Wujud Keresahan atas Politik Organisasi Ekstra

Wujud Keresahan atas Politik Organisasi Ekstra

Read Time:2 Minute, 18 Second
Wujud Keresahan atas Politik Organisasi Ekstra

Keprihatinan terhadap praktik politik di kampus UIN Jakarta membuat kelompok Dialektika 25 menginisiasi diskusi lintas oreks. Forum itu bertujuan untuk mengetahui substansi dan ideologi  masing-masing oreks yang berada di UIN Jakarta.


Resah akan praktik politik organisasi ekstra (Oreks) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) mengadakan diskusi lintas organisasi pada Selasa (25/11) di Teater Merah, FISIP UIN Jakarta. Mereka yang tergabung dalam Dialektika 25 menginisiasi diskusi dengan tema “Dialektika Intelektual Ideologi Lintas Organisasi”. Dialektika 25 merupakan kelompok kolektif mahasiswa baru (Maba) FISIP UIN Jakarta angkatan 2025 yang memiliki keprihatinan terhadap budaya oreks di kampus.

Forum diskusi menghadirkan perwakilan oreks yang terdiri dari Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), dan Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam (HIMA Persis).

Koordinator acara, Sunny Muhammad Alisatirakza menjelaskan, ide awal mengadakan diskusi muncul dari keresahan maba FISIP terhadap kehadiran oreks di kampus. Menurutnya, maba hanya tahu perihal aktivitas politik oreks di kampus tanpa tahu substansi dari aktivitas tersebut. “Tujuan forum ini adalah untuk kenal lebih dalam soal ideologi masing-masing oreks,” terang Sunny, Selasa (25/11).

Sunny berharap forum diskusi ini menjadi titik awal masa depan yang cerah bagi aktivitas politik di kampus. Ia menginginkan para oreks berkontestasi melalui gagasan, bukan praktik-praktik yang punya tendensi buruk. 

“Forum diskusi ini titik awal untuk memulai satu paradigma baru bahwa kami dan kita semua yang tergabung dalam oreks sebetulnya punya muatan yang sama untuk menuju masa depan yang cerah di depan. Tidak lagi soal praktik kekuasaan, tidak lagi soal bertengkar secara praktik, tapi kita mencoba mengkolaborasikan untuk menuju masa depan yang cerah,” tegas Sunny.

Diskusi dibuka dengan pemaparan ideologi dari masing-masing oreks. Setelahnya, diskusi berlanjut dengan sesi dialog antar perwakilan oreks. Dalam sesi tersebut, terjadi perdebatan menyoal relevansi ideologi masing-masing oreks terhadap kontestasi politik yang mereka jalankan. Diskusi berakhir dengan sesi tanya jawab dari penonton serta seruan slogan masing-masing oreks.

Muhammad Mahesa Ramadhan, mahasiswa yang hadir dalam diskusi tersebut mengatakan, forum ini dapat menjadi titik awal aktivitas politik di kampus yang tercipta dari ruang dialog. Ia berharap forum yang melibatkan diskusi antar organisasi seperti forum Dialektika 25 semakin banyak. “Jadi tidak cuma konstitusi secara elektoral di pemilihan mahasiswa (Pemilwa), tetapi seluruh organisasi dengan ideologi yang berbeda itu bisa saling berkolaborasi,” kata Mahesa, Selasa (25/11).

Seirama dengan Mahesa, Rafi Fahlana, mahasiswa lain yang hadir dalam diskusi itu merasa forum serupa perlu diperbanyak karena dapat memberikan pengetahuan baru terkait oreks. Ia juga berharap para oreks melaksanakan apa yang sudah disampaikan dalam forum diskusi itu. “Cukup seru, interaktif dan ramai untuk forum diskusi ini,” pungkas Rafi, Selasa (25/11). 

Reporter: Rifki Kurniawan
Editor: Muhammad Arifin Ilham

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
75 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
25 %
 Pola Pengaruh Tren Fashion Skena Previous post  Pola Pengaruh Tren Fashion Skena
Belum Merata Sosialisasi Kode Etik Mahasiswa Next post Belum Merata Sosialisasi Kode Etik Mahasiswa