Potret Budaya Indonesia dalam Lukisan

Read Time:2 Minute, 20 Second

Seorang pengunjung sedang melihat salah satu lukisan yang terpajang di dinding Galeri Nasional, Kamis (4-7)


Jakarta, INSTITUT- Tiga orang anak laki-laki sedang memainkan engklek–sebuah permainan tradisional di mana mereka harus berjalan di atas kayu dengan ketinggian tertentu. Lalu, ada sekelompok anak bermain petak umpet dan ada dua orang anak bermain layangan dari teras rumah. Rumah tersebut merupakan rumah tradisional Jambi dengan bentuk khas berupa rumah panggung.

Itu terlukis di atas kanvas berukuran 70 x 90 cm yang berjudul Lestarikan Permainan Kami yang merupakan karya Tsabitah Aristawati asal Jambi. Karya anak perempuan berumur 11 tahun itu terpajang di dinding Gedung A, Galeri Nasional Indonesia, Kamis (4/7).

Dalam acara Gelar Seni Rupa Anak Indonesia 2013 yang bertema “Sana Sini Seni Budayaku” itu menampilkan 200 karya seni rupa pilihan dari 23 provinsi dan berlangsung dari 29 Juni-14 Juli.

Kurator Galeri Nasional Indonesia, Citra Smara Dewi dalam sambutannya mengatakan, semua karya yang ditampilkan merupakan karya dari anak-anak Indonesia mulai dari tingkat play group, Sekolah Dasar (SD), dan Sekolah Menengah Pertama (SMP), baik dari lingkungan pendidikan formal maupun non-formal.

Citra menuturkan, anak perlu ditanamkan kesadaran akan nilai-nilai budaya sebagai kekuatan jati diri bangsa pada dunia anak. Dari sekitar 200 karya seni rupa anak yang ditampilkan, hampir sebagian besar mengangkat potensi budaya daerah. Karya seni rupa anak-anak dari berbagai wilayah, ujar Citra, memberikan gambaran sebuah keterwakilan budaya, seperti Jawa, Sumatera, Bali, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, hingga Papua.

Misalnya, dalam lukisan yang berjudul Forest Exotic, menggambarkan tarian khas suku Dayak. Pada karya ini terlihat berbagai aktivitas, mulai dari memainkan alat musik, menari, hingga berburu. Di tubuh orang-orang tersebut terdapat tato yang merupakan karakteristik penduduk Dayak. Perupa anak asal Kalimantan Barat, Bryan Jevoncia, laki-laki berumur 13 tahun itu mencoba menampilkan kekayaan budaya Kalimantan dalam lukisannya.

Lalu, ada Stella Apriliyanti asal Jawa Barat yang menampilkan karya seni lukis berjudul Wanita Membatik. Lukisan itu menggambarkan seorang wanita berbalut baju batik bermotif bunga-bunga berwarna biru dan rok dari kain batik coklat.

Di dekat wanita itu, terdapat alat-alat membatik, seperti canting dan wadah malam (lilin). Sembari duduk di alas berwarna kuning, wanita itu membuat sebuah pola di kain berwarna hijau.

Kurator Galeri Nasional Indonesia lainnya, Kuss Indarto dalam sambutannya mengatakan, gelar seni rupa anak ini adalah ruang atau forum untuk menggali lebih jauh kemampuan anak-anak Indonesia dalam bermain di ranah olah seni rupa. Ranah seni budaya, menurutnya, adalah salah satu sumber identitas ketika membincang keindonesiaan dalam forum global. Namun, sebaliknya, seni budaya juga merupakan salah satu jembatan komunikasi antar-komunitas, antar-wilayah, dan entitas lain di Indonesia.

Salah satu pengunjung, Iwan Ismael mengatakan, lukisan yang ditampilkan memang khas anak-anak. “Manusia yang paling jujur dalam menggambar, ya, anak-anak. Ekspresi lepas dan imajinasi liar mereka tertuang dalam gambar,” ujarnya, Kamis (4/7). (Anastasia Tovita)

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Pemerintah Perlu Bangun Infrastruktur Energi Alternatif
Next post Non Akademik dalam Balutan Nilai