Mengulik Anggaran SAA

Read Time:4 Minute, 18 Second
     

     Anggaran dana Student Archievement Award (SAA) mengalami naik-turun dalam empat tahun terakhir. Berbanding terbalik dengan jumlah penerima SAA yang selalu meningkat.
Mei 2016 lalu, Nurul Ramadhan mengikuti perlombaan fotografi yang diselenggarakan di Kantor Berita Nasional Antara, Jakarta Pusat. Saat itu, ia mendaftarkan fotonya bertema Merdeka Indonesiaku. Selang beberapa pekan, ia menerima kabar dari panitia pelaksana bahwa fotonya lolos untuk dipamerkan sekaligus terpilih sebagai foto terbaik. “Bisa menyelenggarakan pameran foto di sana biayanya jutaan. Tapi karya saya lolos dan dipamerkan secara gratis,” ujar mahasiswa yang akrab disapa Paul ini, Jumat (24/3).
Rasa syukur Paul kian bertambah tatkala Kemahasiswaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta mengadakan ajang penghargaan bagi mahasiswa yang berprestasi atau SAA tahun 2016 dengan kategori satu yang fokus di bidang perlombaan. Terlebih, kabar yang ia peroleh dari peserta SAA 2015 silam terkait besaran dana SAA yang mencapai jutaan. Dana itu nantinya akan ia gunakan untuk membiayai pengobatan ibunya yang tengah sakit.
Sayang, kekecewaan terlihat pada raut wajah Paul saat mengecek rekening pada akhir  Desember 2016. Pasalnya dana SAA hanya sebesar Rp750 ribu. Tak sesuai rencana, dana  SAA itu tak cukup membiayai pengobatan ibunya yang berkisar jutaan rupiah. “Mau diapakan lagi? Saya hanya bisa legowo,” tuturnya.
Kecewa terhadap penyelengaraan SAA turut dirasakan Rahmat Hidayat. Ia menerima dana SAA sebesar Rp860 ribu dari pembuatan aplikasi dan perlombaan foto. Rahmat sendiri termasuk dalam kategori satu (perlombaan/kejuaraan) dan kategori dua (karya inovatif). Saat itu, ia menggagas sebuah aplikasi bernama Pameran Virtual Reality Kalacitra. 
Dijumpai di Student Center, Rahmat bercerita pada awalnya ia  mengira peserta terpilih SAA akan mendapatkan uang penghargaan sekitar Rp2 jutaan. Uang itu akan ia gunakan untuk penelitian skripsi sebagai tugas akhir kuliah. Di samping itu, nantinya uang itu akan ia pakai membayar uang indekos yang tengah menunggak dua bulan sebanyak Rp630 ribu. Namun, uang ia terima ternyata sebesar Rp850 ribu. “Lumayan masih bisa bayar indekos,” katanya, Jumat (24/3). 
Terkait penyusutan dana SAA, Institut menghubungi Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan UIN Jakarta Subarja untuk meminta konfirmasi. Pesan WhatsApp pun dilayangkan pada Rabu (15/3), “Silahkan tanya Rektor, Wakil Rektor II Bidang Administrasi, Wakil Rektor Bidang III Kemahasiswaan, dan Kepala Biro Administrasi Akademik, Kemahasiswaan, dan Kerjasama (Kabiro AAKK).” begitu  balasnya.
Sesaat setelah pesan Subarja, Institut langsung menemui Kabiro AAKK Zaenal Arifin di ruang kerjanya untuk meminta keterangan tentang dana SAA. Namun, Zaenal berkilah bahwa anggaran dana SAA bukan untuk konsumsi publik. Lebih lanjut, menyusutnya dana SAA 2016 yang menerima penghargaan merupakan  kewenangan UIN Jakarta.  “Dana SAA itu sifatnya naik-turun,” ungkapnya.
