M. Rifqy Ibnu Masy
Read Time:3 Minute, 18 Second
Upaya dikenal dalam kancah internasional, UIN Jakarta ikuti penilaian QS Stars Rangking. Penilaian tersebut menuai hasil rangking tiga bintang.
Quacquarelli Symond (QS) Stars Ratedfor Excellence merupakan lembaga internasional penilaian perguruan tinggi. Sebagai salah satu Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta mengikuti penilaian QS Stars Rating. Upaya UIN Jakarta untuk dikenal dalam kancah internasional pun membuahkan hasil. Setelah melewati beberapa tahap penilaian UIN Jakarta memperoleh rating tiga bintang.
Tak sedikit biaya yang harus digelontorkan untuk melakukan penilaian QS Stars Rating. Sekitar Rp600 juta dibayarkan untuk mendaftar kepada lembaga bergengsi tersebut. Setelah mengirimkan berkas persyaratan, QS Stars Rating akan melakukan penilaian internal yang ketat untuk menentukan rating bintang sebuah perguruan tinggi.
Menentukan rating perguruan tinggi, QS Stars Rating melakukan penilaian dalam berbagai aspek. Sebagaimana tertera di laman resmi www.topuniversities.com, penilaian tersebut mencakup riset, pengajaran, kinerja, internasionalisasi, dan fasilitas. Selain itu, pembelajaran jarak jauh, inovasi, budaya, akses informasi dan aspek khusus lainnya pun tak luput menjadi sasaran penilaian.
Rating tiga bintang yang didapat UIN Jakarta berdasarkan nilai yang diperoleh dari beberapa bidang. Seperti halnya pengajaran yang mendapat empat bintang. Selanjutnya, dalam aspek kinerja, UIN Jakarta memperoleh rating empat. Selain itu juga mendapat tiga bintang pada aspek fasilitas dan kepedulian sosial. Sedangkan nilai tertinggi dengan perolehan rating lima bintang pada aspek inklusivisme. Di samping itu rating terendah diperoleh di bidang internasionalisasi dan program strategis studi Islam dengan nilai rating dua bintang.
Perihal pencapaian QS Stars Rating UIN Jakarta, Kepala Pusat Audit dan Penjaminan Mutu Lembaga Penjaminan Mulu (LPM) UIN Jakarta, Jejen Jaenudin angkat bicara. Ia mengungkapkan UIN Jakarta berinisiatif untuk mengikuti pernilaian tersebut guna meningkatkan eksistensi. “Beda halnya dengan penilaian akreditasi Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi yang wajib diikuti,” ujar Jejen, Kamis (20/9).
Namun, bagi Jejen penilaian QS Stars Rating mampu mendongkrak nama UIN Jakarta di kancah internasional. Dengan demikian, informasi terkait UIN Jakarta dapat diakses masyarakat dunia. “UIN Jakarta menjadi satu-satunya PTKIN yang sudah terdaftar di QS Stars Rating,” ucap jejen, Kamis (20/9).
Sedangkan, mengenai perolehan rating rendah pada aspek internasionalisasi, cecep mengutarakan aspek tersebut mencakup beberapa hal. Seperti halnya tenaga pengajar manca negara, mahasiswa asing, dan jurnal internasional. Akumulasi dari berbagai bidang tersebut muncul perolehan rating.
Rendahnya perolehan rating pada bidang internasinalisasi Ketua Senat UIN Jakarta, Abuddin Nata pun angkat bicara, menurutnya penilaian itu sebagai rambu-rambu agar akademisi UIN Jakarta lebih meningkatkan penerbitan jurnal-jurnal internasional. Penulisan karya ilmiah bertaraf internasional mampu meningkatkan prestasi UIN Jakarta di mata internasional. “Saya mendorong akademisi UIN Jakarta mampu menerbitkan jurnal-jurnal ilmiah,” ujar Abuddin, Rabu (19/9).
Saat dimintai keterangan melalui jejaring sosial media WhatsApp Wakil Rektor I Bidang Akademik Fadhilah Suralaga menyakini perolehan nilai dari QS Star Rangking sebagai langkah awal UIN Jakarta menuju standar perguruan tinggi dunia. “UIN Jakarta masih berproses untuk berkualifikasi baik di tingkat dunia.” ucapnya, Jumat (21/9).
Fadhila mengakui UIN Jakarta masih jauh menduduki 1000 perguruan tinggi terbaik dunia versi QS Stars Rangking. Akan tetapi ia optimis mampu meningkatkan kualitas bertaraf internasional dengan bekal status akreditasi A dari BANPT. “Bahkan di tingkat ASEAN UIN Jakarta telah mengantongi sertifikat AUN QA sebagai perguruan tinggi Islam,” ungkapnya, Jumat (21/9).
Menanggapi capaian UIN Jakarta, Wakil Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa, Adi Raharjo mengaku bangga dengan prestasi yang diperoleh UIN Jakarta. Meskipun demikian ia juga tak menyangkal masih menyayangkan kelengkapan fasilitas yang tersedia. Jumlah ruang kelas yang tak sesuai dengan kapasitas mahasiswa misalnya. Menyebabkan mahasiswa Fakultas Ushuluddin, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, juga Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan terpaksa mengungsi ke gedung Ex-Fakultas Adab dan Humaniora. “Universitas terbaik perlu dibuktikan baik fasilitas dan prestasi, bukan cuma nama,” tagas Adi, Selasa (18/9).
Hal serupa juga diungkapkan Ketua Senat Mahasiswa UIN Jakarta, Ahmad Murodi yang kecil hati dengan lahan parkir yang tidak dapat menampung banyaknya kendaraan mahasiswa. Di samping itu, Murodi mengakui sebagai salah satu PTKIN yang mampu bersaing dengan PTN lainya. “Setidaknya UIN Jakarta mampu bersaing dengan Universitas Negeri yang lain.” imbuhnya, Selasa (18/9).
Average Rating