Pameran patung karya Dolorosa Sinaga yang berjudul Tarian Cinta, Jumat (28/6) di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. |
Sosok perempuan berbalut alumunium foil berdiri tegak dengan kedua kaki sedikit berjinjit. Kepala perempuan itu bergerak ke arah kanan, lalu ia mengangkat tangan kanan sejajar dengan bahu, tangan kiri, ia gunakan untuk mengangkat gaun bagian bawah.
Sosok Dayang Sumbi, seorang ibu yang dicintai anaknya sendiri dalam legenda Sangkuriang digambarkan oleh Dolorosa Sinaga, pematung perempuan kelahiran 31 Oktober 1953 ini sebagai seorang penari.
Manifesta perempuan menari itu muncul dalam berbagai bentuk di antara 105 karya patung yang ditampilkan Dolorosa dalam pameran tunggal “Dance Your Life! atau Menarilah!” di Galeri Cipta II, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada 15-29 Juni 2013. Semua karya yang tampil itu digarap dalam waktu satu setengah tahun terakhir.
Sufi Dancer, misalnya patung penari perempuan ini sedang menengadahkan kepalanya ke atas, kedua tangannya diangkat sejajar dengan bahu, kedua kakinya sedikit berjinjit, lalu gaunnya seolah-olah berputar. Adapun Sendiri berupa patung perempuan dengan kedua tangan ditelungkupkan di atas perut dan kakinya tertutup, lalu ia menengok ke arah kanan.
Sejak pameran pertamanya, Dolorosa selalu mengangkat tema yang mencerminkan figur perempuan yang tertindas dan teraniaya. Kondisi perempuan, menurutnya, masih dalam kondisi yang sama. Perempuan masih dipenjara sejumlah nilai agama dan tradisi yang menghambat potensi perempuan untuk lebih maju. “Kita masih menghadapi perempuan sebagai objek kekuasaan modal. Untuk itu, saya akan tetap membela mereka dalam karya-karya saya,” jelasnya ketika dihubungi melalui surat elektronik (e-mail), Minggu (30/6).
Penerima beasiswa dari The British Council pada 1980 ini mengatakan, tema pameran ini mempunyai pengertian, dalam menghadapi permasalahan di kehidupan sehari-hari, pikiran manusia selalu begerak mengikuti. “Saya melihat kondisi ini layaknya seperti pikiran dan energi yang menari mengikuti gerak emosi,” ujarnya.
Namun, ia juga melihat bahwa gerak emosi ini juga bisa dibaca sebagai gerakan tubuh yang menari. Manusia tidak akan pernah berhenti menari, artinya, setiap gerakan yang terbentuk bisa dibaca sebagai pernyataan tubuh dan pikiran. Melalui gerak energi pada karya patungnya, peraih penghargaan Citra Adhikarya Budaya ini mengatakan, perempuan mempunyai peran sentral dalam kehidupan manusia.
Medium yang ia gunakan dalam pameran ini adalah alumunium foil (kertas timah) yang biasa digunakan sebagai pembungkus makanan. Ia bercerita, saat melihat asistennya menggunakan alumunium foil di studio, ia tertarik untuk mencoba membuat sesuatu dari bahan itu. “Saya senang melakukan eksplorasi medium. Lalu, saya mulai belajar membuat beberapa figur dengan bahan tersebut,” ujarnya.
Menurutnya, medium ini menawarkan tekstur yang kaya, namun memiliki tingkat kesulitan yang tinggi untuk membentuk alumunium foil menjadi sebuah figur. Ia harus bekerja dengan kepekaan tinggi untuk bisa mencapai ketepatan bentuk yang diinginkan.
Salah satu pengunjung pameran, Susanna mengatakan, ia terkesan dengan patung karya Dolorosa. “Bagus dan unik, walaupun dari alumunium foil tapi bentuknya beraturan dan tetap menyerupai figur,” ujarnya, Jumat (28/6). (Anastasia)
Average Rating