Tak memperoleh hasil, Institut pun mencoba menemui Rektor UIN Jakarta Dede Rosyada. Surat permohonan liputan pun dilayangkan untuk wawancara. Namun, Dede mengaku tak tahu soal besaran dana SAA. “Coba hubungi bagian Kemahasiswaan atau Kabiro AAKK,” ujarnya, Rabu (15/3). Kemudian, ia memberi memo yang akan tertuju kepada Bagian Kemahasiswaan dan Perencanaan UIN Jakarta.
Enam hari kemudian, Rizki selaku staf Rektorat menghubungi Institut terkait isi dari memo Dede. Ia menganjurkan untuk mengklarifikasi data dana SAA dan menemui Zaenal. Berbekal pesan itu, Institut pun langsung mendatangi Zaenal untuk kedua kalinya di ruang kerjanya  lantai dua gedung Rektorat. Dalam pertemuan kedua ini, Zaenal masih enggan memberikan anggaran dana SAA 2016. “Kemungkinan akan memunculkan polemik,” ungkapnya, Selasa (21/3).
Tak juga menemui hasil, Institut mencoba menghubungi Kepala Bagian Perencanaan UIN Jakarta Kuswara, Jumat (24/3). Pertemuan itu berlangsung di Gedung Akademik lantai tiga.  Ia mengaku tak memegang data anggaran dana SAA. “Saya lagi istirahat rapat. Silahkan ke bagian kemahasiswaan,” begitu alasannya. 
Berbekal rekomendasi dari Kuswara, Institut pun menemui Khoirul Umam selaku Tim Pelaksana SAA. Pertemuan pun berlangsung sekitar 15 menit. Sayang, tak jua menuai hasil. Data yang diminta menurut Umam merupakan dokumen rahasia. ”Harus ada memo. Tak bisa telepon saja,” kilahnya, Jumat (24/3).  
Tak ada kejelasan, Institut pun kembali mendatangi Kuswara. Ia langsung menelepon Umam untuk kedua kalinya. Perdebatan terjadi antara Umam dan Kuswara. ”Ini harus dipublikasi. Sebab saat ini adalah era Keterbukaan Imformasi Publik,” tegas Kuswara via telepon. Tak berselang lama Umam akhirnya memberikan data SAA melalui surat elektronik miliknya.   
Berdasarkan data dari Bagian Perencanaan UIN Jakarta, jumlah anggaran dana SAA dalam kurun waktu empat tahun terakhir mengalami naik-turun. Tahun 2013, anggaran dana SAA berjumlah Rp217,5 juta. Tahun 2014, UIN Jakarta menaikkannya menjadi Rp375 juta. 
Namun, terdapat dua versi anggaran dana pada tahun 2015. Dalan website resmi Kemahasiswaan UIN Jakarta, tercantum foto yang berisi dana SAA berjumlah Rp550 juta. Sedangkan data yang tercantum dalam surat elektronik Umam tertulis Rp334 juta. Kemudian, pada 2016, dana SAA turun drastis menjadi Rp150 juta.
Berbanding terbalik dengan dana, jumlah prestasi mahasiswa UIN Jakarta terus mengalami peningkatan. Berdasarkan sumber dari Buku SAA 2016, pada 2013 lalu, tercatat ada 80 prestasi. Pada 2014, jumlahnya meningkat menjadi 110. Tahun 2015, jumlah prestasi mencapai 163. Terakhir 2016 silam, jumlahnya kembali naik menjadi 230 prestasi. Dengan demikian, presentase prestasi di UIN Jakarta meningkat sebanyak 45%.
Untuk tahun 2017, Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Yusran Razak masih merencanakan besaran dana SAA 2017. Ia beserta timnya masih menyusun besaran dana SAA. “Untuk sekarang, saya belum bisa bilang berapa besaran dana SAA,” katanya, Senin (13/3).


Dicky Prastya

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Kisah Kecil Ica
Next post Tagih Fungsi Lahan Terbuka Hijau