Read Time:2 Minute, 38 Second
Kandidat capres dan cawapres yang selama ini mementingkan popularitas dan kapital sebaiknya diubah menjadi mementingkan visi dan misi. Pengenalan terhadap visi, misi dan program menjadi penting dalam budaya demokrasi untuk diketahui oleh seluruh warga negara sebagai pemegang hak untuk memilih. Di satu sisi, kampus menjadi tempat yang netral dan paling bertanggung jawab dalam pengenalan kandidat.
Hal itu diutarakan oleh Tania Annisah dalam diskusi panel FISIP untuk Bangsa dengan tema Bedah Visi dan Misi dan Rekam Jejak Capres dan Cawapres 2014. Ia selaku ketua pelaksana acara mengatakan, mahasiswa memerlukan pemahaman yang komprehensif tentang visi dan misi kedua pasangan capres dan cawapres dalam bertarung. “Mahasiswa akan lebih yakin untuk memilih jika mereka mengenal kedua kandidat dengan baik,” kata Tania.
Hal ini telah diamini oleh Cecep Hidayat, wakil Dekanat FISIP UI. Ia mengatakan, pemahaman yang baik mengenai visi dan misi wajib dimengerti oleh masyarakat luas secara subjektif. Timbul kekhawatiran dengan masyarakat yang tidak menggunakan dengan baik hak untuk memilih. Golongan putih (golput), tambahnya, biasa dilakukan justru oleh kaum terdidik.
Dalam acara ini, visi dan misi kedua kandidat diwakili oleh jubir Tim Pemenangan masing-masing. Tantowi Yahya dari kubu Prabowo-Hatta, sedangkan Anies Baswedan dari kubu Jokowi-JK. Tantowi mengatakan, forum akademis seperti ini penting bagi kami untuk dapat menyampaikan visi dan misi capres. Ia menjelaskan, visi dan misi Prabowo adalah cita- cita kemerdekaan bangsa. Adanya kedaulatan penuh, keadilan, dan kemakmuran yang merata.
Sementara itu, Anies Baswedan menjelaskan, bahwa kedua kandidat bukanlah musuh yang saling mengalahkan, melainkan lawan yang saling menguatkan. Visi dan misi Jokowi-JK, lanjutnya, berfokus pada sumber daya manusia. “Kami ingin manusia yg sehat dan cerdas. Capres dan cawapres menjanjikan pemberdayaan sumber daya manusia dengan peningkatan pendidikan,” kata Anies.
Diskusi panel ini dihadiri oleh tim panelis dari kalangan akademisi dan mahasisiswa UI. “Jika pasangan Prabowo-Hatta mengedepankan infrastuktur negara, dan Jokowi-JK dalam hal sumber daya manusia, maka bagaimana jika dibalik?” tanya Bara Lintar, Ketua BEM FISIP UI 2014 yang juga salah satu tim panelis, kepada kedua jubir.
Tantowi menjawab, dengan kondisi booming pemuda dan kelas menengah, fokus pada manusia juga menjadi penting. Namun, perlu dibenahi perekonomian negara sebelum manusia. Dengan perekonomian yang baik, tambahnya, timbul pendidikan yang baik pula. Dengan ekonomi kuat, negara akan memiliki anggaran, sehingga tidak perlu mengambil anggaran satu sektor dari sektor lain.
Sementara itu, Anies dalam menanggapi pertanyaan Bara menjawab, kepentingan infrastruktur perlu diperhatikan, terlebih perhatian pada kasus korupsi. Maka, Jokowi-JK memang memerhatikan pada pendidikan manusia. Negara, lanjutnya, membutuhkan orang baru agar korupsi tidak terus berlanjut.
Lain lagi dengan Nuri Soeseno, salah satu dari tim panelis yang juga dosen FISIP membawa wacana mengenai peningkatan perrhatian peran perempuan. “Negara-negara makmur dalam kancah internasional memperhatikan kesejahteraan perempuannya,” kata Nuri.
Menanggapi hal itu, Tantowi menjawab, Prabowo-Hatta janji 30% kursi menteri untuk perempuan, sedangkan Anis menjawab Jokowi-JK janji 30% kursi eksekutif dan yudikatif untuk perempuan.
Pemilihan Umum presiden akan digelar pada 9 Juli mendatang. Kursi kepresidenan akan diperebutkan oleh dua kandidat, yakni Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa serta Joko Widodo dan M. Jusuf Kalla. Nuri mengakhiri diskusi dengan harapan janji yang terealisasi dari kedua jubir kandidat jika capres dan cawapres yang mereka wakili telah memiliki mandat.
Maulia Nurul
Average Rating