Read Time:2 Minute, 52 Second
Divisi kesehatan Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK) tingkat universitas tak mendapatkan anggaran dalam acara OPAK 2016 Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Bahkan, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Korp Sukarela Palang Merah Indonesia (KSR-PMI) UIN Jakarta sebagai koordinator divisi kesehatan OPAK tingkat universitas harus menggunakan obat-obatan yang tersedia di sekretariat KSR-PMI (milik pribadi) untuk mengobati mahasiswa baru (maba) yang sakit.
Ketua UKM KSR-PMI UIN Jakarta Istianto Hari Pratama mengungkapkan, untuk pembelian obat-obatan KSR-PMI menggunakan anggaran kegiatan lembaga kemahasiswaan. Selain itu mereka juga menggunakan dana hasil dari tim kesehatan yang bertugas ke luar kampus, dan dana dari hasil cek kesehatan dan cek golongan darah. “Dana kesehatan dicoret kalau kata pihak Dema Universitas (Dema-U), jadi untuk membeli obat kita memakai dana yang dimiliki KSR,” ujarnya, Rabu (24/8).
Istianto juga mengeluhkan mengenai fasilitas yang disediakan untuk tim kesehatan OPAK. Ia mengungkapkan, pihak universitas hanya menyediakan tempat. Sedangkan fasilitas lain seperti karpet, banner, tenda, air minum KSR-PMI menyediakannya sendiri. “Padahal saya sudah kasih tahu itu ke grup panitia OPAK Universitas dan minta tanggung jawab,” keluhnya, Jumat (26/8).
Sekretaris UKM KSR-PMI, Iffa Iffatunnufus pun menyayangkan ketiadaan dana kesehatan. Menurutnya, dana kesehatan penting melihat banyaknya peserta OPAK yang sakit ketika acara berlangsung. Selain itu, obat-obatan yang dimiliki oleh UKM KSR-PMI hanya bersifat umum, seperti halnya obat pusing, maag, dan asma.
Pada acara geladi OPAK, Selasa (23/8), divisi kesehatan OPAK tingkat universitas mendirikan tiga posko kesehatan, dua posko di lapangan Triguna dan satu posko di Auditorium Harun Nasution. Sedangkan dalam acara OPAK tingkat universitas mendirikan tiga posko, dua di lapangan Triguna dan dua posko di Aula Madya. Selama kegiatan tersebut mereka menangani kurang lebih 70 maba yang sakit.
Ketidaklengkapan obat yang ada di posko kesehatan akhirnya menyebabkan beberapa maba yang sakit dirujuk ke Rumah Sakit Syarif Hidayatullah Jakarta. Seperti salah satu peserta OPAK yang menderita cidera persendian. “Rumah Sakit Syarif Hidayatullah Jakarta menyediakan obat-obatan penyakit yang lebih serius, seperti paru-paru dan maag akut, ” tambah Iffa, Kamis (25/8).
Menanggapi persoalan tersebut, Bendahara Pengeluaran Pembantu Kemahasiswaan Joko Maryono menjelaskan, dalam pengajuan Rencana Belanja Anggaran (RBA) pertama Dema-U, terdapat anggaran dana untuk pembelian obat-obatan. Namun, setelah ada perubahan RBA, tidak ada dana untuk pembelian obat. “Awalnya dalam RBA, anggaran kesehatan OPAK Universitas sebesar Rp785 ribu,” ungkap Joko, Kamis (25/8).
Joko juga menjelaskan, penghapusan dana kesehatan yang dilakukan oleh pihak Dema-U, karena jumlah anggaran untuk OPAK yang diajukan Dema-U melebihi anggaran yang disiapkan oleh pihak rektorat. Dalam pengajuan pertama, Dema-U mengajukan anggaran dana sebanyak Rp120 juta, sedangkan anggaran dari universitas sebanyak Rp103 juta.
Saat dihubungi, bendahara OPAK universitas Putri Ayu Silmi Afifah tidak berkenan untuk diwawancara. Ia enggan memberikan keterangan terkait tidak adanya dana kesehatan ketika dimintai konfirmasi oleh reporter Lembaga Pers Mahasiswa Institut lewat telepon, Kamis (25/8).
Sedangkan, Ketua Dema-U Ahmad Al-Darda mengaku tidak tahu-menahu mengenai peniadaan dana kesehatan. Menurutnya, ketua OPAK telah mencantumkan dana kesehatan dalam pengajuan RBA dan selebihnya disetujui oleh pihak keuangan pusat. “Yang punya hak mengesahkan RBA itu ada di keuangan pusat,” tambah Darda, Kamis (25/8).
Darda juga menambahkan, dalam pengajuan RBA tidak ada dana untuk kesehatan OPAK Universitas disebabkan adanya kerja sama dengan Rumah Sakit Syarif Hidayatullah Jakarta. “Hasil rapat di kemahasiswaan menyepakati masalah kesehatan dipercayakan ke pihak Rumah Sakit Syarif Hidayatullah Jakarta,” ungkap Darda, Kamis (25/8).
Average Rating