Water Drinking Fountain Tidak Berfungsi Optimal

Water Drinking Fountain Tidak Berfungsi Optimal

Read Time:3 Minute, 9 Second
Water Drinking Fountain Tidak Berfungsi Optimal

UIN Jakarta berkomitmen mewujudkan Green Campus dengan menyediakan fasilitas water drinking fountain pada beberapa titik dalam kampus. Namun, ketidakberfungsian sejumlah mesin mengurangi manfaatnya.


Dalam upaya mewujudkan Green Campus, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta menyediakan water drinking fountain di berbagai gedung kampus. Melansir dari uinjkt.ac.id, penyediaan fasilitas tersebut sebagai langkah mengurangi sampah plastik dari air minum kemasan. Namun, beberapa mesin tidak berfungsi dengan baik, seperti air yang tidak keluar sama sekali, atau hanya mengalir sangat sedikit. Hal itu membuat civitas academica belum mendapat manfaat yang optimal.

Berdasarkan hasil pengecekan pada Jumat (14/11) di kampus satu, Institut menemukan dua fasilitas water drinking fountain yang tidak berfungsi. Masing-masing berada di Fakultas Ushuluddin (FU) dan Student Center (SC). Pada kedua lokasi tersebut, air tidak keluar sama sekali. 

Adrian Putra Hermansyah, mahasiswa FU mengeluhkan kondisi fasilitas water drinking fountain di fakultasnya yang mati semenjak pertengahan Oktober. Ia juga menyebutkan bahwa di beberapa titik, seperti di depan perpustakaan utama, volume air yang keluar sangatlah sedikit. “Saya melihat bahwa akhir-akhir ini volume air yang keluar itu lebih sedikit dibandingkan pada saat awal-awal fasilitas ini ada,” ujar Adrian, Senin (17/11).

Serupa dengan Adrian, Fani Nabila, mahasiswi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKom) yang juga menggunakan water drinking fountain di FU kerap menemukan kondisi serupa semenjak Oktober. “Airnya kadang nggak keluar sama sekali, atau keluarnya kecil dan rasanya aneh, kayaknya filternya kurang bersih,” ujar Fani via WhatsApp, Sabtu (15/11).

Ia menyebut ketidakberfungsian fasilitas water drinking fountain ini sangat berdampak bagi mahasiswa. Katanya, hal itu membuat mahasiswa terpaksa membeli air kemasan untuk memenuhi kebutuhan, sehingga mengeluarkan biaya tambahan. “Kalau mesinnya rusak kita terpaksa beli air kemasan lagi, jadi keluar uang dan menambah sampah plastik,” ungkapnya.

Sementara itu, Rifda Najwa Lutfiah, mahasiswi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) yang aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Bahasa-Foreign Languanges Association (Bahasa-FLAT) menemukan water drinking fountain di SC sudah mati semenjak September. Awalnya, ia mengira hal itu karena persediaan air dalam mesin tersebut sudah habis. Namun, hingga akhir November kondisi water drinking fountain di SC itu masih tetap sama. 

“Saya kira karena banyak yang isi, airnya jadi habis. Tapi sampai sekarang masih belum ada perkembangan atau tindak lanjut dari pihak kampus,” ujar Rifda, Kamis (27/11).

Ia menilai ketidakberfungsian water drinking fountain tersebut akan sangat berdampak terhadap mahasiswa UKM yang aktif berkegiatan di SC. “Dampaknya, anak UKM yang berkegiatan aktif di SC kesusahan untuk melakukan isi ulang air, karena hanya itu spot yang paling strategis, karena sering dilalui,” jelasnya.

Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan Rumah Tangga, Abdul Halim Mahmudi menjelaskan, ketidakberfungsian water drinking fountain karena filter Reverse Osmosis (RO) yang belum diganti. Hal itu menyebabkan kotoran, endapan, dan tekanan air yang berlebihan menumpuk hingga mengganggu kinerja mesin. 

“Seharusnya filter RO diganti satu bulan sekali, tetapi karena kualitas air tidak stabil, ada yang sangat bening dan ada yang kurang bening, jadi penggantiannya harus dilakukan lebih cepat. Hal ini juga sudah dievaluasi oleh vendor,” ujar Halim, Kamis (20/11).

Selain filter RO yang harus diganti lebih cepat, kata Halim, faktor kelistrikan juga turut berpengaruh. “Kadang listrik mati atau tidak stabil, tapi kami sudah mencoba mencarikan jalur dan sekarang sudah mendapatkan sambungan yang bagus,” ujarnya.

Untuk menindaklanjuti berbagai kendala fasilitas, termasuk water drinking fountain, Halim mengatakan bahwa kampus telah menyediakan sistem pengaduan sarana bernama Simantra. Ia menegaskan bahwa setiap laporan yang masuk ke Simantra akan langsung diteruskan ke pihak terkait agar segera ditangani oleh teknisi. 

“Kalau ada keluhan terkait fasilitas, jangan hanya dibicarakan atau dijadikan konten, silahkan adukan ke Simantra. Karena kalau sudah diadukan ke Simantra, otomatis ketahuan letak masalahnya dan tim bisa langsung terjun hari itu juga,” ujarnya.

Hingga berita ini terbit, kedua water drinking fountain itu masih belum berfungsi sebagaimana mestinya.

Reporter: SJF
Editor: Muhammad Arifin Ilham

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Belum Merata Sosialisasi Kode Etik Mahasiswa Previous post Belum Merata Sosialisasi Kode Etik Mahasiswa
Perlu Evaluasi PSGA UIN Jakarta Next post Perlu Evaluasi PSGA UIN Jakarta