Pola ziarah di makam Habib Husein bin Abu Bakar kini tak terlalu ekstrem. Peziarah tak lagi menabur bunga dan mengambil batu di makam.
Pola ziarah di Makam Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus, Penjaringan, Jakarta Utara mengalami perubahan. Area utama makam saat ini dikelilingi oleh pagar dan kotak kayu yang dikunci, demi menghindari para peziarah masuk. Berbeda dengan dahulu, peziarah masih dapat membuka kotak kayu dan mengakses area utama makam.
Sekretaris Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Jami Luar Batang, Mansur Amin menyatakan, dahulu prosesi ziarah di makam tersebut terlalu ekstrem. Peziarah yang datang kerap mengambil batu kecil dari makam, menabur bunga dan menaruh botol air. “Mereka berasumsi benda yang mereka taruh, mereka ambil kembali untuk menjadi jimat atau penglaris dagang,” ujar Mansur saat diwawancarai pada Sabtu, (19/10).
Mansur menegaskan, jangan sampai ziarah bersifat melenceng, karena menurutnya kemungkinan itu tinggi, terlebih orang yang diziarahi adalah penyiar Islam. Ia berkomitmen untuk selalu mengedukasi peziarah, agar tidak menyembah atau meminta kepada orang yang ada di dalam kubur. “Ziarah jangan sampai melawan akidah, artinya kita jangan melenceng dari nilai ziarah itu,” ungkapnya.
Dirinya turut menjelaskan bahwa terdapat dua pola dalam berziarah. Pola ziarah umum yaitu mendoakan orang yang ada di dalam kubur, namun tidak boleh meminta kepada orang mati. Pola kedua yaitu menyampaikan hajat kepada Allah lewat perantara ziarah, menganalogikan curhat kepada Habib layaknya curhat ke teman.
Salah seorang peziarah makam, Nia, sepakat bahwa ziarah jangan sampai disalahartikan menyembah. Ia selalu mengingatkan kepada temannya untuk tidak meminta kepada kuburan. “Kita tetap doanya misalnya ‘Ya Allah saya mau hutangnya lunas dengan keberkahan ziarah makam-makam Habib, kasih rezeki yang banyak ya Allah’ gitu,” ucapnya saat diwawancarai pada Sabtu, (19/10).
Nia mengatakan, keberkahan ziarah bisa ia rasakan dalam kehidupannya sehari-hari, terutama ketika beribadah. Untuk mendapat keberkahan dari pemilik makam, lanjutnya, kita sebagai peziarah terlebih dahulu menanamkan niat yang baik dan meminta kebaikan juga.
Selain itu, Nia berpendapat, beberapa orang menjadikan ziarah sebagai tradisi. Sebagian tradisinya mungkin menganggap berziarah ke makam untuk meminta keberkahan dengan ahli kuburnya, juga kepada waliyullah-nya. “Kalau saya sendiri sih jelas ada keberkahan yang saya dapat. Tapi segala sesuatu harus diyakini dengan kepercayaan, gak bisa main asal datang ziarah,” ucapnya.
Reporter: CSA
Editor: Shaumi Diah Chairani