
Berbagai faktor memicu seseorang menjadi konsumtif. Bukan karena kebutuhan, beberapa produk tersier dipenuhi untuk gaya hidup.
Konsumtif merupakan perilaku atau gaya hidup individu yang senang membelanjakan uang tanpa pertimbangan yang matang. Barang yang dibeli biasanya bersifat tersier seperti perhiasan dan kosmetik. Pembelian kosmetik bisa menjadi konsumtif jika terus-menerus membeli tanpa menunggu produk yang sebelumnya habis.
Dikutip dari etd.uir.ac.id, perilaku konsumtif pada pembelian kosmetik sudah menjadi gaya hidup oleh kalangan mahasiswa. Produk kosmetik biasanya lekat dengan perempuan. Sebab, pada dasarnya perempuan menyukai keindahan. Hal ini menyebabkan perempuan gemar membeli produk kecantikan baik dalam rencana maupun tanpa rencana.
Sebagai perempuan, Nindy—bukan nama sebenarnya—sering kali membeli kosmetik bukan karena kebutuhan, melainkan produk tersebut sedang tren dan viral. “Setiap malam harus merawat muka karena penting. Setiap ada yang viral dibeli siapa tau cocok, pokoknya kalo ada yang viral beli,” ujarnya, Rabu (20/11).
Lanjutnya, perilaku tersebut sudah berlangsung sejak lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA). Dorongannya menjadi konsumtif muncul karena tergiur dengan iklan, diskon, Fear of Missing Out (Fomo), dan faktor lingkungan. “Dulu sebelum pake skincare, gak ada yang deketin tapi setelah pakai adalah yang deketin,” ungkapnya.
Sama seperti Nindi, Mahasiswa Program Studi (Prodi) Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah, Mila Hotriani Hasibuan mengatakan, promosi dan tren di media sosial sangat memengaruhinya dalam membeli kosmetik. Adanya perubahan setelah menggunakan kosmetik, membuat orang-orang mulai tertarik kepadanya. “Yah, karena kebanyakan teman-teman kampus pada pake make up makanya aku juga ikut-ikutan,” ujarnya, ketika diminta tanggapan melalui WhatsApp, Selasa (28/01).
Pakar Sosiologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Ulfah Fajarani mengungkapkan, terdapat beberapa faktor yang memengaruhi seseorang bersifat konsumtif, salah satunya kelompok masyarakat. “Seseorang bertindak sesuai dengan harapan kelompok atau konformitas, di mana kelompok tersebut juga berperilaku konsumtif dengan selalu beli-beli dan beli,” ujarnya ketika diwawancarai via telepon, Senin (11/11).
Kemudian, faktor internal seperti kepercayaan diri yang rendah juga berpengaruh terhadap perilaku konsumtif. Seseorang mengatasi hal tersebut dengan membeli barang-barang seperti kosmetik dan perhiasan untuk menaikan citra dirinya. “Rasa percaya dirinya rendah kemudian ia harus selalu memakai make up,” ujarnya.
Ia pun mengatakan, industri kapitalisme juga berperan dalam proses pembuatan, pendistribusian, penjualan kosmetik dengan sistem kapitalis, :hingga munculnya standar kecantikan. Beberapa perusahaan kosmetik sering kali memakai model berkulit cerah, sehingga masyarakat menginginkan kulit yang cerah juga. Hal tersebut membuat masyarakat merasa selalu butuh produk-produk baru untuk memenuhi standar kecantikan tersebut.
Reporter: RM
Editor: Rizka Id’ha Nuraini