“Jejepangan” Bareng Japan Freak

Read Time:3 Minute, 1 Second
Tak pernah terbesit dalam benak Syamsul Hari Ramdani sub forum online Japan Corner yang ia gagas berkembang menjadi komunitas pecinta Jepang Japan Freak di Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta. Awalnya, pada 2011 seorang admin UIN community ini hanya ingin menyalurkan kecintaannya pada drama Jepang dengan membentuk sub forum online yang tergabung dalam komunitas forum online mahasiswa UIN se-Indonesia UIN Community.

Tak lama setelah forum online dibentuk, respon mahasiswa pecinta Jepang di UIN sangat baik. Banyak dari mereka tak segan membagi dan saling bertukar cerita serta informasi seputar anime, cosplay, musik, drama serial dan film Jepang di forum ini. “Nggak menyangka, ternyata banyak juga mahasiswa UIN yang suka sama Jepang,” ujar pria yang akrab disapa Sam ini, Sabtu (12/4).

Melihat antusiasme mahasiswa UIN, Sam akhirnya berinisiatif ‘menjaring’ mereka dalam sebuah akun twitter @JFUIN yang merupakan kependekan dari Japan Freak UIN. Seiring dengan kian bertambahnya followersakun tersebut, Sam berinisiatif membuat mini gathering @JFUIN.

Meski tidak sebesar antusiasme mahasiswa UIN saat di forum dan twitter Japan Freak, mini gathering pertama Japan Freak yang hanya berhasil mendatangkan empat orang ini akhirnya sukses memantapkan Japan Freak sebagai komunitas pecinta Jepang yang bermarkas di UIN Jakarta pada 2012 dengan Sam, Garie Rafsandanie, Cahyadi Zakaria, dan Listianti Ridayu sebagai pendiri.

Kini komunitas yang beranggotakan tiga puluh orang ini memiliki sejumlah aktivitas. Di antaranya pertemuan rutin, nonton film Jepang bareng, menghadiri acara-acara besar Jepang di Jakarta dan membuat festival Jepang di UIN.

Komunitas ini mengadakan pertemuan rutin tiap dua minggu sekali pada Rabu pukul empat sore di pelataran Perpustakaan Utama UIN Jakarta. Tak sekedar bertukar informasi seputar cosplay, anime, vocaloid, idol group, drama, musik, serta film Jepang namun tak jarang dalam pertemuan rutin ini mereka barter koleksi serba Jepang yang mereka miliki. 

Berbagi informasi seputar jepang juga dilakukan komunitas ini melalui situs resmi Japan Freak jfuin.blogspot.com. Melalui situs tersebut, berbagai artikel mengenai Jepang mulai dari kehidupan sosial, budaya, perkembangan ilmu dan teknologi hingga artikel seputar musik, film, manga, anime dan drama seri negeri sakura itu dikupas tuntas.

Terkendala untuk mengadakan festival Jepang di UIN

Dari seluruh kegiatan, hanya rencana pembuatan festival Jepang di UIN yang belum dapat direalisasikan. Awalnya festival Jepang tersebut sudah hampir ingin diadakan pada 2013 lalu, namun sejumlah hal mengharuskan festival ini ditunda.

Menurut Sam, salah satu penyebabnya adalah kendala perizinan. Sebagai komunitas independen, perizinan pada pihak kampus untuk mengadakan acara tentu menjadi salah satu kendala karena Japan Freak tentu harus bekerja sama dengan organisasi internal kampus seperti Badan Eksekutif Mahasiswa atau Unit Kegiatan Mahasiswa. 

Kendala lainnya ada di teknis pelaksanaan festival Jepang itu sendiri. Sam memaparkan, dalam festival Jepang di UIN nanti seluruh bidang dari anime, cosplay, musik dan serba-serbi Jepang lainnya akan dipertontonkan dan Japan Freak UIN juga berencana akan mengundang komunitas lain dari luar UIN.

“Kendala kami sebenarnya adalah ketakutan apabila saat pertunjukan cosplay, para cosplayer dari luar UIN mengenakan kostum yang minim. Untuk hal ini, kami terus mencari cara untuk mensiasati agar festival Jepang di UIN bisa dilaksanakan akhir tahun ini. Kalau untuk mahasiswi UIN sendiri, kendala teknis saat cosplay sudah bisa diatasi,” papar Sam.

Bagi sebagian orang, cosplay dianggap sebagai kegiatan dalam festival Jepang yang cukup bertentangan dengan adat berhijab di UIN. Namun, salah satu cosplayer yang tergabung di komunitas ini Garie Rafsandanie mengemukakan bahwa cosplay islami dapat menjadi alternatif bagi mahasiswi UIN yang ingin dalam beraksi di kompetisi cosplay.

“Kostum karakter yang ingin ditampilkan saat cosplay bisa dimodifikasi sedemikian rupa dan sekreatif mungkin sehingga mahasiswi berhijab pun dapat tampil,” ujar cosplayer yang telah menjuarai sejumlah kompetisi cosplay di UIN, Universitas Nasional (UNAS), serta kompetisi yang diselenggarakan Komunitas Harajuku dan Cosplay Indonesia, Sabtu (12/4). 

(Adea Fitriana)

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Bukuku Sayang, Bukuku Malang
Next post Lewat Riset, Burhanuddin Muhtadi Berpolitik