Micro Expression, Pendeteksi Kebohongan Dalam Proses Peradilan

Read Time:3 Minute, 56 Second
Reni Kusuma Wardhani (kiri) dan Reza Indragiri (kedua dari kanan) dalam acara seminar “Role of Micro Expression” di Auditorium Harun Nasution, Kamis (7/3) 


            Dengan analisis micro expression, mendeteksi kebohongan seseorang melalui aspek psikologis bukan lagi hal yang mustahil. Buktinya lewat kolaborasi bidang psikologi dan forensik, investigasi ekspresi emosional singkat pada wajah seseorang ini bahkan dapat melacak kebohongan serta kejanggalan dinamika psikologis dalam raut wajah saksi ataupun tersangka saat proses penyidikan dan peradilan.
            Hal ini dikatakan Reni Kusuma Wardhani, Ketua Bidang Pengembangan Profesi Asosiasi Psikolog Forensik Indonesia dalam seminar “Role of Micro Expression” yang diselenggarakan BEM Psikologi di Auditorium Harun Nasution, Kamis (7/3). Menurutnya, telaah micro expression pada keterangan saksi atau tersangka itu penting untuk proses penyidikan lanjutan. Ini terjadi lantaran analisis micro expressionmencegah bias keterangan saksi yang berpeluang besar muncul dan mengaburkan proses penyidikan.       
            Bias kesaksian memang dapat dipicu oleh banyak hal. Reni memaparkan, bahkan proses penyidikan pun dapat memantik kaburnya keterangan itu sendiri. Misalnya saja, ketika proses pemeriksaan dibarengi unsur penyiksaan fisik baik secara terang-terangan maupun yang terselubung. “Kondisi seseorang yang sedang dibawah tekanan sering memaksa orang untuk membuat keterangan dan pengakuan palsu,” tegas Reni.
            Untuk itulah, melalui teknik wawancara investigasi terstruktur, analisis ekspresi mikro pada wajah ini dapat menjadi salah satu alternatif mencegah bias atau palsunya keterangan yang diungkapkan. Dengan mengobservasi mimik wajah serta respon gerakan seseorang terhadap suatu kejadian atau pertanyaan, teknik ini cenderung tidak membuat seseorang memiliki beban resiko apapun ketika membuat kesaksian.
            Dalam pemanfaatannya, Reni menuturkan, teknik psikologi forensik berupa investigasi micro expression sudah dipraktikan di banyak institusi hukum seperti, KPK, kepolisian, kejaksaan, serta kehakiman. Bukan untuk memvonis seseorang bersalah atau tidak hanya dengan pembacaan mimik wajah, namun teknik ini digunakan untuk mengetahui langkah apa saja yang harus ditempuh untuk penyelidikan selanjutnya.
            Reni menambahkan, hingga saat ini, micro expression tidak mampu menjebloskan seseorang ke penjara. Teknik ini merupakan alat bantu dan bukan penentu satu-satunya. Jadi bila  analisisnya keliru, hal lainnya harus ditelusuri lebih lanjut karena dalam penyidikan, teknik ini masih harus berkolaborasi dengan sejumlah instrumen-instrumen lainnya.
            “Hukum di Indonesia itu hukum postif yang masih sangat mengandalkan keterangan dari kesaksian dan pengakuan,” ujarnya.
            Psikolog Forensik dan Pakar Micro Expression, Reza Indragiri  dalam kesempatan yang sama pun menuturkan hal senada. Menurutnya, meskipun micro expressionbelum memiliki kekuatan memvonis, namun teknik ini membuat penyidik atau investigator lebih cermat memperhatikan segala petunjuk dan kemungkinan yang ada. 
            Reza menjelaskan, micro expression adalah salah satu alat peneliti kejanggalan pada pola ekspresi yang dilakukan manusia. Untuk itu, dengan kecermatan serta ketelitian, pola-pola ekspresi pada komunikasi verbal ataupun nonverbal seseorang itu dapat dideteksi.     
            Membaca indikasi kejanggalan, menurutnya, dapat dilakukan dengan menganalisis pola perubahan ekspresi wajah, mata, gestur, leher, tangan dan bahkan situasi yang tengah dijalani. Pilihan kata yang digunakan pun juga dapat menjadi salah satu indikator. Jadi, janggal atau tidaknya ekspresi tidak dapat ditentukan begitu saja. “Untuk mengetahui kejanggalan, kita harus dapat membaca pola-pola tertentu,” ujarnya.
            Membandingkan pola ekspresi seseorang merupakan cara yang juga dapat digunakan dalam analisis micro expression. Menurur Reza, kesimpulan adanya kejanggalan pola ekspresi dapat dinilai dengan membandingkan ekspresi dua orang atau lebih dalam sebuah keadaan yang sama. Atau juga dengan membandingkan ekspresi seseorang dalam dua keadaan yang berbeda.
            Lebih lanjut, Reza juga memaparkan, menginterpretasikan ekspresi mikro seseorang itu memang sangat dibutuhkan apalagi dalam bidang peardilan dan forensik. Ini terjadi lantaran, seorang pembohong memang akan terlihat mengindikasikan sebuah pola yang berbeda ketika pembohong tersebut sangat mengetahui bahwa yang dia utarakan memang kebohongan atau ketika seseorang sadar bahwa berbohong adalah sebuah kesalahan.
            Seorang psikolog yang juga menjadi peserta seminar, Arfeminsantya Huzainal menuturkan, teknik micro expression ini memang sangat berguna di dalam banyak bidang yang mengandalkan teknik wawancara ataupun wawancara investigasi. tidak hanya dalam bidang psikologi, jurnalis, dokter atau psikolog anak, bahkan semua profesi pun menurutnya perlu menguasai teknik analisis micro expression ini. (Adea Fitriana)

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post TABLOID EDISI 23
Next post Perkembangan Media, Semakin Jauh dari Medium Informasi