Siapa Dalang Terorisme?

Read Time:3 Minute, 38 Second
(Sumber: Internet)

Film                             : 3 (Alif, Lam, Mim)
Sutradara                      : Anggy Umbara
Penulis Skenario          : Anggy Umbara
Pemain                         : Cornelio Sunny,  Abimana Aryasatya, Agus Kuncoro, Qausar Harta Yudana
Realise                         : 1 Oktober 2015

Alif, Herlam dan Mimbo adalah korban terorisme. Kedua orang tua mereka meninggal setelah sebuah bom meledak pada suatu daerah di Indonesia. Setelah insiden peledakan bom, ketiga anak itu tinggal di sebuah pesantren.
Di sana, Alif, Herlam dan Mimbo diajarkan berbagai macam ilmu. Mulai dari ilmu agama, menulis, hingga bela diri. Kiayi pesantren itu berharap, suatu saat ilmu yang mereka kuasai akan bermanfaat untuk menegakkan kebenaran.
Sayangnya, insiden peledakan bom silam menyisakan luka di hati Alif. Ia berjanji akan memberantas kasus terorisme yang telah menewaskan kedua orang tuanya dengan berbekal ilmu bela diri. Demi membantu misinya, Alif memutuskan untuk bergabung menjadi seorang aparat kepolisian.
Sedangkan Herlam yang biasa disebut Lam,  ingin mengupas tentas kasus terorisme menggunakan keahlian menulisnya dengan menjadi seorang jurnalis. Dan  Mimbo atau Mim, bertekad untuk menegakkan kebenaran lewat dakwah agama.
Mereka berjalan sesuai dengan jalan hidup masing-masing. Hingga, mereka dipertemukan dalam sebuah peristiwa kasus pemboman sebuah kafe. Saat itu, Alif tengah berada dalam kafe tersebut bersama mantan kekasihnya, Laras. Sebelum meledak, Alif berada di luar kafe dan lolos dari bom. Sedangkan Laras berada di dalam kafe.
Alif menduga, ia harus kembali berlapang dada karena kehilangan orang yang ia sayangi untuk kedua kalinya. Kemarahan dan kesedihannya sangat luar biasa hingga ia meminta kepada jenderalnya untuk mengupas kasus pemboman kafe itu.
Konflik semakin terasa ketika aparat kepolisian menetapkan pesantren tempat Alif, Lam dan Mim tinggal menjadi salah satu tempat persembunyian teroris. Pasalnya, sebelum kafe tersebut meledak, beberapa orang dengan memakai jubah dan sorban yang mengaku berasal dari pesantren itu berkunjung untuk makan.
Berbeda dengan Lam, ia menemukan bukti yang bertentangan dengan aparat kepolisian. Namun, pimpinan redaksi media tempat dia bekerja melarangnya untuk mempublikasi bukti tersebut. Dengan dalih, data yang ia dapat tidak seakurat aparat.
Meskipun dilarang, Lam tetap ingin mengusut kasus terorisme apapun risikonya. Hingga, seseorang memberikan data yang menunjukkan bahwa pesantren tempat dahulu ia belajar merupakan tempat penyimpanan bom.
Dilema mengguncang hatinya, namun, Lam tetap berpegang teguh pada kebenaran. Ia tetap menulis sesuai dengan data yang ia punya. Belum selesai dibuat, tulisan tersebut telah ramai diperbincangkan di media massa, sehingga menimbulkan provokasi antara Alif dan Mim.
Alif yang berprofesi sebagai aparat mengepung pondok pesantren yang telah mengasuhnya sewaktu kecil. Hal ini membuat Mim sangat kecewa. Mim yang selama ini menjadi penjaga pondok pesantren terlibat pergulatan dengan Alif. Pergulatan tersebut terhenti ketika kiai mereka menyerahkan diri ke aparat.
Berbeda dengan Alif, Lam terus mengusut kasus tersebut dengan data yang ia punya. Di tengah usahanya mencari fakta, Lam tengah dikejutkan kabar bahwa istrinya telah meninggal dan anaknya sekarat.
Mendengar kabar duka menimpa istri dan anak sahabatnya, Alif membawa Lam dan anaknya ke rumah sakit terdekat. Namun, Lam bersikeras meminta untuk dibawa ke pondok pesantren. Saat masuk ke pesantren, Alif dan Lam melihat betapa jauh kehidupan di pesantren dengan tindakan terorisme yang mereka duga saat ini.
Hal itu membuat Alif dan Lam semakin gencar mengusut kasus terorisme yang mengatasnamakan pesantren tempat mereka dibesarkan. Usaha mereka mencari kebenaran akhirnya menemukan titik terang. Dugaan akan pesantren sebagai sarang teroris ternyata hanya rekayasa belaka.
Jenderal aparat kepolisian, politikus, pengusaha, hingga pimpinan redaksi media tempat Lam bekerja telah bekerjasama untuk menghancurkan nama baik pondok pesantren. Semua telah terencana sangat indah, sehingga pondok pesantren tempat mereka belajar menjadi korban fitnah.
Film bergenre drama action ini menggambarkan bagaimana kondisi Indonesia pada 20 tahun mendatang. Di sana terlihat jelas bagaimana Alif, Lam dan Mim berjuang mengungkap kasus terorisme yang terjadi di sana. Hal itu memberika pelajaran bagi kita agar tidak menuduh tanpa bukti dan perlu adanya penelusuran lebih dalam untuk menentukan aktor-aktor di balik kejahatan.

Lihat review-nya disini:

JA

About Post Author

LPM Institut

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Previous post Penyuluhan Kepada Warga, Upaya Polri Meminimalkan Kasus Pencurian
Next post Coba Melawan, Mahasiswa Tewas Ditusuk Perampok