Read Time:2 Minute, 5 Second
Perilaku anak muda yang kerap berbuat gaduh, tawuran, judi, dan mabuk membuat stigma sebagai sampah masyarakat melekat. Masa muda yang seharusnya digunakan untuk menata masa depan agar lebih cerah terkadang harus terbuang percuma oleh kegiatan yang negatif.
Seperti yang pernah dialami oleh Zaenal Arifin atau yang akrab disapa Enay. Dulu ia adalah seorang remaja yang sering melakukan kegiatan negatif. Seperti tawuran dan mabuk-mabukan. Namun semua berubah kala ia dan beberapa kawannya berpartisipasi dan mulai membentuk Komunitas Peduli Katulampa (Kompak).
Luthfi Kurnia yang biasa disapa Kang Uut merupakan figur dibalik terbentuknya Kompak. Pembentukan komunitas ini berawal dari keadaan anak muda sekitar Katulampa yang gemar melakukan kegiatan negatif. Sebagai fasilitator, Kang Uut membimbing serta memberi motivasi pada anak-anak yang putus sekolah di kawasan Katulampa. Ia mengajak dan membangun pemuda sekitar kesadaran agar menjadi lebih baik.
Sejak saat itu, anak-anak muda Katulampa mulai berbenah diri. Enay yang merupakan ketua Kompak keempat mengungkapkan bahwa awalnya ia merasa acuh terhadap apa yang dilakukan oleh Kang Uut. Sampai pada akhirnya ia sadar dan ingin berbuat baik dan menjadi orang yang bermanfaat di kampungnya.
Anggota Komunitas Peduli Katulampa sampai saat ini berjumlah 25 orang yang berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Kebanyakan anggota komunitas ini adalah pemuda Katulampa yang putus sekolah. Namun banyak juga yang masih berstatus pelajar, mahasiswa bahkan pekerja.
Kegiatan Kompak fokus pada bidang kerajinan tangan, sosial serta pendidikan. Untuk bidang pendidikan, Kompak mengadakan kegiatan belajar mengajar yang diikuti oleh anak-anak kecil warga sekitar. Kegiatan pendidikan ini bertempat di saung yang juga dijadikan perpustakaan bagi warga. “Banyak juga mahasiswa yang datang ke saung untuk berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar ini,” ujar Enay, Jumat (16/11).
Di bidang kerajinan tangan, Kompak produktif menghasilkan produk yang terbuat dari bahan-bahan bekas yang didaur ulang. Seperti suvenir untuk pesta pernikahan. Produk kerajinan tangan dijual dan hasil penjualan dijadikan sumber dana bagi komunitas.
Untuk kegiatan sosial, komunitas ini sering melakukan kegiatan bersih-bersih sungai dan kerja bakti kampung bersama dengan warga. Terkadang mereka juga memberi bantuan kepada warga yang membutuhkan bantuan dalam bentuk materi ataupun jasa.
Melalui komunitas ini, anak muda Katulampa ingin menangkis komentar negatif serta cibiran masyarakat atas apa yang mereka lakukan dulu. Saat ini, mereka hanya ingin menjadi pribadi yang kreatif serta menginspirasi banyak orang.
Enay mengungkapkan bahwa komunitas ini membawa dampak yang positif bagi kehidupannya. Dari yang dulu ia melakukan hal-hal negatif, kini ia menjadi orang yang baik. “Jujur, manfaat adanya komunitas ini sangat terasa. Saya sekarang bisa menjadi manusia yang bermanfaat,” ujarnya.
Average Rating