Performa Buruk, Pengelola AIS Menyuruk

Performa Buruk, Pengelola AIS Menyuruk

Read Time:4 Minute, 15 Second
Performa Buruk, Pengelola AIS Menyuruk

Sejumlah mahasiswa menilai performa AIS kurang baik. Pustipanda tak kunjung memberikan solusi untuk permasalahan tersebut.


Academic Information System (AIS) merupakan sistem yang dijalankan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta guna memudahkan mahasiswa mengakses informasi akademik. Nyatanya, sistem yang memiliki versi web dan aplikasi itu belum sepenuhnya memberikan kemudahan bagi mahasiswa.

Mahasiswi Program Studi (Prodi) Sistem Informasi, Mim Hanifa Permana mengaku sempat kebingungan saat mencari informasi perkuliahan di web AIS. Pilihan menu di laman awal sulit dimengerti sehingga mengharuskannya membuka satu per satu pilihan tersebut. Menurutnya, tampilan itu akan menyusahkan pengguna, terutama mahasiswa baru. “Jadi kurang efektif aja gitu,” ucap Mim, Kamis (21/3).

AIS yang eror juga pernah membuat Mim terlambat mengisi Kartu Rancangan Studi (KRS) hingga batas pengisiannya berakhir. Oleh karena itu, ia harus menghubungi dosen Pembimbing Akademik (PA) untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Tak hanya itu, saat masuk semester baru, nama Mim pernah tidak terdaftar dalam absen perkuliahan. Hal itu mengharuskannya kembali mengunjungi dosen PA.

Mim juga mengutarakan pandangannya tentang tampilan web AIS. Menurutnya, desain dan fon yang dipakai sudah terlalu kuno. Susunan menu pada web itu pun kurang baik lantaran masih banyak ruang kosong. Di samping itu, ia juga mengeluhkan AIS yang tidak terintegrasi dengan web fakultas sehingga mengurus surat terkait perkuliahan—surat berkelakuan baik, surat keterangan aktif kuliah—harus menggunakan e-Letter.

“Sempat waktu itu ngecek info tentang dosen, karena halamannya banyak, tampilannya kecil, kadang kalau eror juga suka mengecil gitu, jadi bikin kurang nyaman sih,” jelasnya.

Sama halnya dengan Mim, Mahasiswi Prodi Fisika, Ghany Fitriamara S ikut mengeluhkan performa AIS. Baginya, tampilan AIS terkesan kurang baik. Ukuran fon yang kecil serta menu-menu yang berdekatan membuatnya kesulitan mengklik lewat ponsel.

“Setiap mau cek Indeks Prestasi (IP),” jawab Ghanny saat ditanya perihal waktu menemui kendala web AIS tersebut, Minggu (24/3). 

Ghanny juga sempat merasakan eror ketika mengakses web AIS. Penjadwalan akses menjadi solusi dari pihak pengelola kala itu. Web AIS hanya dapat diakses mahasiswa pada siang, sore, serta malam hingga pagi. “Jadi gak rebutan lagi kalau mau buka web AIS,” katanya.

Ghanny turut menyoroti paparan informasi pada AIS. Konten yang sudah tidak relevan masih terpajang di dalamnya. Ia berharap konten-konten tersebut terus diperbaharui. “Seperti beasiswa, postingan terbarunya tahun 2019 lalu,” tuturnya.

Hal serupa turut menimpa Mahasiswa Prodi Psikologi, Muhammad Akbar Dimas. Akbar mengeluhkan web AIS yang cukup sulit diakses menggunakan ponsel. Pasalnya, tampilan web AIS pada ponsel tidak ada bedanya dengan komputer, sehingga ia harus memperbesar layar agar bisa mengklik pilihan menu. “Semoga bisa diperbarui biar lebih mudah digunakan,” tutur Akbar, Kamis (28/3).

Lanjut, Akbar menganggap aplikasi AIS lebih baik lantaran mudah digunakan daripada versi webnya. Persoalannya, fitur yang tersedia pada aplikasi tidak selengkap fitur pada web. Terlebih, aplikasi AIS juga sering mengalami eror.

