Smart Classroom Belum Merata

Smart Classroom Belum Merata

Read Time:3 Minute, 32 Second
Smart Classroom Belum Merata

UIN Jakarta sudah mulai menerapkan Smart Classroom di beberapa fakultas guna mendukung sistem pembelajaran digital. Namun, penyebaran fasilitas tersebut belum merata.

Inovasi pembelajaran berbasis digital seperti Smart Classroom mulai diterapkan di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Melansir dari Linknet Enterprise, salah satu perguruan tinggi yang telah menerapkan Smart Classroom adalah Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). ITS telah mengembangkan 53 Smart Classroom dan 2 Smart Laboratory untuk menunjang proses pembelajaran di era digital.

Smart Classroom merupakan ruang kelas yang dilengkapi dengan fasilitas teknologi digital untuk mendukung pembelajaran yang lebih terintegrasi secara visual, audio, dan kinestetik. Kehadiran teknologi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran serta menciptakan suasana kelas yang lebih interaktif dan tidak membosankan. 

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta juga mulai ikut menerapkan Smart Classroom. Fasilitas tersebut memungkinkan dosen dan mahasiswa mengakses materi perkuliahan secara fleksibel dan modern. Namun, penerapannya masih belum merata di seluruh fakultas, sehingga manfaatnya belum dapat dinikmati secara menyeluruh oleh seluruh civitas academica.

Kepala Pusat Pengembangan Standar Mutu, Jejen Jaenudin menjelaskan, penerapan sistem pembelajaran digital dengan Smart Classroom telah dilakukan sejak tahun 2023. Hal itu menjadi bagian dari upaya pemenuhan standar akreditasi internasional yang menekankan digitalisasi dan internasionalisasi pembelajaran. “Kita sedang bergerak menuju digitalisasi pembelajaran. Semua materi harus bisa diakses digital kapan saja dan di mana saja,” ujar Jejen, Kamis (13/11).

Secara berkala, Institut telah menghubungi bagian Tata Usaha (TU) setiap fakultas untuk memastikan ketersediaan Smart Classroom. Hasilnya, keberadaan Smart Classroom belum merata, bahkan masih ada fakultas yang tidak mendapat fasilitas tersebut.  

Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) mempunya lima Smart Classroom, dan jadi yang terbanyak. Sementara itu, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKom), Fakultas Ushuluddin (FU), serta Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKes) masing-masing memiliki satu Smart Classroom. 

Lalu, masing-masing dari Fakultas Sains dan Teknologi (FST), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Fakultas Psikologi (FPsi), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Fakultas Kedokteran (FK), Fakultas Dirasat Islamiyah (FDI), serta Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) mempunyai dua Smart Classroom. Sedangkan Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) belum memiliki Smart Classroom.

“Beberapa fakultas masih belum memiliki Smart Classroom, karena kita masih dalam tahap sangat awal untuk memulai ini. Sehingga dalam satu fakultas mungkin baru ada satu atau dua,” jelas Jejen.

Jejen juga menambahkan bahwa sistem pembelajaran digital seperti E-Semesta sebenarnya sudah tersedia sebagai platform pendukung Smart Classroom. Namun, pengisian materi di platform tersebut belum sepenuhnya selesai, sehingga belum dapat dimanfaatkan secara optimal. “Pengisian materi digital masih diproses supaya bisa dipakai maksimal,” tambahnya.

Nabila Tri January, mahasiswi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), menyampaikan bahwa fakultasnya telah memiliki Smart Classroom selama kurang lebih satu tahun. “Terdapat satu Smart Classroom yang terletak di lantai tujuh gedung fakultas,” kata Nabila via WhatsApp, Minggu (16/11).

Ia mengungkapkan, keberadaan Smart Classroom membantu proses pembelajaran karena menyediakan fasilitas yang tidak tersedia di kelas pada umumnya. “Di Smart Classroom, mahasiswa dapat belajar dengan lebih nyaman dan fokus, karena dilengkapi dengan Smart TV, dan tempat duduk yang lebih baik dibandingkan kelas biasa,” pungkas Nabila.

Mengenai proses peminjaman Smart Classroom, Nabila menjelaskan bahwa fasilitas tersebut hanya dapat digunakan jika mata kuliah sudah terdaftar dan tercantum jadwalnya di Academic Information System (AIS) atau  E-Semesta. Hal itu karena Smart Classroom memang khusus disediakan untuk pelaksanaan kelas hybrid. “Kalau di luar jadwal mata kuliah tidak bisa dipakai dan kuncinya dipegang oleh kepala laboratorium,” ungkapnya.

Ratu Sabrina Virginia, mahasiswi FDIKom, mengaku belum pernah memanfaatkan Smart Classroom selama  perkuliahan, meskipun fasilitas tersebut sudah tersedia di fakultasnya. “Di fakultas saya sudah ada Smart Classroom, tetapi saya pribadi belum pernah merasakan belajar disana. Karena jadwal kuliah saya selama ini belum pernah ditempatkan di ruang tersebut,” ujar Ratu, Minggu (16/11).

Sementara itu, Jaudah Hasna, mahasiswi FAH, menyampaikan bahwa di fakultasnya saat ini belum tersedia fasilitas Smart Classroom. Ia belajar di kelas biasa dengan fasilitas sederhana, tanpa teknologi pendukung seperti di Smart Classroom. “Perbedaan fasilitas nya cukup terasa, yaitu dari segi kreativitas belajar dan kemudahan akses belajar, yang sudah ada Smart Class lebih menarik minat mahasiswa daripada yang belum ada,” ujarnya (11/11).

Ia berharap kedepannya semua fakultas, bisa mendapatkan fasilitas Smart Classroom secara merata agar seluruh mahasiswa dapat merasakan manfaatnya. “Saya ingin semua mahasiswa bisa merasakan fasilitas yang sama, tanpa perbedaan antar fakultas,” tambahnya.

Reporter: SJF
Editor: Anggita Rahma Dinasih

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
100 %
Perempuan Terus Bersuara Lawan Ketidakadilan Previous post Perempuan Terus Bersuara Lawan Ketidakadilan