
“Melalui Lebaran Betawi, Dinas Kebudayaan Jakarta berkolaborasi dengan pelaku seni dan masyarakat Betawi memperkenalkan serta melestarikan beragam tradisi dan kesenian Betawi.”
Pagi itu, Sabtu (26/4), kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat dipadati masyarakat yang merayakan Lebaran Betawi. Sekumpulan laki-laki berbaju pangsi—setelan pakaian kemeja polos, serta celana yang longgar khas Betawi—dan perempuan berkebaya encim—kebaya dengan potongan longgar, kerah bulat, dan sering dihiasi dengan sulaman emas atau perak—terlihat memadati kawasan ikon Jakarta tersebut. Iringan ondel-ondel diikuti lantunan gambang kromong menyambut kedatangan mereka.
Di tengah kerumunan pemain gambang kromong berkostum biru, muncul laki-laki sedikit gempal mengenakan peci hitam menyemangati pemain gambang kromong. Laki-laki tersebut bernama Heri. Ia sedang menemani dan menyemangati anak didiknya. Pria berusia 40 tahun itu merupakan pemilik Sanggar Dahlia Group yang ditugaskan menyambut tamu dengan penampilan ondel-ondel lantunan gambang kromong. Heri mengaku senang dapat menemani langsung anak didik dari sanggar miliknya.
Sanggar Dahlia Group telah berdiri sejak 1970-an silam. Orang tua Heri mewasiatkan sanggar itu kepada dirinya. Selama bertahun-tahun, Heri tetap teguh menjalankan sanggar itu di tengah gempuran modernisasi dan globalisasi. Kesenian khas Betawi di sanggarnya meliputi ondel-ondel, palang pintu, gambang kromong, ketimpring, dan lenong.
Modernisasi dan masuknya budaya asing menjadi tantangan bagi Heri dalam meregenerasi anak didiknya. Sebab, modernisasi menurut Heri membuat generasi muda lebih tertarik kepada tren kekinian dibandingkan kebudayaan tradisional Betawi. Ditambah, Heri juga kesulitan mencari ruang untuk mempertunjukan bakat anak didiknya. Meski begitu, Heri bersyukur Sanggar Dahlia Group masih tetap eksis melestarikan kesenian Betawi hingga kini.
“Kalau dibilang sulit, benar-benar sulit, karena anak-anak zaman sekarang modelnya lebih gemar main game di handphone,” ucap Heri, Sabtu (26/4).
Perayaan Lebaran Betawi menjadi angin segar bagi Sanggar Dahlia Group. Dinas Kebudayaan Jakarta sebagai penyelenggara, bekerja sama dengan pekerja seni Betawi untuk memperkenalkan kesenian Betawi sekaligus memeriahkan perayaan. “Alhamdulillah Dinas Kebudayaan Jakarta memberikan kita ruang tampil, karena jarang sekali kita pekerja seni Betawi diberikan ruang tampil,” jelas Heri.
Lebaran Betawi digelar selama dua hari, yakni 26—27 April 2025. Perayaan itu mengusung tema “Menyongsong Lima Abad Jakarta Memperkuat Kearifan Lokal Betawi”. Lebaran Betawi dibuka oleh seremonial yang dipimpin langsung oleh Gubernur Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, Pramono Anung, bersama Wakil Gubernur DKI Jakarta, Rano Karno. Setelah itu dilanjutkan rangkaian penampilan kebudayaan Betawi, seperti tanjidor, ondel-ondel, gambang kromong, permainan anak Betawi, dan tarian Betawi.
Kepala Bidang Pembangunan Dinas Kebudayaan Jakarta, Arista Nurbaya menjelaskan, Lebaran Betawi merupakan acara pelestarian tradisi sekaligus silaturahmi yang dilakukan masyarakat Betawi setelah Idulfitri. Arsita menyebutkan, tradisi dimulai dari andilan kebo, di mana masyarakat Betawi melakukan urunan—menyumbang secara sukarela untuk membeli kerbau sembelihan yang kemudian dimasak dan dimakan bersama-sama. Setelah itu, ada tradisi sorokan—hantaran berupa makanan—di mana masyarakat yang lebih muda memberikan sesuatu kepada yang lebih tua.
“Terakhir diadakan tahun 2023, Lebaran Betawi sudah diadakan sebanyak 14 kali untuk melestarikan tradisi masyarakat Betawi,” ucap Arista, Sabtu (26/4).
Selain penampilan kesenian, Lebaran Betawi juga menggandeng berbagai Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk menyediakan aneka makanan khas Betawi kepada pengunjung yang hadir. Tak hanya itu, Dinas Kebudayaan Jakarta juga mengadakan pameran untuk memperkenalkan sejarah dan warisan kota Jakarta.
“Lebaran Betawi di Monas tahun ini memberikan informasi ke masyarakat bahwa Betawi itu adalah budaya inti dari Jakarta,” jelas Arista, Sabtu (26/4).
Zaneta Elaia, salah satu pengunjung, antusias menyambut pelaksanaan Lebaran Betawi. Menurutnya, acara-acara seperti itu dapat menambah pengetahuan tentang kebudayaan Betawi bagi generasi muda. “Harapannya acara-acara seperti ini lebih banyak diadakan, karena baik bagi anak zaman sekarang seperti saya, untuk lebih mengenal dan melestarikan budaya Betawi,” ucap Zaneta, Sabtu (26/4).
Animo masyarakat yang tinggi menjadi tantangan bagi Dinas Kebudayaan Jakarta dalam menyelenggarakan Lebaran Betawi. Arista menjelaskan, Dinas Kebudayaan Jakarta harus mengakomodasi makanan dan tempat yang layak bagi pengunjung yang diperkirakan mencapai 15 ribu. Di balik itu, Arista juga senang dengan antusias masyarakat yang tinggi. Hal itu menjadi peluang bagi Dinas Kebudayaan Jakarta untuk memperkenalkan budaya asli Betawi.
“Untuk pelaksanaan Lebaran Betawi tahun depan masih kita rencanakan dan untuk tempatnya masih rahasia,” Jelas Arista, Sabtu (26/4).
Setelah sukses menggelar Lebaran Betawi 2025, Pemerintah Provinsi Jakarta melalui Dinas Kebudayaan Jakarta merencanakan untuk lebih melekatkan aspek-aspek budaya Betawi. Selain itu, Dinas kebudayaan juga mendorong ikon-ikon budaya Betawi di ruang-ruang publik, seperti transportasi umum.
“Sekarang kalau naik bus itu untuk sampai ke halte, ada musik Betawi di akhirnya,” pungkas Arista Sabtu, (26/4).
Reporter: RK
Editor: Rizka Id’ha Nuraini