buat terus hadir di lingkar diskusi tersebut,” ujarnya.
Senada dengan Ziyad, Mahasiswa Prodi Ilmu Politik (Ilpol), Raja Akbar Fahlevi mengemukakan alasannya untuk ikut dalam diskusi Paradigma—lingkar diskusi fokus isu sosial-politik. Hal itu membuatnya lebih peduli terhadap situasi politik. Kegiatan itu melatih kemampuan berpikir kritis dan komunikasinya.
Walaupun bagian dari Paradigma, ia juga mengikuti lingkar diskusi di luar itu. “Bertemu teman-teman dari kampus lain dan kenalan dengan orang baru itu menambah relasi gue untuk ke depannya,” ucapnya saat diwawancarai via WhatsApp, Sabtu (2/11).
Raja menjelaskan, lingkar diskusi berperan sebagai penunjang pembelajaran dalam perkuliahannya. Ia pun mengimplementasikan sebagian besar ilmu yang didapatkan dari lingkar diskusi di kelas. “Gue pribadi memandang forum diskusi itu sebagai kelas tambahanlah, istilahnya kalau di dalam perkuliahan. Menurut gue, ilmu di forum diskusi itu enggak bakal kita didapatkan di kelas,” tuturnya.
Selaras dengan Raja, Mahasiswa Prodi Sejarah dan Peradaban Islam (SPI), Muhammad Aziz menyatakan, lingkar diskusi merupakan sarana berbagi pengetahuan di luar kelas. Mengikuti lingkar diskusi, ucap Aziz, menambah kepekaan dan empati dengan memberikan kontribusi dan berperan aktif di masyarakat.
Aziz mengungkapkan, Lingkar Kajian Ilmu Sosial dan Sejarah (LKISSAH)—tempatnya berdiskusi—pernah berkolaborasi dengan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Kolong Ciputat untuk mengadakan LKISSAH mengajar. “Waktu itu, gue sebagai mentor anak-anak dan itu membuat gue merasa berkontribusi untuk perkembangan mereka,” ujar Aziz, Minggu (3/11).
Reporter : AA
Editor : Wan Muhammad Arraffi