Meskipun begitu, Akbar tidak mengamini bahwa web AIS tidak pernah eror. Sering kali, saat mengerjakan ujian di web AIS, jawaban yang ia berikan tidak dapat lagi diubah setelah melanjutkan ke soal berikutnya. “Gue berharap semua kendala dirasakan pengguna AIS secepatnya diperbaiki pengelola,” harapnya.

Masalah AIS tidak hanya menimpa dirinya. Akbar mengatakan, temannya sempat bingung lantaran nilai tes bahasa Arab yang terdapat di AIS berbeda dengan nilai yang diberikan Pusat Bahasa. “Seharusnya nilainya 340, di AIS 34,” imbuhnya.

Institut menanyakan terkait ketidaksesuaian nilai tes bahasa kepada Pusat Bahasa UIN Jakarta. Fajar Pinastia Arrahman, salah seorang Staf Pusat Bahasa menjelaskan, mulanya mahasiswa melakukan tes bahasa secara manual di gedung Pusat Bahasa. Kemudian masuk ke proses pemeriksaan sampai hasil tes keluar dan diterima mahasiswa.

Berdasarkan kebijakan UIN, mahasiswa harus mencapai nilai tertentu dalam tes bahasa sebagai syarat kelulusan. Pusat Bahasa lalu mengirimkan nilai tersebut ke Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data (Pustipanda) sebagai pengelola AIS untuk diinput agar mahasiswa mengetahui perolehan nilainya.

“Semenjak pandemi pada 2020, tes bahasa dilakukan lewat aplikasi, sedangkan hasilnya dikirim ke email mahasiswa, tidak melalui AIS lagi,” kata Fajar, Kamis (21/3).

Fajar lanjut bercerita, Pusat Bahasa pernah melakukan pertemuan dengan Pustipanda untuk membahas sinkronisasi data nilai tes bahasa. Dalam pertemuan tersebut, Pusat Bahasa mengusulkan integrasi aplikasi tes bahasa dengan AIS. Namun, Pustipanda belum menyanggupinya. Begitu pun dengan usulan agar aplikasi tes bahasa dikelola penuh oleh Pustipanda. 

“Mereka cuma bilang ‘iya, iya’ aja, tapi realisasinya belum ada sampai sekarang,” ujarnya dengan nada sedikit kesal.

Menurut Fajar, ketidaksesuaian antara nilai tes bahasa yang tercantum di AIS dengan surat hasil dari Pusat Bahasa dikarenakan salah input dari Pustipanda. Sebab, kadang terjadi kesalahan dalam memakai rumus penginputan pada AIS. Oleh karena itu, kata Fajar, nilai tes bahasa yang valid dapat dilihat pada surat hasil yang dikirimkan Pusat Bahasa ke email mahasiswa. “Kita juga tidak punya wewenang soal itu (kesalahan Pustipanda),” tuturnya.

Pada Senin (18/3), Institut meminta penjelasan kepada Kepala Pustipanda, Iif Fikriyati Ihsani terkait permasalahan AIS. Institut lalu mengajukan surat permohonan wawancara ke email Pustipanda, Selasa (19/3) setelah diberi arahan oleh beliau. Tak kunjung mendapat respons, Institut mendatangi Pustipanda pada Selasa (26/3). Namun, Iif sedang tidak berada di Gedung Pustipanda. 

Iif juga sempat meminta Institut mengajukan pertanyaan perihal informasi yang ingin diketahui tentang AIS pada Jumat (29/3). Setelah diberikan, Iif belum memberikan jawabannya hingga berita ini diterbitkan.

Reporter: MAI
Editor: Shaumi Diah Chairani

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Berkah Ramadan dari Fathullah Previous post Berkah Ramadan dari Fathullah
Membantah Magang Berkedok Perdagangan Orang Next post Membantah Magang Berkedok Perdagangan Orang